Berkaca itu bisa dilakukan setiap saat, di mana saja, dan dengan sesiapa. Tidak perlu minder ataupun takut untuk berkaca.
Perlu energi besar untuk bisa tampil prima dan segar setiap hari. Apalagi, jika kita harus selalu bertemu dengan banyak kepala. Kondisi inilah yang dirasakan Satria Hamid Ahmadi, SE, Kepala Humas Carrefour Indonesia, salah satu perusahaan ritel modern yang ingin berkontribusi dalam pembangunan pertanian Indonesia.
Sebagai penyambung lidah perusahaan, berbagai kalangan dengan rerupa latar belakang kehidupan ditemuinya. Petani, peternak, nelayan, pengusaha, hingga pemerintah ia jamu penuh semangat dan antusias. Melelahkan? Tidak, Satria, begitu ia disapa, justru menyenangi pekerjaan itu. Padahal, sarjana ekonomi lulusan STIE Perbanas ini mengaku tidak memiliki ilmu “menyambung lidah” ataupun gemar berorganisasi di kala muda.
Namun, Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) ini kini justru disibukkan dengan beraneka jabatan kepengurusan dan bersua banyak asa. Sebut saja Wakil Komite Tetap Pengawasan Produk di Kadin Indonesia, Sekretaris II Jakarta Great Sale, anggota Badan Promosi Pariwisata DKI Jakarta, dan anggota Komite Daging Sapi. “Bertemu dengan orang bisa bersilaturahmi dan memberikan kontribusi positif yang ada di dalam diri kita untuk kemaslahatan orang lain,” ulas Satria kepada AGRINA perihal aktivitas yang digelutinya.
Cermin Diri
Lantas dari mana energi dan semangat yang diperoleh Satria? “Energinya dari orang-orang yang berinteraksi dengan saya. Jadi mereka adalah mirror (cermin) bagi saya. Bagaimana kita bisa menyerap energi positif dari tempat, kawan, sahabat yang berinteraksi dengan kita,” papar pria kelahiran Jakarta, 2 Agustus 1972 ini.
Satria menuturkan, jika orang yang berinteraksi dengan kita bersikap tidak baik atau kurang mengenakkan, bisa jadi itu muncul karena perilaku kita yang buruk. Artinya, kita harus introspeksi diri ketika ada peristiwa yang kurang menyenangkan muncul saat berinteraksi. Dan sebaliknya, ketika lawan bicara memunculkan asupan yang baik, kita sebaiknya bisa menyerap semangat itu.
“Kita makhluk yang sangat lemah sebenarnya, nggak bisa sendiri. Kita butuh bantuan orang lain. Jadi berusahalah menjadi sefleksibel mungkin, berusahalah bisa beradaptasi lebih dalam, dan berusahalah mengembangkan energi positif tidak hanya untuk kita sendiri tapi lebih diutamakan untuk orang lain,” tuturnya bijak.
Energi positif itu salah satunya diserap dari kedua orang tua yang sukses mendidik Satria kecil menjadi pribadi santun dan berpikiran positif. Juga dari isteri tercinta, Dr. Ristina B. Ahmadi, MARS, yang setia mendampingi sekaligus menjadi ibu dari ketiga buah hatinya.
Tidak kalah pentingnya, Handaka Santosa, Ketua umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) sekaligus salah seorang tokoh di bisnis ritel modern yang menjadi guru bagi Satria. “Beliaulah yang memperkenalkan dunia ritel ke saya. Dan memang waktu itu beliau yang meminta saya untuk kerja di Aprindo,” imbuh pria yang mengawali dunia kerja di Jakarta Promotion Board (Jakprom) itu.
Salesman Mobil
Semasa kecil Satria gemar memelihara aneka binatang kesayangan, seperti burung, anjing, kucing, ikan, hingga hamster, sebagai teman bermain. Pasalnya, lelaki yang hobi nonton dan mendengarkan musik ini anak tunggal. Kendati demikian, ia tumbuh menjadi lelaki optimistis dan bersemangat. “Moto hidup saya, tetap semangat, berpikir positif, selalu merasa ‘lapar’, dan rendah hati,” ujarnya dengan wajah berseri.
Semangat inilah yang membuat penggemar olah raga renang dan jogging ini bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi. “Saya pernah unemployed (menganggur). Jakprom itu dilikuidasi. Saya rasa breakthrough (terobosan)-nya di situ,” kenangnya tentang pekerjaan di lembaga yang bertugas mempromosikan Kota Jakarta.
Saat posisi Satria tengah mapan pada 2002, Jakprom dilikuidasi karena dirasa kurang mengikuti perkembangan zaman. Ia pun memberi masukan untuk memperbaiki Jakprom tetapi pendapat itu tidak didengar. Akibatnya, pria berkacamata ini menganggur selama setahun bahkan sempat menjadi salesman mobil. Mengaku sempat merasa terpuruk, ia tetap memandang ke depan dengan harapan dapat melontar lebih jauh.
Benar saja, lontaran itu mengantarkan Satria memasuki dunia ritel modern dan hubungan masyarakat yang tengah digeluti dengan senyum bahagia. Ia pun masih menyimpan impian yang terus dipupuk untuk dipetik hasilnya. “Target jangka panjang ... pokoknya indah pada waktunya,” tutupnya sambil tertawa lepas.
Windi Listianingsih, Ratna Budi Wulandari