Foto: Try Surya Anditya
Kanan ke kiri: Sumarjo Gatot Irianto, Dirjen Tanaman Pangan, Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan periode 1993-1998 Siswono Yudo Husodo, dan moderator Alfito Deannova dalam bincang asik pertanian di Jakarta, Kamis (11/1)
Kementerian Pertanian mengklaim target peningkatan produksi padi dan jagung yang dicanangkan pemerintah telah tercapai. Hal tersebut tercermin dari pernyataan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Sumarjo Gatot Irianto berdasarkan data secara nasional sepanjang 2018.
Gatot meyampaikan, produksi padi mencapai 83,04 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 48,3 juta ton beras pada 2018. Berdasarkan catatan ini, surplus beras masih terjadi dibandingkan dengan angka konsumsi sebesar 30,4 juta ton beras.
Sementara untuk jagung, pada periode yang sama, produksinya mencapai 30,05 juta ton pipilan kering (PK). Sedangkan perhitungan kebutuhan sekitar 15,58 juta ton PK, masih ada surplus sekitar 14 juta ton. “Secara nasional selama setahun pada 2018 bisa disimpulkan bahwa surplus padi dan jagung sudah bisa kita capai,” kata Gatot di Jakarta, Jumat (11/1).
Namun demikian, mengingat data tersebut bersifat nasional, Gatot tidak memungkiri adanya kekurangan pada daerah tertentu. “Tentu jika diturunkan datanya spesifik per daerah dan periode tertentu ada yang kekurangan, tapi bisa ditutupi dari daerah lain yang punya kelebihan produksi. Hal ini akan sangat terekait dengan masalah distribusi,” imbuh Gatot.
Keberhasilan ini, jelas dia, merupakan hasil pelaksanaan Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai (Upsus PJK) sejak 2015. Upsus PJK mampu meningkatkan luas tanam padi secara tajam sebesar 2 juta ha, dari 14 juta ha pada 2014, menjadi 16 juta ha tahun 2018.
Dengan perbaikan prasarana dan sarana, penanganan pascapanen dan pengamanan produksi, produksi 2019 diproyeksikan akan meningkat dibandingkan 2018. Potensi tambahan produksi 2019 berpeluang besar dikembangkan melalui penanaman padi di lahan rawa pasang surut atau rawa lebak, pemanfaatan lahan kering untuk padi, jagung, kedelai, pengembangan budidaya tumpang sari, perbaikan teknologi benih, pupuk, budidaya, dan penanganan pascapanen, serta pengamanan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Penambahan areal tanam melalui program SERASI (Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani) ditargetkan bisa mengoptimalkan lahan rawa pasang surut dan lebak seluas 500 ribu ha, terutama di Provinsi Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Tahun ini, pemerintah membidik target perluasan areal 1,05 juta ha setara dengan luas panen 2,1 juta ha.
Di samping perluasan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan memperbaiki produktivitas melalui peningkatan penggunaaan benih varietas unggul, pengembangan padi hibrida, anjuran aplikasi pupuk berimbang, pengamanan pertanaman melalui pengawalan pengendalian OPT, serta menekan kehilangan hasil melalui penanganan pascapanen yang baik.
Penulis : Try Surya Anditya
Editor : Peni Sari Palupi