Selasa, 1 April 2014

Amalia Nafitri Hasanuddin, Omzet Miliaran dari Sosis Sehat

Amalia Nafitri Hasanuddin Omzet Miliaran dari Sosis Sehat

Tak semata mengejar keuntungan tapi memproduksi makanan olahan yang sehat dan aman bagi keluarga.

Bisnis makanan olahan tidak ada matinya. Keuntungannya pun lumayan besar. Pelaku usahanya tidak sedikit, mulai dari yang berskala rumah tangga hingga skala industri. Namun itu tidak menyurutkan Amalia Nafitri untuk turut beradu strategi di celah usaha pengolahan daging tersebut.

“Saya resah dengan beragam makanan dan jajanan anak-anak yang mengandung pengawet, pewarna, dan bahan kimia berbahaya,” tutur Amalia Nafitri Hasanuddin saat menceritakan latar belakangnya menggeluti produksi sosis sehat yang aman dikonsumsi anak-anak. Presdir PT Sumber Pangan Jaya (SPJ), produsen sosis merek Bulaf di Cilandak, Jakarta Selatan, ini lantas mempromosikan produk andalannya berupa sosis dan aneka jenis makanan beku yang dijaminnya bebas bahan pengawet dan pewarna buatan.

Mula-mula wanita berhijab yang disapa akrab Lia ini mencoba berbagai resep makanan sehat berupa nugget dan sosis untuk kebutuhan pribadi dan kepraktisan. Ternyata produk tersebut disukai buah hatinya. Itulah yang meyakinkan dirinya untuk memproduksi sosis. Ia berpikir, kepraktisan sangat dibutuhkan masyarakat sehingga ia pun mengambil peluang.

Sedikit Tahu Tentang Produk Sosis

Meski tidak berbekal keahlian khusus dalam mengolah pangan, pengalamannya sebagai komisaris sebuah perusahaan sosis menjadi modal usahanya. “Sedikit banyak saya tahu tentang seluk-beluknya industri sosis ini,” kata Lia.

Sejak 2009 bersama rekan-rekannya, Lia mulai membangun usaha sosis sehat dengan modal patungan awal sebesar Rp1 miliar. Selama tiga bulan pertama produksi sosis dilakukan di pabrik orang lain dengan sistem maklun.  “Modal ini digunakan untuk membeli mesin produksi, stok bahan baku, dan sewa tempat,” papar ibu empat anak ini.

Menyadari perlunya menjaga kualitas dari produk, Lia akhirnya membangun pabrik sosis sendiri di bawah bendera PT Sumber Pangan Jaya di kawasan Jababeka, Cikarang, dengan merek Sosis Bulaf. “Produk sosis yang sehat merupakan produk olahan yang tidak bisa dikerjakan dengan skala rumahan, harus di pabrik dan terstandar,” ujar wanita cantik kelahiran Balikpapan ini.

Lebih jauh Lia menjelaskan, sosis Bulaf diproduksi dengan bahan berkualitas tanpa menggunakan monosodium glutamat, pengawet, pewarna, dan campuran tepung. Pembungkus sosisnya berupa kolagen yang baik bagi kesehatan kulit dan konsumen tidak perlu mengupas ketika akan melahapnya.

Pada 2010, ibu kelahiran 14 November 1964 ini kebanjiran permintaan. Sayangnya, saat itu mesin yang sudah bekerja selama setahun mulai rewel. “Saya diprotes pembeli karena produksi sering terlambat,” ungkapnya. Animo pasar dan penjualan naik membuat keuntungan bertambah. Dari keuntungan inilah ia membeli mesin dan alat bantu produksi lainnya agar tidak ada komplain keterlambatan.

Kini, di bawah bendera SPJ, tahun lalu Lia bisa memasarkan 223,86 ton daging olahan ke berbagai penjuru Tanah Air. Produksinya tersebut berupa sosis, nugget, dan bakso dari bahan ayam, sapi, dan kambing. Ada sekitar 20 macam produk berbagai ukuran dan rasa.  “Semua produk itu bisa dikonsumsi anak usia tiga tahun hingga manula. Ada sosis rasa keju, sosis kambing, sosis ayam, sosis sapi, sosis berpadu brokoli, wortel, jagung ataupun sosis original,” bebernya.  Bila rata-rata harga produknya Rp20 ribu/200 gr, maka omzetnya paling tidak Rp22 miliar setahun.

Percepat Cash Flow

Memasarkan produk baru memang tidak mudah. Hal itu pun dirasakan mantan karyawan bank swasta ini. Apalagi merek produknya belum banyak dikenal masyarakat. Butuh biaya pemasaran yang cukup besar agar berhasil memasuki pasar dan menarik minat konsumen.

Belum lagi menghadapi persaingan pelaku usaha lain yang telah masuk pasar terlebih dahulu. “Saya memposisikan sosis Bulaf sebagai produk premium untuk kelas menengah-atas. Sebab konsumennya paham kualitas dan sadar gaya hidup sehat sehingga rela membayar harga lebih mahal,” jelas ibu yang tak sempat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, Jakarta, itu.

Anak pasangan Maulana Hasanuddin dan Lily Bajuli ini menyadari modal Rp1 miliar masih terlalu kecil karena hanya cukup untuk kebutuhan produksi. Padahal usaha yang dirintisnya butuh alokasi dana promosi buat memperkenalkan produknya. “Modal promosi hanya bagi-bagi brosur sederhana,” terangnya singkat.

Pemasaran dilakukan dari pintu ke pintu lantaran produknya belum memenuhi syarat secara administratif untuk masuk.  Ia tak berkecil hati, berbagai bazar pun diikutinya. Langkah ini diambil agar modal cepat berputar dan bisa mengikuti syarat yang ditetapkan pihak supermarket. “Selain itu, saya ingin memperkenalkan sosis langsung ke konsumen agar tahu juga kualitas produknya,” jelas ibu dari Rizky Putra Syaaf, Rizky Nanda Syaaf, Rizky Arsy Syaaf, dan Putrilia Syaaf ini

Ide pemasaran ala Lia ini berhasil meyakinkan konsumen. Lantas ia pun membuka sistem keagenan pada 2009 untuk pemasaran produk. “Dengan sistem yang saya gunakan ini, ternyata cash flow lebih cepat,” cetusnya.  Dimulai dari 25 agen, kini ia mampu membuka 600 agen yang tersebar di beberapa kota besar di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Terus Berinovasi

Seiring berjalannya waktu, Lia mampu mengatasi berbagai rintangan dalam memutar roda bisnisnya. Tak pelak omzet perusahaan pun meningkat. Namun ini tidak lantas membuatnya berpuas diri. Ia tetap berinovasi dan mengembangkan usahanya.

”Saat ini, Bulaf memang lebih menyasar ke modern market yang menjual produk premium dengan segmen pasar kelas atas,” ujarnya. Pada 2013 ia juga meluncurkan merek baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen menengah ke bawah dan mencoba ekspansi ke Australia guna memperluas jangkauan pasarnya.

Tak hanya itu, ia juga bakal mengembangkan produk non-sosis dan berbahan baku ayam.  Yang masih dalam tahap pembangunan adalah bulaf kafe mini. “Nantinya yang dijual makanan dan minuman yang bahan bakunya dari Bulaf. Ini akan menjadi kemitraan atau business opportunity,” tutup Lia dengan raut semringgah mengakhiri perbincangan dengan AGRINA di rumahnya.

Tri Mardi R, Windi Listianingsih, Arfi AZB

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain