Minggu, 18 Januari 2015

Lukas Kacaribu, Dari Kondektur jadi Direktur

Hobi melahap semua bacaan meluaskan wawasan dan mengasah jiwa berdagangnya. Inilah yang membawanya menapaki sukses.

Ukuran sukses bagi setiap orang berbeda. Bagi Lukas Kacaribu, ukuran sukses berubah mengikuti perjalanan hidup. “Dulu waktu masih SD, kami nggak punya radio. Saya denger radio di rumah tetangga. Dalam benak saya, saya sukses kalau suatu saat bisa beli radio. Nah, tahun 1995, booming HP (ponsel) Nokia sejuta umat. Saya sukses kalau sudah pegang HP Nokia yang warna hijau itu. Tahun 1996 sebelum Presiden Soeharto jatuh, saya sudah punya HP itu. Bangganya minta ampun,” cerita lelaki asli Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sembari tersenyum lebar.

Kini, setelah hampir 20 tahun, ukuran sukses Lukas jelas beda. Ia ingin pensiun pada usia 50 tahun. “Tapi, pensiun itu bukan nggak bekerja, bukan juga nggak mikir. Orang Indonesia umumnya kalau pensiun buat kandang ayam, bikin warung kecil-kecilan. Begitu pensiun, malah mulai hidup capek. Kalau saya, setelah pensiun, uang tetap berputar buat saya, bukan saya yang mencari uang. Dan saya bisa wakafkan hidup saya untuk Tuhan dan orang lain,” papar Direktur PT Marketing Asia Abadi kepada AGRINA di salah satu pabriknya yang berlokasi di Johar, Karawang, Jabar.

Mulai dari Kondektur

Posisi Lukas sebagai direktur sebuah perusahaan yang bergerak di bisnis herbal ini tentu saja tidak diraih dengan mudah. Pada 1994, setamat SMA di Medan, pria kelahiran 17 Agustus 1974 ini lantas merantau ke Jakarta. Sempat menjadi kondektur bus Pasarminggu – Depok, ia lalu mulai meniti karir di perusahaan asuransi Belanda, ING sebagai office boy (OB).

“Sebagai OB, saya berangkat jam lima pagi dari Lenteng Agung (Jakarta Selatan). Tugas saya kirim faks, memfotokopi, buat teh, susu, dan sebagainya. Pokoknya,  berangkat paling pagi, pulang paling belakangan,” ujarnya mengilas balik.

Selama menjadi OB itu, Lukas muda memanfaatkan semua dokumen yang lewat tangannya untuk difotokopi sebagai bahan bacaan. “Saya suka baca. Semua sales pasti datang ke saya minta tolong fotokopi. Sebelum dikopi, saya baca semua. Begitu juga seorang underwriter (marketing) membuat produk, saya baca semua. Terus ada juga orang akunting, dokumennya ada piutang, ada tagihan. Ada pula dokumen finance, bagaimana cara pembukuan itu. Semua saya baca,” urai ayah dua anak ini.

Selain mendapatkan pengetahuan, hasil dari membaca itu juga memupuk jiwa dagangnya. “Pada saat jadi OB, saya bisa jual asuransi dalam bentuk dolar. Sampai saya bisa mendapat premi US$1.500 pada tahun 1998. Klien saya hanya dua, salah satunya orang Amerika,” ungkap Lukas bangga.  

Di Jakarta, tanpa sepengetahuan orang tuanya, ia kuliah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) mengambil jurusan komunikasi. Ia memanfaatkan waktu Sabtu – Minggu selepas bekerja untuk menempuh pendidikan di kampus tersebut.  Ketika lulus, orang tuanya pun terkaget-kaget karena sepengetahuan mereka Lukas hanyalah kondektur bus di ibukota.

