“Data itu ‘suara’ Tuhan. Jadi harus dimuliakan, jangan dimanipulasi, harus jujur.”
Demikian penegasan peraih penghargaan Indofood Riset Nugraha dan Peneliti Berprestasi Kementerian Pertanian Tahun 2015, Prof. Dr. Ali Agus, DAA, DEA. Ali meyakini, data yang direkayasa akan merusak hasil penelitian dan kebijakan yang dibangun di atasnya. “Padahal semua data peternakan yang ada saat ini cukup meragukan, kecuali mungkin ayam (ras),” ujarnya kepada AGRINA di Perumahan Dayu Permai, Yogyakarta.
Dekan Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, ini menyarankan pemerintah membenahi dulu keakuratan data berbagai komoditas ternak maupun sarana pendukungnya. Tujuannya, supaya dapat membuat kebijakan yang lebih berhasil guna dan menjadi landasan pembangunan sektor ini untuk masa 20-30 tahun mendatang.
Putra Blora, Jateng, ini meraih dua penghargaan tersebut lantaran dinilai konsisten mengembangkan penelitian terapan teknologi pakan yang mendukung ketahanan pangan nasional. Beberapa hasil temuan aplikatifnya adalah mineral mix, Saus Burger Pakan (SBP), dan superkonsentrat high quality feed supplement.
30 Juta Rupiah per Bulan
Sejak 15 tahun lalu, suami Dr. Chusnul Hanim, M.Si. ini mengembangkan riset yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat, terutama di bidang pakan. “Efisiensi industri peternakan sangat bergantung kepada efisiensi penggunaan pakan. Orientasi penelitian saya adalah solusi bagi masyarakat, bukan sekadar untuk publikasi ilmiah,” jelasnya.
Ali pun menyewa lahan dan membayar tenaga kerja sendiri serta bekerjasama dengan kelompok-kelompok ternak untuk melakukan penelitian dan mengaplikasikan hasil temuannya. Setiap bulan ia harus merogoh kocek sekitar Rp30 juta guna memenuhi kebutuhan riset-riset mandiri tersebut. “Kalau dihitung-hitung bisa jadi rugi. Tapi, penelitian ini ‘kan hobi, jadi diteruskan saja,” kilah ayah tiga anak.
Dengan pandangan itulah Ketum Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) ini konsisten melakukan riset. “Kita harus mendapatkan hasil penelitian aplikatif yang memenuhi tiga kriteria sekaligus, yaitu lebih murah, lebih mudah, dan lebih baik. Kalau salah satunya tidak ada, maka tinggalkan,” tegasnya.
Berkat kegigihannya, produk penelitian Ali diterima masyarakat dan memperoleh hak paten. Mineral mix misalnya bermanfaat untuk menanggulangi defisiensi elemen mineral mikro dan makro pakan sapi maupun pakan ternak yang lain telah terjual 30 ton per bulan. SBP mempersingkat waktu fermentasi pakan dari tiga minggu menjadi tiga hari. Sedangkan superkonsentrat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan sebesar 5%-10%.
Saat ini Ali tengah giat memproduksi bahan pangan organik, seperti beras dan sayuran. Ia terus menguji Liquid Bio Fertilizer (LBF) yang juga sudah dipatenkan untuk menunjang produksi padi dan sayuran. LBF merupakan pupuk cair yang berasal dari air kencing ternak. Di samping itu, ia juga mengembangkan produksi ayam tanpa antibiotik dengan merangkul kelompok-kelompok peternak ayam di Kabupaten Sleman.
Dokter Gemblung
Siapa sangka Guru Besar UGM ini dulu menduduki peringkat kedua terbawah sewaktu di Sekolah Dasar. “Nilai saya yang enam hanya dua (mata pelajaran). Lainnya di bawah enam. Sukanya main terus,” kenangnya sambil terkekeh.
Namun, kepiawaian Ali berinteraksi dan berorganisasi sejak kecil membantu pencapaian karir akademik dan risetnya. Ketertarikan Ali pada dunia peternakan dimulai sejak kelas 2 SMA. Guru ketrampilannya mengajarkan tentang cara beternak. Minatnya muncul saat praktik memvaksinasi ayam. Kebetulan pada waktu itu di kampungnya terjadi wabah penyakit ayam yang diduga tetelo. Bersama sang adik, sulung empat bersaudara ini membeli satu ampul vaksin untuk 100 dosis. Dengan penuh percaya diri, malam itu Ali dan adiknya memvaksin ayam milik orang tuanya.
