“Pertanian di Indonesia tidak akan pernah mati.”
Tidak banyak anak muda yang mau terjun dalam dunia agribisnis. Kesan kumuh hingga tidak ada jaminan masa depan membuat mereka enggan melirik pertanian sebagai lapangan pekerjaan yang menjanjikan.
Namun, Andrew Gomez melakukannya. Tanpa bekal ilmu dan miskin wawasan pertanian, pemuda asli Wong Kito Galo ini tanpa ragu menjalankan bisnis pertanian. Apa yang mendorong Direktur Utama PT Setia Bersama itu tertarik mengembangkan sektor agribisnis?
Tidak Habis
Berawal dari perjalanan bisnisnya di bidang minyak dan gas ke seluruh wilayah Indonesia selama tiga-empat tahun terakhir, Andrew melihat begitu banyak hamparan sawah di setiap tempat yang dilewatinya. Ia juga menyadari mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi. Lantas, pemuda berusia 28 tahun itu mencoba peruntungan di bisnis pertanian.
“Di Indonesia itu (bisnis) pertanian yang sangat tidak mungkin habis. Tidak seperti pertambangan, minyak bagaimanapun akan habis. Dan saya yakin pertanian di Indonesia tidak akan pernah mati meski banyak lahan yang sudah berganti menjadi real estate,” ujar Andrew kepada AGRINA di Jakarta, Senin (17/10).
Sarjana lulusan Bisnis Internasional dari University of Technology Sydney, Australia, ini lantas memutar otak mencari lini bisnis pertanian mana yang akan dimasuki. Akhirnya, ia bersama sang kakak menemukan pupuk organik berteknologi nano dari Jerman. Bungsu dari tiga bersaudara ini merasa cocok membawa pupuk nanotechnology ini ke Indonesia. Sebab, pupuk ini organik yang terbuat dari bebatuan Jerman.
Produk yang bernama Magic Green itu juga mengusung teknologi nanocalcium. Dia menjelaskan, “Nanocalcium itu teknologi dari Jerman. Ukurannya kurang dari satu mikron jadi halus sekali kayak semen. Dibuat begitu karena kita tidak perlu (memupuk) melalui akar tapi daun.”
Pria kelahiran 19 Oktober 1988 ini memilih pupuk bukan karena bisnis semata. Pupuk membantu petani dan pertanian di Indonesia. “Saya serius dari keluarga perminyakan akan mengembangkan pertanian. Ini sangat cocok untuk pertanian Indonesia karena lahannya sudah rusak,” tegasnya mantap.
Lahan yang rusak jika diberi Magic Green berangsur-angsur pulih kembali. “Keunggulannya pertama meningkatkan kualitas panen dan memperbaiki hasil. Kedua, pupuk ini berteknologi menambah kualitas dan memperbaiki tanah,” katanya sambil menjelaskan pH tanah dan air masam menjadi netral setelah penambahan pupuk yang telah beredar setahun terakhir di Bumi Pertiwi ini.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 12 Edisi No. 269 yang terbit pada November 2016. Atau klik di www.scanie.com/featured/agrina.html, https://www.wayang.co.id/index.php/majalah/agrina