Tahun ini diramalkan tikus, penggerek batang, hawar daun bakteri, blas, wereng batang cokelat, tungro, dan ulat grayak bakal banyak menyerang.
Jika tidak ada organisme pengganggu tumbuhan (OPT), tentunya produksi tanaman (pangan dan hortikultura) bakal lebih optimal. Namun ada OPT seperti hama dan penyakit (HPT) menyebabkan hasil tanaman kurang optimal. Di sinilah pentingnya keberadaan Balai Besar Peramalan OPT (BB-POPT), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Para “cenayang” yang notabene ahli hama dan penyakit di sini bertugas mendeteksi intensitas serangan HPT.
Misalnya, untuk tanaman padi. Pada musim kemarau atau MK (April – September), Balai ini sudah meramalkan berbagai jenis HPT yang mungkin marak pada MK ini. Yaitu (berdasarkan urutan intensitas serangan) tikus, penggerek batang padi, hawar daun bakteri (HDB) atau kresek, blas, wereng batang cokelat, tungro, dan ulat grayak. Dengan sudah mengetahui OPT yang bakal marak, antisipasi pengendaliannya bisa lebih dini.
Tentu saja, seperti pernah diungkapkan Ir. Sarsito Wahono Gaib Subroto, MM, peramalannya tidak bisa setepat seperti Mama Lauren (alm.) dalam meramal nasib seseorang. Dalam hal peramalan OPT ini, menurut Gaib, Kepala BB-POPT, target serangan OPT yang masih dapat diterima tidak lebih dari 2%. Jika serangannya sampai di atas 2%, berarti antisipasinya kurang cepat. “Kami tidak mengejar tepat sekali ramalannya,” katanya kepada AGRINA di kantornya di Jatisari, Karawang, Jawa Barat.
Balai yang dirintis sejak 1977 ini bertugas menangani teknis pengamatan, peramalan, dan pengendalian HPT tanaman pangan dan hortikultura. Balai ini memiliki gedung utama dua lantai; laboratorium lapangan empat unit, rumah kaca empat unit, rumah kasa dua unit, kebun koleksi, lahan sawah percobaan; laboratorium entomologi, fitopatologi, vertebrata, agensia hayati, Vapor Heat Treatment (VHT), PCR, multimedia, dan GIS.
Pestisida alami
Di kalangan masyarakat, menurut Gaib, dalam mengatasi HPT misalnya, dapat menggunakan pestisida buatan dan alami (hayati). Dari pengamatan alumnus IPB angkatan 14 (1977) ini, terdapat sekitar 2.000-an pestisida. BB-POPT lebih perhatian pada pengembangan biopestisida atau pestisida alami dalam mengatasi HPT itu.
Misalnya, agensia hayati Corynebacterium, yang dapat mengatasi penyakit HDB pada padi (disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae). Seperti diketahui, risiko serangan HDB bisa mencapai 60%. Bahkan pada musim-musim tertentu di daerah endemis, kehilangan hasil lebih dari 60%. Di sinilah pentingnya teknologi untuk mengendalikan penyakit HDB ini.
Dari hasil eksplorasi BB-POPT, Corynebacterium terbukti mampu menghambat laju penyebaran HDB. Agensia hayati ini diisolasi dari daun padi yang sehat di antara daun padi yang terinfeksi HDB. Menurut Gaib, Corynebacterium sudah melalui uji efektivitas di laboratorium dan lapangan. “Ini tidak kita perjual-belikan. Sudah kita sosialisasikan dan petani bilang bagus. Kita buatkan starter-nya, petani yang memperbanyak,” katanya.
Selain di bidang tanaman pangan, Balai ini juga mengembangkan teknik pengendalian OPT pada hortikultura. Misalnya mengatasi serangan lalat buah dan terbawanya lalat buah pada produk ekspor dengan Vapor Heat Treatment (VHT). Pasalnya, lalat buah banyak menimbulkan kerugian, bahkan dapat ditolaknya produk ekspor hortikultura.
Mengatasi lalat buah
Karena itulah beberapa negara telah menetapkan perlakuan panas (thermal treatment) seperti VHT pada produk-produk hortikultura. Dalam rangka kerjasama dengan pemerintah Jepang, Negeri Sakura ini menghibahkan alat VHT. Selain mengendalikan lalat buah, alat ini dapat juga mengendalikan OPT pascapanen lain, seperti antraknosa. “Kita sudah menemukan suhu yang tepat untuk mengendalikan lalat buah,” ungkap Gaib, saat mengantar tim AGRINA meninjau alat VHT di salah satu ruang di kantor BB-POPT.
Pada skala komersial, perlakuan dengan VHT ini sudah dilaksanakan di Thailand, misalnya. Mula-mula mangga disortasi dan dipilah sesuai kebutuhan pasar ekspor dan ditempatkan di dalam boks plastik. Kemudian, boks plastik yang berisi buah mangga ini dimasukkan ke dalam mesin VHT. Pintu VHT untuk keluar buah, langsung berhubungan dengan ruang pengemasan yang bebas lalat buah. Kemudian buah dikemas di dalam kardus.
Menurut Gaib, sekarang Jepang bermaksud mengimpor mangga gedong (gincu). Negeri Sakura itu mensyaratkan mangga yang bebas lalat buah. Melalui Proyek Mangga Gedong Segar Bebas Lalat Buah (Marbela), kini pihak BB-POPT sudah menemukan suhu VHT yang tepat untuk mengendalikan lalat buah pada mangga gedong.
Dari informasi yang diperoleh, sudah ada perusahaan yang siap membangun mesin VHT di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, untuk pengendalian OPT pascapanen hortikultura. Fasilitas VHT ini dapat digunakan perusahaan eksportir hortikultura. Jadi, perlu sosialisasi tentang penggunaan VHT kepada eksportir dan mitra dagang.
Tentunya, sosialisasi tidak hanya menyangkut VHT tetapi juga semua layanan publik yang dapat diberikan BB-POPT kepada masyarakat, terutama petani sebagai produsen. Misalnya model peramalan OPT pangan dan hortikultura; pelatihan bidang peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT terapan; identifikasi dan perbanyakan agensia hayati (biopestisida); identifikasi OPT; dan bimbingan praktik kerja lapangan dan laboratorium.
Untuk itulah, 26–30 Agustus 2013 ini, BB-POPT akan mengadakan Pekan Peramalan OPT Tanaman Pangan di Jatisari, Karawang, Jawa Barat. “Kita akan menggelar teknologi apa saja yang bisa mengatasi OPT. Kita fokus pada pertanian ramah lingkungan. Dengan open-house ini, kita (berharap) bisa lebih dekat lagi dengan petani. Nanti, di open-house, ada yang bicara masalah iklim, perbenihan, dan OPT-nya. Di lapangan bisa kita lihat produk-produk yang biasa digunakan (mengatasi) OPT,” pungkasnya.
Syatrya Utama, Renda Diennazola, Windi Listianingsih