Menghasilkan benih tanaman berkualitas dengan selalu memperhatikan permintaan pasar.
Menghasilkan benih unggul komoditas perkebunan bukanlah perkara mudah. Butuh waktu panjang, ketekunan, dan fokus. Tidak jarang benih hasil seleksi harus dimusnahkan karena tidak memenuhi kualitas yang diinginkan.
Namun bagi Ang Boon Beng, Head Marketing & Oil Palm Adversory PT Tunggal Yunus Estate, anak grup Asian Agri, perusahaan sawit terkemuka di Jakarta, pekerjaan tersebut sangatlah menyenangkan.“Saya sudah 48 tahun sebagai pemulia. Saya tidak merasa seperti bekerja karena kerjaan saya seperti hobi,” ujarnya kepada AGRINA. Dari tangan dinginnya, telah lahir ribuan benih karet, kakao, dan sawit kualitas unggul yang tersebar di Malaysia, Indonesia, Thailand, hingga Afrika.
Berawal dari Karet
Menurut Beng, begitu sapaan akrabnya, sejak kecil ia memang senang merawat tanaman dan hewan peliharaan. Kesukaannya itu mengantarkan Beng memilih dunia pertanian sebagai tumpuan masa depan. Pria kelahiran 25 Februari 1945 ini pun mengambil bidang teknologi perbenihan dan pemuliaan tanaman di University of Malaya, Kualalumpur, Malaysia.
Semasa kuliah Beng telah bekerja di perusahaan perkebunan asal Inggris yang memproduksi karet, kakao, sawit, dan kelapa. “Karena disuruh pilih, saya bilang saya mau penelitian. Jadi mereka kasih saya tugas untuk karet. Jadi saya pemulia yang bebas. Mereka beri kepercayaan kepada saya untuk jalankan tugas. Bebannya berat tapi saya jalankan tugas dengan baik,” ungkap pria bersahaja itu.
Selepas menangani karet, ia meneliti kakao, bahan baku cokelat. Sentuhan tangannya sukses menghasilkan benih kakao yang toleran penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) atau mati pucuk bernama PB 123. “Cokelat pun pionir. Waktu itu masih awal, saya sudah lakukan. Jadi ciptaan saya ada di Sulawesi. Indonesia tanam,” kata penyuka olah raga hoki dan rugbi semasa muda dulu.
Pada 1970 Beng bekerja di Prang Besar Research Station, Malaysia sebagai pemulia karet dan kakao. Sebagai pemulia karet, Beng sukses mengembangkan karet jenis PB 235, PB 260, PB 280, PB 340, dan PB 311. Ayah dua anak ini mengutarakan, memproduksi benih karet berkualitas cukup sulit karena harus memenuhi berbagai macam kriteria. Diantaranya, pohon karet harus kekar dan tahan angin, getah yang diproduksi hasilnya banyak tapi tidak boleh tidak terlalu cair, dan bisa sembuh kembali sehabis dipanen (deres).
Selanjutnya, penikmat buku sejarah, biologi, genetika, dan budidaya tanaman inimelebarkan penelitianpada komoditas sawit dengan memutuskan bergabung bersama Asian Agri pada 1989. “Saya lihat potensi Asian Agri. Rencananya untuk berkembang begitu dinamis. Saya mau bergabung dengan Asian Agri supaya saya juga bisa kembang bersama perusahaan,” kenang pria yang fokus dalam bekerja dan tidak mengenal kata menyerah itu.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 13 Edisi No. 275 yang terbit pada Mei 2017. Atau klik di www.scanie.com/featured/agrina.html, https://www.wayang.co.id/index.php/majalah/agrina, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/