“Karena hanya dua puluhan ekor ‘kan masih sisa banyak. Akhirnya ayam punya saudara-saudara juga disuntik sampai vaksin habis. Tapi, paginya saya sudah dibangunkan. Dikatain ‘Dokter Gemblung’ karena ayamnya mati semua,” ujar Pak RT dan Takmir Masjid di lingkungannya sambil tertawa.
Kata-kata dokter gemblung (dokter tidak paham) sangat membekas di benak Ali remaja. “Apanya yang salah ya. Orang sakit disuntik bisa sembuh, kok kalau ayam malah mati semua,” pikirnya saat itu.
Akhirnya, setelah lulus SMA, Ali bertekad masuk ke Fakultas Peternakan dan akhirnya diterima di UGM. “Nah, setelah kuliah Dasar-dasar Ternak Unggas, saya baru tahu ayam sakit itu tidak boleh divaksin. Akhirnya ketemu jawabannya,” tutur peneliti generator listrik berbahan bakar biogas ini.
The Best 5 in ASEAN
Menyandang jabatan dekan, Ali berupaya mewujudkan visinya menjadikan Fakultas Peternakan UGM sebagai rujukan bangsa bidang peternakan dan The Best 5 in ASEAN. “Dalam kurun 10-15 tahun jumlah penduduk diperkirakan mencapai 300 juta orang sehingga kebutuhan pangan hewani seperti daging, susu, dan telur meningkat. Ini menjadi peluang bisnis dan lapangan pekerjaan bagi alumni peternakan. Sedangkan harus menjadi The Best 5 in ASEAN sebab dalam perencanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2020-2025, perguruan tinggi di Indonesia harus mempunyai international competitiveness. Ibarat kapal, kita akan berlayar menuju The Best 5 in ASEAN pada akhir 2016 dan The Best 10 in Tropical Countries pada akhir 2025,” terangnya.
Ali merintis visi itu dengan berbagai kegiatan internasional. Pihaknya juga menjembatani riset-riset berskala laboratorium dengan penelitian lanjutan yang berkesinambungan sampai bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut Ali, masih terdapat satu penelitian yang kurang di negeri ini, yaitu riset kebijakan. Saat ini belum ada riset untuk menjelaskan keberhasilan, kegagalan, atau pun dampak dari sebuah kebijakan peternakan. Padahal di negara lain sudah ada. “Kebijakan-kebijakan ini memerlukan data agar dapat berhasil. Dalam mengambil keputusan kita memerlukan data yang jujur. Kalau tidak ada data, kita seperti berada di sebuah ruang yang gelap. Tidak tahu dari mana kita harus memulai, maka kebijakan yang diambil hanya berdasarkan intuisi si pengambil kebijakan,” tutupnya prihatin.
Isman (Kontributor Yogyakarta)
FOTO: KOLEKSI PRIBADI
Hak Paten
No. Tahun Judul Jenis
1. 2013 Gama Liquid Bio Fertilizer Paten Sederhana
2. 2013 Gama Burger Ruminansia Paten Sederhana
3. 2012 Chopper Biogas “3AB” Paten Sederhana
4. 2011 Genset Biogas “3AB” Paten Sederhana
5. 2010 Agromix Paten Sederhana
6. 2010 Saus Burger Pakan Paten Sederhana
Biodata
Nama : Prof. Dr. Ali Agus, DAA, DEA
Tempat/tanggal lahir : Blora, 22 Agustus 1966
Pendidikan:
- S1 : Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta
- S2-S3 : ENSA Rennes, Perancis
Jabatan:
Dekan Fakultas Peternakan UGM 2012 – 2016
Ketum PB ISPI 2014 – 2018
Ketua Masyarakat Perlebahan Indonesia 2013 – sekarang
Dewan Riset Bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lingkungan Hidup Daerah Klaten 2012 – 2017
Sekjen Southeast Asia Network of Animal Science (SEANAS) 2008 – sekarang
Ketum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Ternak Indonesia (AINI) 2011 – 2015