Jumat, 9 Maret 2018

Vallauthan Subraminam, Mari Terbang Bersama

Sumber daya manusia asset penting yang wajib dijaga.

Tumbuh dan besar dalam perkebunan kelapa sawit membuat Vallauthan Subraminam sangat mencintai tanaman penghasil emas cair. Kecintaan itu mengalir alami dalam diri seiring interaksinya dengan sawit dalam keseharian. “Saya dari kecil di kebun. Orang tua saya pun di kebun sawit di Malyasia. So, dari kebun kita tumbuh, dari situ ada passion,” ulasnya kepada AGRINA.

Saat dewasa, Valla, sapaannya berkeinginan besar mengabdikan diri pada industri sawit. Keinginan itu mewujud. Ia mengawali karir sebagai Assistant Manager di Kemayan Palm Oil Berhad, Sabah, Malaysia pada 1980. Selepas menempuh pendidikan Higher National Diploma bidang Management di Institute of Supervisory Management, Inggris pada 1986, ia melanjutkan pekerjaan sebagai Plantation Manager di perusahaan yang sama. Kini Valla ditunjuk menjadi Presiden Direktur PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Tbk., perusahaan sawit berbasis di Jakarta dan Kalimantan Tengah, pada 31 Agustus 2016. 

Empat puluh tahun sudah pria asal Malaysia berdarah India ini bergelut dengan sawit. Tak pelak, nilai kebijaksanaan tanaman bernama latin Elaeis guineensis itu merasuk dalam hidup. “Saya sangat-sangat mencintai pohon itu (sawit) karena bisa memberi kehidupan ke masyarakat banyak, menghasilkan minyak baik yang mengandung vitamin dan khasiat, serta bisa memberi makan populasi dunia,” paparnya. Sawit memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, seperti itu pula filosofi hidup yang dianut Valla, ‘berbuat yang terbaik untuk orang lain’.

Berbuat Terbaik

Memegang teguh filososi hidup, penikmat masakan ikan bawal ini selalu mendukung orang-orang di sekitar, khususnya karyawan SSMS agar menjadi lebih baik. Valla mengistilahkan dengan naik satu tahap lebih tinggi. “Siapapun masuk ke perusahaan kami, tidak boleh keluar dengan pengetahuan lama. Dia harus keluar dengan pengetahuan yang baru,” katanya.

Jika ada karyawan yang mundur dari SSMS masih membawa pengetahuan lama seperti saat pertama kali bergabung, Valla menganggap sebagai kesalahannya. Sebab, itu berarti perusahaan tidak berkontribusi apapun terhadap mereka.

Pria yang gemar berolah raga ini juga menekankan para staf untuk berpikiran terbuka. “Jangan batasi dengan pikiran yang terbatas. Karena, Anda bisa kerdilkan diri dengan pikiran yang terbatas. Dan you (Anda) akan masuk ke dalam kotak, you tidak bisa bangkit menjadi besar,” tandasnya.   

Ia senantiasa mengingatkan agar memperlakukan orang lain layaknya kepada diri sendiri. Dengan begitu, kita akan menghormati sesama dan melakukan yang terbaik tanpa membedakan warna kulit, suku, bangsa, dan agama. “Di situlah kita bisa keluar dari kotak ke out of mindset (di luar pola pikir),” ulas penyuka bacaan majalah, buku bertema pengembangan diri, isu terkini, dan bisnis ini.

Membaca buku, bagi Valla adalah salah satu suplemen pembentuk pikiran positif. “Mulai hari dengan membaca yang baik supaya satu hari itu penuh dengan pikiran berbuat baik,” kata pria yang selalu bangun jam 5 pagi dan mengawali hari dengan membaca. Bahkan, dalam perjalanan menggunakan pesawat pun ia manfaatkan buat membaca jika di pagi hari tidak sempat.

“Saya suka membaca supaya bisa belajar dari guru dan pengalaman yang lalu. Dan, saya selalu bereksperimen, mencoba pengetahuan baru kemudian membaginya ke anggota tim supaya  mereka bisa jadi lebih hebat,” serunya.

Terbang Bersama

Saat muda, ungkap Valla, pemikirannya juga tidaklah terlalu luas. Terkadang, otak serasa buntu di satu titik. Tetapi semua itu akan berubah karena hidup adalah suatu proses. Karena itu, ia kerap memotivasi anak muda untuk terus bangkit dan maju.

