Memperkenalkan hal baru bukanlah perkara mudah. Cibiran hingga pengusiran menjadi makanan lezat yang tidak bisa ditolak.
Walau banyak tantangan menghadang, pejuang sejati tidak akan menyerah dan berhenti. Seperti itulah yang dialami Suwardy, Direktur Utama PT Tri Mitra Sukses Bersama, distributor alat dan mesin pertanian, peralatan laboratorium, dan mesin pengolah pangan berbasis di Jakarta. Bagaimana kisah pria yang disapa Adi ini membesarkan usaha di tengah kondisi sang ayah yang menderita penyakit parah?
Berawal dari Rumah
Melanjutkan usaha sang ayah, Raswin Widjaja, Adi tahu betul seluk-beluk perusahaannya sejak mulai merangkak hingga berdiri kokoh seperti saat ini. “Kita mulai dari kecil perusahaan ini, dari rumah di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Orang mau beli mesin itu nggak percaya karena di rumah. Susahlah pertama kali mau jualan,” Adi membuka kisah perjalanan awal Tri Mitra pada 1995.
Saat itu Tri Mitra hanya menjual alat pengering (dryer) padi. Menurut Adi, pada 1995 menjual dryer sangat sulit karena ada banyak lantai jemur berukuran besar. Selain itu, pabrik mempertanyakan kondisi karyawan yang berjumlah ratusan orang jika mereka membeli dryer. “Itu berarti menghilangkan pekerjaan orang lain,” ia menirukan pemilik pabrik. Akhirnya dalam dua tahun perjalanan Tri Mitra, tidak ada penjualan sama sekali.
Adi juga kerap travelling menemani sang ayah jualan dryer dari pintu ke pintu. “Satu-satu kita tawarin. Itu pun kalau diterima, kalau diusir?” lanjut pria kelahiran Singapura, 13 Desember 1983 itu. Ya, pengusiran menjadi santapan lezat yang selalu mengiringi hingga melewati abad milenium, sekitar 2002-2003. “Saya nggak perlu dryer. Apa itu dryer? Lantai jemur saya luas sekali. Nggak usah datang lagi karena saya nggak mungkin beli,” Adi mengingat pengusiran itu.
Meski kesal luar biasa, penyuka film Hollywood bergenre perang ini tidak dendam atau berkecil hati. Dirinya malah bertambah semangat. “Kita justru bingung kok bisa diusir. Apa karena datangnya nggak tepat, produk kita nggak bagus? Mungkin karena dia belum tahu kegunaan mesin ini. Suatu hari dia pasti akan perlu mesin ini,” ucapnya.
Penjualan dryer mulai menampakkan hasil pada 1997. Itu pun tidak lebih dari lima penjualan. Ketika merasakan manfaat dryer, para pembeli justru menyembunyikannya. “Orang yang punya dryer nggak ngabarin teman-teman, memang sengaja dirahasiakan. Pemilik dryer sudah tahu keuntungannya karena saat panen sudah pasti hujan,” terangnya kepada AGRINA. Sebab itu Adi dan ayahnya gencar berkeliling melakukan sosialisasi manfaat dryer hingga mereka dikenal karyawan seluruh pabrik penggilingan beras.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 13 Edisi No. 272 yang terbit pada Februari 2017. Atau klik di www.scanie.com/featured/agrina.html, https://www.wayang.co.id/index.php/majalah/agrina