Foto:
Pupuk mengambil peran penting dalam menaikkan produktivitas. Sudah tepatkah pemupukan yang dilakukan petani selama ini?
Peningkatan produktivitas padi sangat mungkin dilakukan melalui kombinasi berbagai usaha, yakni dengan mengurangi kehilangan dan meningkatkan hasil. Dua hal ini, menurut Bambang Widjajanto, Business Development Director PT Rabana Agro Resources, perusahaan distributor produk agrokimia, merupakan hal yang berbeda namun saling terkait.
Untuk mengurangi kehilangan hasil, lanjut dia, ada pestisida yang berperanan dalam menekan serangan hama penyakit. Sementara dalam meningkatkan hasil, pemupukan memegang peranan penting, di samping pemilihan varietas dan penambahan lahan baru.
Hal senada juga disampaikan Prof. Iswandi Anas saat dijumpai AGRINA. Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Bogor ini mengatakan, pemupukan menjadi salah satu faktor penentu dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas padi. Lebih spesifik lagi, Head of Soil Biotechnology Division Faperta IPB ini mengemukakan, 13 dari 16 unsur hara yang diperlukan tanaman, terkandung di dalam pupuk organik.
Pupuk Organik Menjadi Pupuk Utama
Prof. Iswandi menerangkan, pupuk organik diperoleh dari hasil dekomposisi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebelumnya, definisi pupuk yang telanjur berkembang di tengah masyarakat dan petani adalah pupuk kimia saja. Pakar bioteknologi ini pun menyebut, seharusnya pupuk organiklah yang menjadi pupuk utama.
Alasannya, pupuk organik bisa memperbaiki hampir semua sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sementara pupuk kimia hanya memperbaiki sebagiannya. Selanjutnya, dia perpendapat, pupuk kimia cuma menyediakan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalsium (K). Sedangkan pupuk organik mampu menyediakan unsur lebih banyak, seperti kalium (Ca), sulfur (S), magnesium (Mg), tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe), dan sebagainya. Kemudian, petani sendiri bisa membuat pupuk organik.
Hal serupa juga disampaikan Dr. Husnain, Kepala Balai Penelitian Tanah, Balitbangtan, Kementan. Menurut wanita yang akrab disapa Uut ini, pupuk kimia buatan hanya menyediakan satu sampai beberapa jenis hara saja. Sementara pupuk organik, untuk sifat kimia tanah mampu menyediakan hara makro dan mikro. Di samping itu, pupuk organik meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti Al, Fe, dan Mn, sehingga logam-logam ini tidak beracun.
Iswandi menggarisbawahi, penggunaan pupuk kimia semestinya dikurangi dan penggunaan pupuk organik harus ditingkatkan secara nasional. Keberadaan pupuk organik dan kimia, tandas dia, tidak perlu dipertentangkan tetapi disesuaikan saja. Hal ini terkait dengan kandungan C-organik yang ada di dalam tanah.
Pupuk N,P,K tetap digunakan tetapi jumlahnya dikurangi. Dari dosis yang biasanya 600 - 800 kg/ha oleh petani, sekarang cukup 100 kg - 200 kg/ha, kemudian selebihnya bisa mengandalkan pupuk organik. Pupuk organik tidak habis dalam sekali musim tanam. Pada musim berikutnya masih tersisa di dalam tanah dan seterusnya sampai saat ditambahkan lagi.
“Misalkan penggunaan NPK hanya 100 kg yang terdiri dari 50 kg urea, 25 kg SP-36, dan 25 Kg KCl, sementara pupuk organik yang berkualitas bisa satu ton per ha. Selama ini petani mengenal pupuk urea sebagai yang utama. Padahal seharusnya pupuk organik yang menjadi pupuk utama,” tuturnya.
Manfaat positif pupuk organik diamini Yoyo Suparyo, petani padi senior di Pamanukan, Subang, Jawa Barat. Berbicara dengan AGRINA, Yoyo bercerita mulai menggunakan pupuk organik dua musim tanam terakhir tahun lalu. Kesadaran memanfaatkan pupuk organik diakuinya menguat lantaran produktivitas padinya yang pernah mencapai 12 - 13 ton/ha gabah kering panen (GKP) menurun. Padahal penambahan biaya untuk pupuk dan nutrisi lainnya tetap ada.
“Pupuk organik tetap dicampur pupuk kimia. Sedangkan untuk pembenah tanah pakai pupuk organik dan hayati. Awalnya mulai pakai 1 ton/ha, kemudian 2 ton/ha dan hasilnya mulai kelihatan. Produktivitas yang sempat turun 8 ton/GKP, perlahan naik menjadi 9,8 ton/ha GKP,” bebernya.
Peran Besar Pupuk Silika
Di samping pentingnya penggunaan pupuk organik, peranan unsur silika (Si) juga berpengaruh dalam mendongkrak produktivitas padi. Meskipun tidak termasuk unsur hara esensial, Bambang menyatakan, Si termasuk salah satu unsur yang dibutuhkan. “Pupuk silika belum banyak digunakan, meskipun di luar negeri seperti Jepang sudah wajib,” ia mencontohkan.
Hasil penggunaan Si di lapangan membuktikan, produktivitas dapat naik hingga 20%. Selain sebagai pupuk, jelas Bambang, Si juga menjadi pembenah tanah yang membantu distribusi unsur hara. Cara kerjanya, ketika masuk ke dalam tanah, silika akan berikatan dengan Fe agar P tersedia bagi tanaman. P yang terserap akan membantu pertumbuhan akar supaya unsur-unsur penting bisa terserap oleh akar.
Padi merupakan tanaman akumulator (penimbun) silika. Namun demikian padi tetap membutuhkan Si. Bagi tanaman, Si berperan dalam pembentukan dinding sel tanaman sehingga tanaman lebih tahan serangan hama penyakit karena lebih keras. “Silika memang banyak tersedia di alam. Permasalahannya, silika ini bisa dimanfaatkan dan reaktif dalam tanah atau tidak,” ulasnya.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 296 yang terbit Februari 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/