Dunia usaha agribisnis, baik on-farm (budidaya atau usaha tani) maupun off-farm (subsistem input, pengolahan ataupun pemasaran), semakin komersial. Oleh karena itu, menurut Prof. Bungaran Saragih, pakar agribisnis, dunia usaha agribisnis (skala mikro, kecil, menengah, dan besar) sangat tergantung pada pasar, baik pasar input maupun pasar output. Pasar input dan output ini membutuhkan media angkut yang efisien dan efektif.
Efisien berarti biaya per unit untuk mengangkut input (seperti pupuk, pestisida, pakan, benih atau bibit, dan sebagainya) ataupun output (baik yang hidup, segar, maupun olahan) sekecil mungkin sehingga dapat menekan biaya operasional. Efektif berarti kesegaran atau mutu produk-produk yang diangkut tetap terjaga sampai ke pelaku usaha atau konsumen. Jadi, media angkut yang efisien dan efektif sangat mendukung agribisnis.
Dalam menentukan media angkut (agribisnis), seperti dikatakan Davy Tuilan, 4W Marketing – Dealer Network Development Director PT Suzuki Indomobil Sales, pertama, pertimbangkan produk yang diangkut. Produk agribisnis, yang berbasis biologis, pada umumnya voluminous (memakan ruang lebih luas), curah, perishable (cepat rusak), dan sebagainya. Misalnya, jika mengangkut sayuran segar, sebaiknya menggunakan mobil dengan suspensi empuk (soft), sebab kalau suspensinya keras sayurannya bisa cepat rusak.
Kedua, pertimbangkan rute jalan atau medan yang harus ditempuh. Jika jalannya mulus, cukup menggunakan mobil 4x2 (satu gardan), tetapi jika jalannya jelek (off-road), diperlukan mobil 4x4 (gardan ganda). Ketiga, pertimbangkan faktor cuaca. Jika daerah hujan, sebaiknya mobil boks, jika bukan daerah hujan boleh mobil bak.
Keempat, pertimbangkan kombinasi media angkut yang akan digunakan. Misalnya kombinasi roda tiga, mobil pikap, dan truk (ringan, medium, atau berat). Roda tiga atau pikap, misalnya, bisa sebagai kendaraan pengumpan (feeder) untuk mengangkut tandan buah segar (TBS) sawit ke pinggir jalan di kebun sawit, lalu mobil truk (biasanya ringan atau medium) akan membawa TBS tersebut ke pabrik kelapa sawit. Kombinasi media angkut yang tepat akan menentukan efisiensi dan efektivitas seperti disebutkan tadi.
Memang, memilih media angkut yang efisien dan efektif merupakan salah satu upaya meningkatkan daya saing. Di Indonesia, biaya angkutan ini mahal. Seperti diungkapkan Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan, Rabu (10/4), biaya logistik di Indonesia (2011) sekitar 24,6% dari Produk Domestik Bruto atau sekitar Rp 1.800 triliun. Bandingkan dengan biaya logistik di Amerika Serikat yang 9,9%, Jepang 10,6%, dan Korea Selatan 16,3%.
Dari data Logistic Performance Index tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 59, di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Padahal, pada 31 Desember 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai diberlakukan. Jika Indonesia tidak cepat berbenah, misalnya infrastruktur transportasi, jangan heran jika kita kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Memilih media angkut yang efisien dan efektif merupakan salah satu cara untuk menekan biaya logistik, sehingga tidak kalah dari negara-negara lain.
Memilih jenis dan merek media angkut yang tepat merupakan salah satu upaya menekan biaya operasional. Ada dua hal yang dipertimbangkan dalam memilih merek media angkut. Pertama, cost of ownership (biaya kepemilikan) seperti bahan bakar, kecepatan servis, suku cadang, dan jaringan servisnya. Kedua, resale value (harga jual kembalinya).
Menurut Davy, sebagai pengusaha (agribisnis), kita tidak perlu repot-repot dalam memilih merek (roda tiga, mobil pikap, atau truk) media angkut untuk produk-produk agribisnis. Perhatikan saja populasi kendaraan itu di tengah masyarakat. Semakin tinggi populasi kendaraan tersebut, berarti masyarakat sudah percaya (misalnya karena irit, andal, dan kemudahan servis), sehingga resale value kendaraan itu relatif tinggi.
Yang perlu dicermati, tren bisnis ke depan. Karena persaingan sangat ketat, biasanya skala usaha dari unit bisnis bakal mengecil sampai tahap optimal (efisien dan efektif), tapi di sisi lain konsumen membutuhkan produk-produk berkualitas. Dalam konteks ini, media angkut yang irit, andal, dan mudah diservis, bakal menjadi pilihan, karena akan meningkatkan efisiensi. Jangan heran, jika mobil pikap dan roda tiga semakin digemari. Bahkan, belakangan ini, roda dua pun banyak digunakan sebagai media angkut agribisnis.
Apalagi, seperti diungkapkan Bungaran Saragih, umumnya pelaku usaha agribisnis ini relatif berskala kecil dibandingkan besarnya pasar. Selain itu, hampir semua komoditas memiliki produk substitusinya. Misalnya, sumber pangan karbohidrat ada ratusan komoditas. Begitu juga dengan sumber protein, vitamin, mineral, lemak atau minyak juga ada puluhan atau ratusan jenis. Jangan heran jika struktur pasar megasektor agribisnis ini mendekati struktur yang bersaing sempurna. Karena itu, tuntutan efisiensi dan juga efektivitas menjadi keharusan, termasuk dalam memilih media angkut.
Syatrya Utama