Foto:
Panen gabus hasil di minapolitan Ciseeng, Bogor
Gabus terbilang salah satu jenis ikan air tawar termahal sehingga potensial dikembangkan para pembudidaya. Harganya sampai Rp60 ribu/kg. Namun ikan yang banyak dimanfaatkan albuminnya ini masih sulit dibudidayakan.
Untuk menghasilkan paket teknologi yang lengkap dengan prasarananya, Balai Riset Perikanan Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor, Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRPBIH) Depok, Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Subang, dengan Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. Bogor menjalin sinergi.
Paket teknologi tersebut memanfaatkan maggot (Hermetia illucens) alias larva lalat tentara hitam untuk pakan gabus (Channa striata). Buah kolaborasi itu dipamerkan dalam acara “Panen Hasil Kegiatan INTAN Pakan Mandiri Berbasis Biokonversi untuk Budidaya Ikan Gabus” di Sentra Minapolitan Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, 21 Desember 2018.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja yang menghadiri acara itu mengatakan, “Kegiatan panen ikan gabus dengan pakan maggot ini saya harapkan menjadi pemicu pengembangan dan optimalisasi kawasan minapolitan dan pembangunan industri 4.0 di hilir perikanan budidaya. Dan menjadi pemicu pokdakan di sekitar dan para pelaku usaha perikanan bahwa dengan memanfaatkan komoditas gabus dan maggot sebagai alternatif bisnisnya dapat menjadi ujung tombak dalam bisnis perikanan.”
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yang bekerja sama dalam kegiatan ini adalah Mina Gabus Ponol Sejahtera. Selama ini pokdakan tersebut menghasilkan benih gabus ukuran 3-5 cm (Rp500/ekor), ukuran 5-7 cm (Rp1.000/ekor) dan 8-12 cm (Rp1.500/ekor) yang dijual di kawasan Jabodetabek, Banyumas, Indramayu, Palembang, dan Pontianak. Sementara pemasaran gabus ukuran konsumsi baru mencakup daerah sekitar Bogor.
Ukuran panen gabus konsumsi sebesar 250 g/ekor (satu kilo isi 4 ekor). Bila satu hapa ditebar 625 ekor dengan tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate-SR) 80%, maka hasilnya 125 kg. Kalau satu pokdakan mengusahakan 40 hapa dengan harga jual Rp60 ribu/kg, mereka berpotensi meraup Rp300 juta atau rata-rata penghasilan kotor setiap anggota sebesar Rp8 juta-Rp9 juta kotor dari Bantuan Pemerintah.
Peni SP