Menghabiskan waktu 9 tahun di ING dengan posisi terakhir Manajer Human Resource Department (HRD), Lukas lalu pindah haluan ke perusahaan transportasi. Tak lama di bidang ini, ia kemudian menceburkan diri ke lembaga swadaya masyarakat. Setelah itu ia loncat lagi ke PT Dexa Medica yang bergerak di bidang farmasi. Di sini ia kembali mengurusi sumber daya manusia. Sebagai orang HRD, ia terlibat langsung dalam perekrutan karyawan, termasuk tenaga pemasaran.

Ketika proses rekrutmen, “Mereka presentasi ke hadapan saya. Jadi, saya mendapat pelajaran lagi tentang marketing. Lalu, setiap ada pembukaan cabang di daerah, bos selalu melibatkan saya,” ujar Sarjana Hukum lulusan Universitas Azzahra, Jakarta, ini. Di sinilah ia mendapatkan pelajaran tentang pemasaran, manajemen, dan dunia obat-obatan, termasuk herbal.

Manajemen Kasih

Akhirnya Lukas bertemu dengan beberapa orang pengusaha herbal yang kemudian sepakat untuk berbisnis bersama. “Saya pun keluar dari zona nyaman. Saya tinggalkan posisi manajer karena ingin punya usaha sendiri,” tuturnya dengan bersemangat.

Keputusannya itu tidak salah. Perusahaannya ternyata cepat berkembang. Saat ini ia membawahi enam perusahaan yang antara lain bergerak di bidang pupuk, herbal, dan kosmetik. Dua pekan lalu, ia tengah mengawali pemasaran produk herbal berbahan baku mengkudu dan semangka yang diberi nama Lorena Noni.

Nama Lorena yang diambil dari bahasa Karo itu dijadikan motto perusahaannya, Strive for Excellent (berjuang ke arah lebih baik). Dalam mengelola perusahaan, ia mencampurkan gaya manajemen Eropa, Amerika, dan Tiongkok plus manajemen kasih. Aktivitas penting perusahaan tak selalu dilakukannya secara formal di ruangan dengan jadwal dan agenda yang ketat. Tak jarang pimpinan mengadakan rapat di rest area, lapangan bola, mobil, bahkan di trotoar. Selain itu, “Kita memberi kepercayaan kepada karyawan, dan itu yang membuat kami berinovasi terus menerus,” kata pemegang gelar Magister Manajemen dari Universitas Timbul Nusantara-IBEK, Jakarta ini.

Perjalanan perusahaan tak selalu mulus. Tak jarang Lukas kena tipu sehingga di benaknya timbul prinsip, “teman ya teman, bisnis ya bisnis.” Karena itu ia terdorong untuk melanjutkan pendidikan hukumnya ke jenjang S2 di Universitas Padjadjaran, Bandung. “Kenapa saya kuliah lagi Hukum Perdata? Supaya saya nggak tertipu lagi. Sebentar lagi saya jadi lawyer,” tegasnya.

Kesibukannya yang bejibun tak membuat Lukas menomorduakan keluarga. “Buat saya keluarga nomor satu. Nomor dua, usaha saya. Nomor tiga, kehidupan sosial, pelayanan di gereja,” ulas lelaki yang memegang prinsip hidup tulus bagai merpati dan cerdik bagai ular ini.

Setiap Jumat malam, ia upayakan sudah sampai di rumah. Sabtu hingga Minggu malam dihabiskannya bersama istri dan dua anaknya serta kuliah enam jam. Hitung-hitung, “Saya masih punya 34 jam seminggu untuk keluarga. Saya juga masih bisa atur waktu lebih fleksibel karena sudah punya usaha sendiri. Jadi, menurut saya, nggak ada artinya punya ini punya itu tetapi keluarga berantakan,” tuntas Lukas. Untuk masa depannya, sang mantan kondektur ini menyimpan obsesi perusahaannya bisa bertahan hingga beberapa generasi.

Peni Sari Palupi, Untung Jaya, Selo Sumarsono, Arlina Ratnasari

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain