Dr. Suseno Sukoyono
SDM Harus bisa Hadapi Perubahan
Kegiatan perekonomian nasional tidak hanya di darat. Luas laut Indonesia yang hampir mencapai 5,8 juta km2 atau 70% dari total wilayah negara perlu optimalisasi.
Bicara mengenai optimalisasi kelautan kita harus membicarakan masalah sumber daya manusia yang mengelolanya. “Sebab ancaman terbesar bagi sumber daya alam, khususnya laut dan biotanya, sesungguhnya datang dari manusia,” tutur Suseno Sukoyono, Kepala Badan Pusat Sumber Daya Manusia Kelautan Perikanan (BPSDMKP) memulai perbincangannya dengan AGRINA,
Contoh gampangnya, lanjut dia, ketika terumbu karang rusak, mata rantai makanan biota laut akan terputus. Dampaknya, produksi ikan berkurang. “Oleh karenanya, harus ada muatan pelestarian dalam memanfaatkan sumber daya laut atau perairan oleh masayarakat,” ujarnya.
Memang, sebagian masyarakat yang mengandalkan pemanfaatan sumber daya alam ini mengganggap nafkah mereka dibatasi saat diajak melakukan pelestarian. “Padahal banyak pelaku usaha lain sudah melakukan upaya pelestarian meski dengan kata yang berbeda," imbuh alumnus Fakultas Perikanan Brawijaya, Malang, Jatim, ini.
Peran Strategis
Sumber daya alam (SDA) kelautan dan perikanan Indonesia memerlukan SDM unggul untuk mengelolanya. Di sinilah peran penyuluh sangat strategis agar bisa bekerjasama dengan masyarakat yang mengandalkan nafkah dari laut sehingga mereka memahami arti keberlanjutan usaha. “Artinya mengelola SDA kelautan, pada dasarnya adalah mengelola SDM melalui tiga hal, yaitu pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan,” jelas Suseno.
Penyuluh juga harus mampu mengubah pola pikir masyarakat yang hanya melaksanakan produksi perikanan sebagai kegiatan sampingan menjadi usaha yang berdaya saing, efisien, efektif, dan bernilai ekonomi. Dokter ilmu kelautan lulusan IPB tersebut menekankan, “Peran mereka juga menjadi wakil kehadiran pemerintah.”
Karena itu, dalam transformasi sosial penyuluh pun harus bisa mengubah sikap dan mental masyarakat dalam melakukan kegiatan produksi. “Penyuluh juga harus bisa menjadikan teknologi yang direkomendasikan bisa diaplikasikan masyarakat. Jadi, masyarakat menjadi tahu, mau, dan mampu dalam memanfaatkan teknologi itu. Ini menjadi fungsi transformasi teknologi,” tandas bapak yang mengenyam ilmu manajemen SDM dari Universitas Trisakti, Jakarta, ini.
Suseno mencontohkan pendampingan terhadap para pelaku usaha budidaya perikanan dan nelayan tidak saja dilakukan saat proses pembudidayaan, tetapi juga sampai ke aspek pemasaran. Karena itulah peningkatan kualitas penyuluh perikanan agar mampu sebagai ujung tombak pembangunan ekonomi akan terus digalakkan. Saat ini, pengembangan SDM penyuluh di sektor kelautan dan perikanan mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan Amerika Serikat mengakui kualitas pendidikan SDM kelautan dan perikanan Indonesia. Pun dengan beberapa negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Karena Tetangga
Mencapai posisi sebagai orang nomor satu di BPSDM, Suseno melalui proses panjang. Kala itu, Suseno belia, melihat seorang tetangganya sukses menggeluti usaha perikanan. “Waktu itu saya masih SMP dan kebetulan punya tetangga, kok anak-anaknya yang datang dari Jakarta kaya-kaya. Saya pun tanya pekerjaanya apa di Jakarta, dijawabnya perikanan di Samudera Besar,” kenangnya.
Sejak itulah Suseno berkeinginan menekuni bidang perikanan. Setamat SMA, pada 1982, ia meneruskan pendidikannya ke Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. “Saat itu masih sedikit orang yang mengambil bidang perikanan sehingga, menurut saya, inilah peluang besar untuk suskses,” cerita pria kelahiran Malang, 10 Desember 1959 ini.
Jurusan perikanan tersebut hanya mengantarkannya hingga menjadi sarjana muda. Semangatnya pun tetap tinggi untuk mendapatkan ilmu bidang perikanan. Dia lantas meneruskan lagi ke strata satu dengan mengambil Jurusan Manajemen Sumberdaya Kelautan di tempat yang sama.
Tak berselang lama setelah lulus dari Unibraw, Suseno merantau ke Jakarta karena diangkat menjadi pegawai negeri di Direktorat Jenderal Perikanan yang waktu itu bernaung di bawah Kementerian Pertanian. “Saya merasakan bagaimana gaji masih kecil, tapi harus bisa hidup. Saya pun mencoba menulis artikel ke surat kabar,” ujarnya mengilas balik perjalanan karirnya.
Meski mendapat komentar tulisannya tentang lingkungan hidup berantakan, toh akhirnya dimuat juga setelah melalui proses penyuntingan. “Komentar redaksinya saat itu, tulisan tidak karuan, tapi saya heran pas dimuat hasilnya lebih bagus dari tulisan aslinya. Memang yang dipentingkan adalah susbtansinya” ujarnya bangga. Pemuatan beberapa tulisannya di surat kabar mengerek nama Suseno hingga dikenal orang.
Suami Anita Kamerlia ini menambahkan, selama berkarir di Kementerian Kelautan dan Perikanan, keluarganya terutama sang istri selalu mendukung. "Istri saya sangat pengertian. Dia juga selalu memberi pengertian kepada anak-anak tentang kesibukan saya," tuturnya sembari tersenyum.
Kesibukan meniti karir berimbas kedua putri Suseno lebih dekat dengan ibunya. Mereka mafhum dengan aktivitas sang ayah. “Mereka benar-benar memanfaatkan waktu dan tidak ingin menyusahkan orang tuanya,” ucap bapak yang sangat bangga karena kedua putrinya lulus dengan predikat cum laude.
Seakan ingin menebus “kesalahan” masa lalu, saat senggang Suseno kini lebih senang berkumpul dengan keluarga sekaligus menyalurkan hobinya berenang dan nonton film bergenre drama. “Berenang menjaga kebugaran sekaligus berkumpul dengan keluarga,” ujar kakek satu orang cucu ini.
Dalam kesehariannya, ia selalu berusaha mensyukuri apa yang terjadi. Dan selalu berpegang teguh pada tiga hal, yaitu belajar, networking, dan menjaga kepercayaan. “Belajar bisa dilakukan di mana saja, tidak harus selalu formal dan harus lulusan perguruan tinggi untuk menjadi sukses,” paparnya.
Dalam kehidupan harus memiliki teman dan saling bersilaturahmi agar bisa saling membantu. “Saya percaya bahwa silaturahmi itu memperpanjang umur dan rezeki,” katanya bijak.
Sebagai pelengkap dari prinsip hidupnya adalah kepercayaan. Percuma saja seseorang pandai dan memiliki hubungan yang luas, tapi tidak bisa dipercaya. “Orang akan menjauh, begitu pula dengan rezekinya,” ujarnya mengakhiri obrolan.
Tri Mardi Rasa