Sinergi membuahkan hasil kerja sama yang saling menguntungkan.
Dia menggeluti bisnis bernilai jutaan dolar yang tidak dilirik banyak orang. Meski bersusah payah membangun usaha, pria gigih ini berhasil mewujudkan keinginannya. Apa sebenarnya bisnis yang dikembangkan?
“Residivis”Nekat yang Mengglobal
Budi Setyawan namanya. Ia lahir di Blitar, Jatim, 49 tahun yang lalu. Bermodal nekat, mungkin itu kata yang cocok melekat pada pria akrab disapa Budiini.Padausia yang baru menginjak 27 tahun, ia memberanikan diri melamar bekerja sebagai Plant Manager di perusahaan benih jagung terkemuka dunia berbasis di Iowa, AmerikaSerikat.Padahal, usia yang dipersyaratkan untuk jabatan prestisius itu minimal 40 tahun karena harus membawahi ratusan karyawan tingkat global dengan nilai investasi jutaan dolar.
“Saya masih 27 tahun, nekat aja kirim surat lamaran lewat pos. Interview pertama di Surabaya, interview kedua di Thailand. Tahu-tahu tembus, saya yang diterima,”ujarnya terkekeh mengenang kenekatan yang membuahkan hasil pada 1996 itu.
Budi merasa bahagia bercampur bingung menerima jabatan barunya. “Anak Asia sangat sedikit sekali yang bisa menembus global, salah satunya saya,”ungkap pria yang mengawali karir di PT Yanmar ini. Kebingungan juga melanda karyawan asal Indonesia yang merupakan senior kampusnya dulu. Mereka tidak mengira Budi justru menjadi bos di Pioneer Hybrid Incorporated.
Terlebih, pria bertubuh besar ini pernah menjadi “residivis” dua kali alias tidak naik tingkat saat kuliah. “Ya gimana, pas ujian tabrakan sama truk.Retak kepala saya, nggak bisa ujian. Eh, tahun 1987 lagi (tabrakan) dengan truk yang sama modelnya. Ya, kokdua kali diulang,” ulas Komisaris Utama PT Citra Nusantara Mandiri Solok, produsen benih jagung hibdrida lokal di Solok, Sumbaritu kembali terbahak.
Pria bertekad baja ini menduga keberhasilannya menembus jabatan prestisus lantaran sikap pantang menyerah. “Mungkin dari tes psikologi menunjukkan saya memang mampu, cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dan, saya memang tidak pernah menyerahkarena mulai awal saya sudah berjuang,” akunya.
Saat kuliah JurusanMekanisasi Pertanian di IPB, Bogor, Jabar, Budi tidak malu mengamen untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Kalau orang lain mungkin tidak ngamen tapi menyerah, mundur aja dari IPB. Saya nggak. Kalau bisa ngamen, saya ngamen,” tegas pria yang piawai memainkan komposisi gitar Guns N Roses, Van Halen, Deep Purple, hingga Yngwie Malmsteen itu kepada AGRINA.
Bahkan, anak kolong pasangan H. Bonasir dan Sri Misini ini kerap masuk RS karena tidak menyerah mempertahankan hidup. “Berantem sering banget di terminal.Ngamendimintain uang sama preman. Untuk makan sendiri aja nggak cukup, ya terpaksa mempertahankan diri,” ucap peraih sabuk hitam bela diri karate ini tertawa renyah.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 13 Edisi No. 273 yang terbit pada Maret 2017. Atau klik di www.scanie.com/featured/agrina.html, https://www.wayang.co.id/index.php/majalah/agrina