Foto: Galuh Ilmia Cahyaningtyas
Tanaman kelapa sawit butuh perawatan dan perlindungan dari serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
Harga sawit yang tengah kurang menguntungkan sebaiknya tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak merawat tanaman dengan baik.
Perawatan tanaman misalnya pemupukan kurang optimal, dapat berdampak menurunkan produktivitas tahun berikutnya. Untuk mengantisipasi kebutuhan pupuk untuk kebun sawit, PT Pupuk Indonesia Group menyediakan pupuk NPK, urea, ZA, dan SP-36. Menurut Sisca Fatmawati, “Pupuk Indonesia Group memproduksi pupuk NPK bebrapa merek, yaitu NPK Kebomas, Phonska Plus, NPK Kujang, NPK Pusri, dan NPK Pelangi dengan total kapasitas produksi 3,38 juta ton.”
Bisa Dipesan Formula Khusus
Pupuk NPK itu, lanjut Vice President Rendal Non Subsidi tersebut, diproduksi secara proses chemical maupun granulasi sehingga memiliki kelebihan formula yang presisi dan butirannya lebih kompak. Walhasil, kebutuhan hara dapat terpenuhi optimal dan produk tidak mudah rusak saat penyimpanan. Pihak perusahaan juga melayani permintaan pupuk dengan formulasi spesifik sesuai kebutuhan konsumen dengan hara yang bersifat slow release maupun fast release.
Untuk mencapai target konsumen perusahaan perkebunan, perusahaan menerapkan strategi berikut. “Kami menjajaki kerjasama jaminan suplai dengan konsumen, menyediakan customized produk untuk produk NPK sesuai kebutuhan hara oleh konsumen, melakukan kerjasama riset dengan perusahaan perkebunan untuk membantu menentukan formulasi hara yang tepat,” urai Sisca.
Sementara untuk melayani pelanggan ritel (petani), pihaknya menyediakan stok non subsidi di kios resmi di seluruh Indonesia. “Produk yang kami siapkan menggunakan formula yang umum digunakan oleh para pekebun, kemudian dikemas dengan kemasan yang baik kualitasnya. Kami juga menyediakan informasi spesifikasi pupuk serta penggunaaannya di setiap kios resmi. Selain itu ada program-program promo pada periode tertentu dan membuat program klinik tani sebagai solusi bagi permasalahan petani kebun untuk meningkatkan produktivitas,” pungkas Sisca melalui surat elektronik.
Beda Fase Beda Pengganggu
Selain pemupukan, tanaman kelapa sawit butuh perawatan dan perlindungan dari serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Jika dibiarkan, risikonya produksi tandan buah segar (TBS) bisa turun hingga tanaman mati. “Potensi kehilangan sangat tinggi, bisa 40%-60%. Kalau di lahan gambut, masalahnya ada rayap, risikonya tanaman bisa mati,” papar Ari Panca Nugraha, Business Manager Plantation and Special Product FMC yang ditemui AGRINA di Wisma Kodel, Jakarta (3/12).
Fase pertumbuhan tanaman kelapa sawit ada tiga, yaitu fase nurseri atau pembibitan, fase tanaman belum menghasilkan (TBM), dan tanaman menghasilkan (TM). Tiap fase, lanjut Ari, menghadapi potensi masalah yang berbeda. Fase nurseri berlangsung sejak kecambah hingga umur di bawah satu tahun. Fase TBM umur 1 – 4 tahun dan fase TM umur 5 tahun ke atas.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 294 yang terbit Desember 2018. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/