Tak banyak yang mampu mengembangkan toko alsintannya seperti ia lakukan. Kini, dengan berbagai cara, ia berupaya memajukan petani.
Bisa dibilang, ia adalah salah seorang pemilik toko alat sarana pertanian (alsintan) yang dilengkapi peralatan canggih saat ini. Berkat kerjasama dengan salah satu perusahaan produsen sarana perlindungan tanaman, toko alsintannya sekarang dilengkapi TV digital berlayar sentuh. TV itu bisa memberikan bermacam informasi mengenai segala sesuatu terkait proses budidaya tanaman padi.
Namun, semua kemajuan itu tentu bukan diraihnya dengan sekejap mata. Sudah 17 tahun Didi Limatim Alam dan istrinya bekerja keras mengelola Toko Alam Tani-nya yang beralamat di Talok, Desa Puhti, Kec. Karangjati, Kab. Ngawi, Jawa Timur. “Dengan sistem TV digital ini, petani bisa melihat seluruh proses budidaya padi, mulai dari awal tanam sampai masa panen. Jadi, mereka diharapkan mendapatkan pengetahuan lengkap dan mampu meningkatkan hasil panen padi mereka,” ujar Didi saat berbincang dengan AGRINA di tokonya.
Tak hanya itu, melalui TV digital berlayar sentuh itu, para petani juga bisa melihat contoh-contoh keberhasilan dari petani lainnya di seluruh Indonesia. Apalagi, biasanya petani cenderung hanya mempercayai apa yang disampaikan petani lain. Jadi, di toko Tata Tani milik Didi ini mereka bisa melihat langsung kisah keberhasilan petani lain. “Diharapkan ini memberi dorongan agar para petani juga meniru keberhasilan dari kisah sukses itu,” tambah Didi.
Sumber Pangan Dunia
Didi memang tak tanggung-tanggung dalam membantu petani. Ia, misalnya, turut aktif dalam mendorong dan membentuk kelompok-kelompok tani yang bertekad meraih hasil padi 10 ton/hektar. Target angka ini adalah salah satu program produsen sarana perlindungan tanaman yang bekerja sama dengannya itu. “Kelompok-kelompok tani itu bisa mendapatkan seluruh paket produk yang mereka butuhkan di sini,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jaya Negara Malang, Jawa Timur, ini.
Ia memang menekuni dunia alsintan lantaran tekad besarnya untuk membantu petani sebagai tulang punggung dunia pertanian negeri ini. “Semenjak lulus kuliah di bidang manajemen, saya langsung serius mengelola dan membesarkan toko ini,” kata lelaki kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 3 November 1971 ini.
Didi meyakini, Indonesia adalah negeri agraris dengan potensi pertanian yang sangat besar. Bahkan, untuk tanaman pangan, terutama padi, ia yakin Indonesia akan menjadi negara terkemuka di dunia dan menjadi rujukan negara-negara lain. “Indonesia dianugerahi lahan-lahan pertanian dengan tanahnya yang subur-subur. Saya yakin, Indonesia akan menjadi sumber pangan dunia. Dan negara-negara lain akan belajar dari Indonesia,” tandasnya tanpa keraguan.
Memiliki Komitmen
Boleh jadi, keyakinan Didi itu lantaran pergaulannya sehari-hari dengan petani. Kendati kerap dilanda kesulitan, misalnya gagal panen karena bencana alam seperti banjir atau serangan hama dan penyakit yang hebat, toh para petani tadi terus berjuang tanpa mengenal kata menyerah. Tanpa putus asa, mereka berupaya terus memperbaiki cara bercocok tanam mereka demi hasil yang lebih baik.
Tentu suka–duka selama melayani petani ada, sebagaimana dialami siapa pun yang berjualan. Dalam urusan alsintan ini, kesabaran dalam menjelaskan manfaat suatu produk atau cara pemakaiannya menjadi andalan Didi dalam melayani petani. “Dengan memberikan pengetahuan soal produk-produk alsintan ini, kita bisa membantu petani agar mereka bisa semakin berkembang dan berkembang lagi,” tuturnya.
Ia juga beruntung selalu mendapat bantuan dari istrinya, Lilik Rahayu, yang mendampinginya dalam berjualan. “Istri saya banyak membantu tugas-tugas saya di toko, terutama untuk masalah keuangan. Saat ini ia tak punya bisnis lain di luar, hanya membantu saya saja,” papar ayah kata dua anak ini.
Yang selalu dipegang teguh Didi dalam mengelola toko alsintannya adalah soal tanggung jawab. Baginya, tanggung jawab bukan masalah yang bisa dianggap remeh saat berhubungan dengan pelanggan. “Kita harus punya komitmen kepada pelanggan toko kita. Misalnya, jika kita mengatakan tidak kepada pelanggan, selanjutnya harus tidak, sedangkan bila kita mengatakan ya, maka harus ya seterusnya,” ujar Didi.
Sistem Jemput Bola
Berkat kerja kerasnya, dua tahun lalu Didi mampu mendirikan satu toko alsintan lagi. Berlokasi sekitar 10 km dari Tata Tani, toko yang jauh lebih megah dan besar dari toko sebelumnya ini diberi nama Toko Alam Tani. Di toko ini, nyaris semua produk alsintan dari semua produsen tersedia. “Memang, selama lima tahun sebelum toko baru ini berdiri, kami mengintensifkan penjualan dengan menerapkan sistem jemput bola,” ucap Didi dengan bangga karena sistem yang diterapkannya berbuah hasil mengesankan.
Sistem jemput bola ini, sambung dia, adalah upaya melayani kebutuhan petani sampai ke pelosok-pelosok wilayah terpencil. “Ibaratnya, kami melayani kebutuhan akan alsintan ini sampai ke level paling bawah,” tuturnya.
Namun, meskipun sehari-hari ia selalu disibukkan urusan tokonya, melayani para petani yang membutuhkan produk alsintan, Didi masih sempat menikmati hobinya, yaitu ngetril. Hobi mengendarai sepeda motor trail itu sudah dilakoninya sejak masa remaja.
Dengan bangga Didi pun memperlihatkan dua sepeda motor trail kesayangannya yang terparkir di garasi tokonya yang baru itu. “Memang hobi ngetril sempat terhenti saat saya tengah sibuk mengembangkan toko alsintan baru ini, tapi sekarang sudah mulai saya jalani lagi,” ucapnya.
Ada motivasi tersendiri jauh di lubuk hati Didi dengan semua langkahnya selama ini. Ia sebetulnya ingin ada orang lain yang terinspirasi dengan keberhasilannya dalam mengembangkan toko alsintan. “Saya ingin, ada petani atau siapa saja terdorong meraih sukses dengan melihat apa yang bisa saya lakukan ini,” ucapnya dengan tulus mengakhiri percakapan sore itu.
Syaiful Hakim