James Symons Ikutilah Impian Anda
Ingin lama berkarya di Indonesia, pria muda ini berharap kehadirannya bisa menorehkan pengaruh positif di dunia agribisnis.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang demikian kinclong, di atas 6% dalam tahun-tahun terakhir, ibarat magnet bagi pebisnis global untuk menggarap pasar raksasa di negeri berpenduduk 240 juta jiwa lebih ini. Apalagi, hasil studi Mc. Kinsey Global Institute mengungkap, jumlah kelas menengah yang tahun lalu sebanyak 45 juta jiwa akan menjadi 135 juta jiwa pada 2030. Komunitas pembelanja inilah yang membuka peluang pasar sebesar USD1,8 triliun dalam sektor layanan konsumen, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan.
Industri peternakan sebagai bagian dari sektor pertanian juga terus memperlihatkan pertumbuhan. Salah satu indikatornya adalah produksi pakan ternak. Berdasarkan pantauan Alltech, perusahaan kesehatan hewan global berbasis di Kentucky, Amerika Serikat, produksi pakan nasional menempati posisi ke-16 dunia. Dan dalam beberapa tahun, Indonesia diprediksi akan masuk dalam kelompok 10 besar.
“Di sinilah peluang industri imbuhan pakan meningkatkan pasarnya, yaitu dengan memberikan solusi terbaik bagi pelanggan. Meskipun pasarnya berkembang, permintaan juga diarahkan oleh biaya. Jadi, suatu perusahaan akan sukses, dan saya yakin Alltech akan menjadi salah satu yang sukses, adalah perusahaan yang mampu menawarkan solusi terbaik bagi pelanggan,” ucap James Symons, General Manager PT Alltech Biotechnology Indonesia, mengawali perbincangan dengan AGRINA akhir bulan silam.
Solusi di Farm
James, demikian ia biasa disapa, memang baru memimpin Alltech di Indonesia selama 6 bulan. Namun, nyalinya tak ciut oleh banyaknya penyedia imbuhan pakan di negeri ini. Malah, ia berpendapat, “Persaingan artinya banyak produk yang lebih baik tersedia, lebih banyak solusi, juga layanan yang tersedia bagi peternak dan pabrik pakan. Perusahaan yang paling sukses adalah yang bisa menunjukkan dan menambah nilai bisnis para pelanggannya ketimbang yang hanya menjual.”
Tentang keunikan produk Alltech, pemegang gelar master of arts bidang international relations dari University of New South Wales ini merincinya. “Produk kami semua berasal dari sumber alami, seperti ragi, ekstrak yuka, dan alga. Saat ini, konsumen sangat peduli industri pertanian. Konsumen ingin tahu apa yang diproduksi. Mereka juga ingin tahu apakah produksi itu aman terhadap lingkungan. Jadi, semua produk Alltech harus sesuai prinsip ACE, yaitu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ternak, memuaskan dan melindungi konsumen, serta ramah lingkungan (Animal, Consumer, Environment),” papar James.
Lebih jauh, pria yang sebelumnya berkarir di Big Dutchman International Gmbh selama empat tahun ini juga mengungkap orientasi baru Alltech dalam membantu peternak dan petani secara langsung. “Kami sekarang punya on farm solution berupa Farm Pack. Kami akan menyediakan kemasan-kemasan untuk peternak, bukan produk tunggal tapi paket formulasi yang bisa mereka gunakan di farm,” beber lajang asli Australia berusia 31 tahun ini bersemangat.
Melalui ahli-ahlinya di Nutrigenomic Center, Alltech meracik produk untuk menjadi solusi praktis bagi peternak broiler/layer, sapi potong, sapi perah, dan babi. Misalnya, produk untuk memenuhi keinginan peternak yang mau mendapatkan 5 butir telur lebih banyak dalam satu periode bertelur ayam, mencapai daya hidup 99%, sapi perah yang menghasilkan 1.000 liter per laktasi, dan memproduksi 4 ekor anak ayam lebih banyak dari satu induk per siklus. Namun, peternak dan pembudidaya di Indonesia masih harus bersabar. Sebab, “Sekarang produk-produk itu sedang dalam proses registrasi. Tahun ini, kami berharap bisa dipasarkan,” tutur James.
Keluarga Peternak
Bila andalan baru itu telah meluncur ke pasar Indonesia, kesibukan pemegang sertifikat Kaplan untuk applied finance ini pasti akan bertambah. Pasalnya, ia dan jajaran technical support-nya harus banyak terjun ke lapangan, tak hanya ke kalangan pabrik pakan. Pendekatan langsung ke pengguna produk rupanya bukan masalah baginya. Apalagi, pengalaman kerja sebelumnya diakui James sangat membantu.
“Itu sangat membantu saya karena fokus Big Dutchman juga on farm, jadi banyak berinteraksi dengan peternak besar dan kecil. Pengalaman itu mengajarkan saya bagaimana berinteraksi dengan peternak. Apalagi, saya juga datang dari keluarga peternak. Kami punya peternakan biri-biri, lalu pindah ke peternakan sapi di dekat Sydney (ibukota negara bagian New South Wales). Jadi, saya besar di peternakan. Umumnya peternak menginginkan hal yang sama. Permasalahannya mirip kok antara di Australia dan Indonesia,” ujarnya sedikit menyingkap latar belakang keluarga.
Untuk lebih mengetahui permasalahan di lapangan, James yang tengah belajar bahasa Indonesia ini juga mengunjungi peternak di Bogor, Blitar, Malang, juga Lampung, buat bertemu pelaku bisnis udang. Lalu betahkah pria yang telah menghabiskan waktu 6 tahun di Asia ini berada di Indonesia? “Saya berharap bisa tinggal lama di sini. ‘Kan saya punya tujuan ingin menumbuhkan brand dan image perusahaan di sini. Itu butuh waktu, dan itulah sebabnya saya di sini. Saya ingin bisa melakukan presentasi dalam bahasa Indonesia tahun depan,” katanya sembari tersenyum.
Sewaktu ditanya tentang impian terbesarnya, lelaki yang menghabiskan waktu senggangnya dengan berolahraga rugby dan golf ini agak kesulitan menjawab. “Wah, saya punya banyak mimpi, tapi nggak bisa saya sebut mana yang terbesar. Adalah juga impian saya bisa bekerja dalam sesuatu bidang yang tumbuh, menarik, menantang, dan berbeda tiap hari,” cetusnya.
Yang jelas, menurut James, saat ini ia sudah berada di bagian dari impiannya tersebut. “Saya ingin mengerjakan sesuatu yang baru, menyenangkan, positif tiap hari dan selalu bahagia. Alltech mendukung semua orang untuk mengejar impian mereka. Ini salah satu yang dikatakan Dr. T. Pearse Lyons (pendiri Alltech), ikuti impian Anda. Saya hidup untuk kehidupan Anda,” pungkasnya mengakhiri perbincangan siang itu.
Kami tunggu kiprahmu, James!
Peni Sari Palupi