“Anak-anak muda itu kita bisa bawa mereka lebih cepat. Supaya mereka bisa berubah dan jadi lebih baik, lebih cepat, kita kasih dia shortcut (jalan pintas). Jangan hanya jalan, jangan hanya lari. Mari kita terbang bersama,” terang ayah tiga anak ini dalam logat Melayu.

Anak muda Indonesia memiliki potensi dan pengetahuan luar biasa. Hanya saja mereka belum cukup pengalaman dan tidak tahu bagaimana cara mencapainya. Untuk meningkatkan kapasitas generasi muda, lanjutnya, SSMS kerap mengadakan pelatihan sumber daya manusia (SDM), seperti mengikuti pelatihan Stephen R. Covey Institute di Jakarta. “Kami belanjakan banyak uang untuk training SDM karena dengan training yang tepat bisa mencapai satu tujuan yang cepat. Dan itu akan buat mereka lebih hebat,” imbuhnya menambahkan motivasi harus diikuti keteladanan atau contoh yang baik.

Menurut Valla, SDM adalah aset utama yang wajib dijaga. Tanpa SDM berkualitas, perusahaan tidak bisa meraih visi yang telah dicita-citakan. “Kalau mau menjadi perusahaan kelas dunia, kamu harus menjadi manusia kelas dunia,” tuturnya kemudian.

Selain itu, Valla senang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan cara baru. ”Dalam pikiran saya, tidak bisa cari satu hasil yang baru dengan cara dan pikiran yang lama. Kalau kamu mau hasil yang baru, senantiasa harus ubah cara pikir dan cara kerjamu,” jelas pria yang sudah bergabung selama 10 tahun di SSMS itu.

Yang tidak kalah penting yaitu konsisten dan jangan menyerah. “Jangan menyerah. Terus jalan dan jalan,” tegas pria ramah itu. Tetapi, bertindaklah yang benar dalam mencapai tujuan. Dia mengingatkan, “Kalau kamu mau konsisten dan mau capai hal-hal yang besar, harus berbuat yang benar karena tidak ada hukum atas kebenaran. Hanya yang tidak benar yang dihukum. Makanya buat yang benar, jadi tidak ada orang ganggu kamu.” 

Transfromasi Baru

Menuju setengah abad kiprahnya di dunia sawit, Valla menuturkan, konsep keberlanjutan (sustainability) dan pelestarian lingkungan yang gencar disuarakan sepuluh tahun terakhir merupakan transformasi ke arah yang baru. “Dulu tidak terlalu perhatian ke arah lingkungan dan sustainability tapi sekarang semua ke arah sustainability. Ini perlu perubahan pemikiran dan cara kerja kita,” jelasnya antusias.

Transformasi baru menuntut perhatian dan kesepahaman seluruh tim operasional perusahaan. Mafhum rasanya jika menemui berbagai kendala dalam memenuhi kriteria sawit berkelanjutan, seperti kesenjangan penerapan di lapang. Valla menambahkan, pola pikir manusia menjadi salah satu tantangan menuju keberlanjutan. “Sustainability ini suatu proses, bukan instan. Jadi, akan memakan waktu untuk membawa perubahan,” bebernya.

Sebagai perusahaan berkelas dunia, serunya, SSMS mengikuti sertifikasi Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan (Indonesian Sustainable Palm Oil-ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Dari situ secara bertahap SSMS menerapkan keberlanjutan. Salah satunya, bekerja sama dengan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) membentuk kawasan konservasi Orangutan di Pulau Salat.

Kawasan konservasi yang terletak di Desa Pilang, Kec. Jabiren Raya, Kab. Pulang Pisau, Kalteng itu, ucapnya, ialah strategi untuk membangun keanekaragaman hayati di Indonesia. “Kalau kita ambil bertahap dan perlakukan bisnis secara bertanggung jawab, kita bisa coexist (hidup berdampingan) dan bisa menjadi bagian dari solusi. Supaya industri kita bisa jadi industri yang sustainable dan Orangutan tidak perlu diganggu,” ucap pria berusia 63 tahun ini.

Kerja sama yang berlangsung sejak 2015 itu berhasil melepasliarkan 24 Orangutan. Rencananya sekitar 100 Orangutan akan dikembalikan ke habitat asal pada 2017. “Ini kontribusi perusahaan untuk generasi yang akan datang. Karena, di masa datang tidak akan ada tempat seperti ini kalau industri tidak mengambil langkah konservasi,” pungkasnya sambil tersenyum.

 Windi Listianingsih

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain