Selasa, 9 Juli 2013

KH Abdul Ghofur Tak Hanya Pikirkan Akhirat Tapi Juga Dunia

Ia ingin menjadikan lulusan ponpesnya mampu berwirausaha. Bidang agribisnis salah satu andalannya.

Keberadaan dan kemajuan sebuah pondok pesantren (ponpes) sangat dipengaruhi sang pendiri. Buktinya bisa dilihat pada perkembangan Ponpes Sunan Drajat di Desa Banjarwati, Kec. Paciran, Lamongan, Jawa Timur (Jatim). Setelah mengalami masa kemunduran cukup lama, akhirnya ponpes ini bisa menatap masa depan lebih optimistis.

Mengaji dan Wirausaha

Optimisme itu tak terlepas dari perjuangan KH Abdul Ghofur yang bercita-cita melanjutkan perjuangan Sunan Drajat. Cita-citanya sederhana, yaitu menghidupkan kembali ponpes yang pernah didirikan leluhurnya dalam upaya mengajarkan ilmu agama Islam. Dalam mengelola ponpes, Kyai Ghofur ini mengikuti jejak leluhurnya yang dikenal sebagai ahli ekonomi dan perdagangan. “Saya hanya menyiarkan agama Islam sambil mengembangkan perekonomian,” ujar ayah dari enam anak ini saat berbincang dengan AGRINA.

Jadi, tak hanya mengajarkan agama, tapi ia juga memberdayakan santrinya melalui pendidikan wirausaha. “Lha, lare-lare (anak-anak) ini butuh pendidikan. Jadi wirausaha juga penting bagi mereka sehingga bisa mandiri, nggak ngemis terus,” sambung putra asli Paciran, Lamongan ini. Ia pun masih melihat masyarakat yang memandang negatif terhadap pesantren. Itu sebabnya santri tak diajarkan pendidikan agama saja. “Saya ingin mengajak santri tak hanya belajar ngaji thok, mikir akhirat thok, tapi juga mikir dunia supoyo uripe (agar hidupnya) berkah,” urai bapak kelahiran 12 Februari 1949 ini.

Dengan membekali pengetahuan dagang dan wirausaha, tambah keturunan Sunan Drajat ini, setelah lulus santri diharapkannya bisa hidup mandiri.“Bukankah Allah sudah memberi utek (otak), ojo plengak-plengok (jangan bengong saja). Gunakan akal itu untuk mendapatkan uang,” sarannya. Tak mengherankan, sejak didirikan kembali pada 1977, ponpes ini menjadi satu-satunya ponpes milik Walisongo yang masih eksis, di lokasi yang sama sejak abad ke-15 lalu. Sekitar 10 ribu santri dari berbagai belahan dunia belajar di sini.

Perhatian “Kyai Seribu Solusi” ini pada pendidikan juga terkait dengan potensi laut Lamongan yang cukup besar. Ia pun mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelautan. "Saya ingin para siswanya bukan hanya belajar seperti biasa, tetapi juga belajar akhlak, mengetahui ilmu dunia dan belajar mengaji," tutur Kyai yang bisa berbahasa Jepang dan Inggris ini. Bantuan datang dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam pengembangannya. Bahkan, Institut Teknologi Surabaya pun tanpa ragu bekerja sama mengembangkan Program Politeknik dengan lima jurusan terkait industri perikanan di Lamongan.

Saat ini, tambahnya, ponpes mencoba mengolah air laut menjadi bahan bakar. Teorinya sudah ditemukan, tinggal sedikit upaya lagi. "Saya ingin mengajarkan ilmu yang bisa diterapkan di tengah masyarakat. Ketika alumnus bekerja di tengah masyarakat, mereka membawa akhlak dan ilmu yang didapat dengan baik itu ke lingkungannya," urai Pak Kyai di sela-sela kegiatannya  menerima kunjungan wartawan dari berbagai media nasional.

Ponpes Rahmatan Lil’Alamin

Eksis saja rupanya tidak cukup bagi Kyai Ghofur. Berbagai terobosan ia lakukan agar ponpesnya mandiri dan menjadi pesantren yang rahmatan lil’alamin (rahmat bagi alam semesta). Ia memberdayakan para santri dengan mendirikan berbagai unit usaha, mulai dari pertambangan, pengelolaan air laut, peternakan, pertanian, perikanan, penyewaan alat berat untuk pertambangan hingga toko serba ada.

Unit usaha ini bermodal seadanya dan hanya berbekal tekad untuk berhasil serta berkembang. Sekitar 200 santri mengelola semua unit usaha tersebut. “Dengan mengembangkan dunia pertanian, industri, dan perikanan, kita turut menjalankan perintah Al Quran dan hadits. Akhirat tak akan sempurna kalau duniawinya tidak baik juga," tutur anak ketiga dari 10 bersaudara ini.

Setelah berkembang memang banyak yang menawarkan modal dan bekerja sama. “Tapi kalau tidak sesuai dengan prinsip saya, apalagi ada buntutnya, ya saya ndak mau,” tandasnya dengan logat Jawa Timuran yang khas. Suami almarhumah Hj. Kamilah ini juga berupaya memperbaiki lingkungan sekitarnya dan turut memberdayakan masyarakat, terutama petani, nelayan, dan buruh agar secara ekonomi mereka hidup layak.

Masyarakat pun mulai banyak mengenal dan terlibat dalam usaha yang dikembangkan ponpes. Sebutlah usaha pembuatan jus mengkudu sunan, kebun mengkudu, industri pupuk, pembuatan air minum mineral Aidrat, peternakan sapi, pembuatan Madu Asma Tawon Bunga, Pabrik Garam Samudra, budidaya ikan lele, usaha kayu, pembuatan minyak kayu putih, usaha bordir dan konveksi, serta pengembangan biodiesel dari kemiri sunan.

Doktor Mengkudu

Penghijauan di lahan kritis yang dilakukannya dengan tanaman mengkudu telah membawa Kyai Ghofur meraih Piala Kalpataru sebagai Pembina Lingkungan Terbaik pada Juni 2006. Hasil penghijauanya itu sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di empat kecamatan di Lamongan.

Setahun setelah itu, Sang Kyai meraih gelar doktor kehormatan dari American Institute of Management Studies, Hawaii, berkat penemuan khasiat buah mengkudu. “Saya juga mengolah buah mengkudu karena memiliki kandungan Vitamin C tinggi, bagus bagi tubuh guna melawan bakteri dan virus atau sebagai antioksidan,” imbuhnya. Karena itu ia lalu membangun industri pengolahan dan pemasaran jus mengkudu. Selain di dalam negeri, pemasaran produknya juga merambah Jepang.

Menurut Kyai Ghofur, mengkudu tak hanya baik untuk manusia, tapi juga bermanfaat bagi hewan dan ikan. “Kandungan Vitamin C-nya bisa meningkatkan daya tahan ayam terhadap flu burung dan dapat menjadi penyelamat pembudidaya ikan jika ada serangan penyakit ke kolam,” cetus anak pasangan H. Marthokan dan Hj. Kasiyami ini.

Jika sejumlah pengelola pesantren melulu berkonsentrasi di bidang agama, tidak baginya. Perhatiannya juga tercurah pada lingkungan, perekonomian, dan warga masyarakat di sekitarnya. Kunci semua keberhasilannya adalah selalu membantu yang lemah dan meminta doanya, membantu yang kuat dan kaya serta menerima sumbangannya, serta menyalurkan sumbangan itu bagi kesejahteraan santri dan pengembangan ponpes.

Tri Mardi Rasa

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain