“Petani itu orang yang sangat sederhana. Ketika kita berkunjung ke sana, mereka memberi sambutan yang sangat baik.”
Meski harus merasakan kemacetan lalu-lintas yang cukup parah kedua kali sepanjang sejarah hidupnya, Choong Poi Chan mengaku sangat senang tinggal dan bekerja di Indonesia. Bahkan, pria yang akrab disapa CP Chan itu memasukkan nama Indonesia sebagai salah satu tempat favorit untuk menghabiskan hari tua bersama istri tercinta. “Ini tempat yang sangat menyenangkan,” ujarnya dengan senyum mengembang.
Presiden Direktur PT BASF Indonesia, produsen bahan kimia terkemuka dunia ini merasakan sesuatu yang berbeda ketika berkunjung dan menetap di Bumi Pertiwi sejak awal 2013. Apa saja peristiwa menarik yang ditemui hingga menggugah hatinya?
Kata Pertama
Hampir empat tahun lamanya CP Chan tinggal dan mengadu nasib di Jakarta. Kedatangannya di jantung Indonesia lantaran ditunjuk sebagai Presiden Direktur BASF Indonesia pada 1 Januari 2013 menggantikan Henry Choo yang memasuki masa pensiun. Itulah kali kedua Chan mengunjungi Jakarta dengan kondisi pembangunan infrastruktur jalan mulai beroperasi.
Sebelumnya pria asal Malaysia itu pernah berkunjung ke Indonesia pada Desember 2012 guna menghadiri pameran di Jakarta. Salah seorang rekannya dalam acara tersebut mewanti-wanti Chan. ”Kata pertama dalam Bahasa Indonesia yang harus kamu tahu adalah macet,” kata Chan sambil tertawa menirukan pesan tersebut. Dan benarlah ucapan sang teman. Chan mengalami kemacetan Ibu Kota ketika kembali ke Indonesia untuk memimpin BASF.
Menghadapi kemacetan Jakarta yang super parah, dia membayangkan kehadiran metro (kereta bawah tanah-MRT) dan Skytrain (Bangkok Transit System) layaknya di Thailand. Sebab, saat terjebak macet di jalan raya Bangkok, Thailand, Chan dengan mudah beralih menggunakan metro atau skytrain. Tidak demikian dengan Jakarta karena kedua sarana transportasi itu belum ada. “Saya harus move-on (dari kehidupan Thailand),” ungkap pria yang pernah tinggal di Negeri Gajah Putih selama empat tahun ini kembali tergelak.
Namun, kemacetan ini bukan masalah besar dibandingkan pengalaman berharga yang Chan peroleh selama bekerja di Indonesia. Penyandang gelar Master of Business Administration dari Heriot Watt University, Edinburgh, UK ini merasa nyaman bekerja sama dengan kaum pribumi. “Orang Indonesia sangat senang belajar, mau bekerja sama, dan mereka sangat genuine (polos). Jika mereka tersenyum, itu benar-benar berasal dari hati,” ucapnya terkesan.
Menurut Chan, ada beberapa negara masyarakatnya yang tidak bisa menunjukkan ketulusannya dalam bersikap. “Kadang mereka tidak tulus tersenyum. Tapi, di Indonesia saya mendapatkan itu,” tegas ayah dua anak itu. Meskipun perekonomian Indonesia kurang baik dalam dua tahun terakhir, “Tapi ini tetap menyenangkan,” imbuh pria yang memulai karir di Henkel Chemicals Malaysia pada 1986.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 12 Edisi No. 267 yang terbit pada September 2016. Atau klik di www.scanie.com/featured/agrina.html, https://www.wayang.co.id/index.php/majalah/agrina