Senin, 10 Desember 2012

Masbhukin Pradhana Pebisnis yang Menebarkan Semangat

Nikmatilah setiap saat sebagai pengalaman belajar yang sebenar-benarnya. Pemilik jaringan resto Ayam Jantan ini adalah salah seorang yang menerapkannya.

Tentu tak akan menjadi hal istimewa jika bukan Masbukhin Pradhana yang mengungkapkannya. Artinya, prinsip itu terbukti ampuh menyukseskan jalan hidup seseorang.

Lihat saja, lelaki ini pernah dijuluki “Raja Pulsa”. Ia juga penulis buku laris Cara Brilian Menjadi Karyawan Beromzet Miliaran (2006) dan motivator bisnis, pemilik jaringan Rumah Makan Ayam Jantan, dan pengurus Junior Chamber International (JCI) Inc.. Tak mengherankan pula jika pada  2012 ini Cak Bukhin –sapaan akrabnya-- terpilih sebagai satu dari 40 pemimpin muda bisnis Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) yang paling memberi inspirasi (Inspirational Indonesia Young Business Leaders-Buku HIPMI 2012).   

Prinsip tersebut sebenarnya adalah satu poin saja dari kiat “Empat Langkah Menuju Pencerahan total” yang kerap dinasihatkan Cak Bukhin. Keempat prinsip itu adalah pertama, pasrah, dan menyadari bahwa hidup Anda sempurna. “Di dalam langkah pertama ini, ada pula poin lainnya, yakni cintailah hidup Anda dan yakinkanlah hidup ini benar-benar berlangsung dengan sempurna bagi Anda,” paparnya.

Langkah kedua adalah memaafkan masa lalu sepenuhnya. Ketiga, memanfaatkan, bukan menoleransinya. “Maksudnya di sini, antara lain, bila menghadapi berbagai keadaan dalam hidup, Anda tak hanya harus pasrah tapi juga mesti menerima keadaan-keadaan itu sebagai hal yang sempurna,” jelasnya.  

Sedangkan langkah keempat adalah melayani orang lain. “Banyak menghasilkan dan mendermakan harta yang kita punya kepada orang lain,” saran Ketua Departemen Pendidikan dan Pelatihan Badan Pengurus Pusat Hipmi ini.

Berbisnis Pulsa

Nama lelaki kelahiran Gresik, Jawa Timur, 23 Agustus 1974, ini pertama kali mencuat secara nasional adalah tatkala namanya bergaung sebagai si Raja Pulsa. Waktu itu, sekitar 2005-an, ia memutuskan hengkang dari perusahaannya bekerja, sebuah perusahaan otomotif terbesar di Tanah Air, untuk berwiraswasta menjadi penjual voucher pulsa.

Dalam waktu singkat, hanya dengan bekal awal jutaan rupiah, ia kemudian mampu berkembang dan memiliki enam gerai grosir voucher pulsa di berbagai lokasi dengan mempekerjakan 17 karyawan. Omzet usahanya pun mencapai angka miliaran rupiah dengan bendera PT Masbukhin Pradhana Indonesia. Tentu, langkah yang menakjubkan jika melihat perjalanan usahanya jauh sebelumnya.

“Sudah sedari kecil sampai masa kuliah saya mencoba berusaha. Saya pernah berusaha ternak ayam, jualan lilin dan kembang api, serta dan buka toko kelontong di rumah orangtua. Tapi, waktu itu masih gagal,” ungkap Ketua Kompartemen Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Wilayah Jakarta Pusat  Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) ini.

Ke Bisnis Kuliner

Belakangan, pada 2011 ia mulai merintis Rumah Makan Ayam Jantan. Kurang dari setahun resto ini berkembang menjadi tiga rumah makan di seputaran Jakarta dan Bekasi, dan sedang mempersiapkan cabang keempat. Tapi, jangan disangka dengan mudah ia membangun bisnis restonya itu.

Soalnya, pada 2004, ia pernah mencoba membuka rumah makan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang menyajikan makanan ala warung tegal (warteg).  “Ada mi rebus telur, ada soto,  pokoknya campur-campur. Yang membedakan dengan warteg adalah tempatnya, karena saya membuka di rumah atau berupa kios. Konsep warteg tapi di depan rumah,” paparnya.

Namun, usaha wartegnya itu belum meraih sukses. Ketika ia menilai bisnis pulsa mulai kendur, ia pun kembali ke bisnis resto dan mendirikan Rumah Makan Ayam Jantan  tadi.  Kali ini, ia menyasar kalangan menengah.. “Saya mulai menguasai kiat berbisnis resto. “Jadi, kalau saya buka rumah makan, produknya apa yang akan ditonjolkan dan apa pula mereknya?” ungkap alumni Entrepreneur University Jakarta ini.  

Cak Bukhin juga terinspirasi oleh jaringan resto Jollibee di Filipina yang pernah ia lihat. Setiap ada resto internasional, pasti di sana ada rumah makan Jollibee yang menyajikan ayam goreng dengan bumbu khas Filipina di seberangnya. Cak Bukhin pun berangan-angan memiliki resto yang benar-benar menyajikan makanan khas Indonesia.

Tapi, sempat ada ganjalan waktu itu. Ia terkena asam urat. Jadi, ia harus mencari bahan baku makanan untuk restonya yang tak memperparah penyakitnya. “Sebagai pemilik resto pasti saya harus lebih dulu mencicipi makanan yang akan saya jual ‘kan? Jadi, terpilihlah ayam karena bisa diterima semua orang, dalam maupun luar negeri,” alasannya.

Ia pun menjadikan ayam sebagai menu utama, dengan andalan ayam pejantan, baik digoreng maupun dibakar. Saat pertama kali beroperasi, ia sempat ikut berebutan dengan pembeli lain demi mendapatkan ayam pejantan di Pasar Pulogadung, Jakarta Timur, lantaran penjual ayam jenis ini kala itu sedikit.

Citra Makanan Khas Jawa Timur

Salah satu tantangan yang juga pernah dihadapinya adalah soal brand alias merek. Soalnya, saat ia merintis resto Ayam Jantan memang di kota-kota besar di Indonesia tengah bertumbuhan resto ayam. Berbagai nama yang berkaitan dengan ayam sudah banyak yang memakainya. Tapi, ia lalu mendapatkan nama Ayam Jantan dan beruntung belum ada yang menggunakannya!

Apalagi, tambah Cak Bukhin, nama Ayam Jantan juga singkatan dari jawi wetan (Jawa Timur). “Sengaja saya mengambil menu khas Jawa Timuran karena bapak saya orang Lamongan dan ibu saya asli Gresik. Selain itu, saya lihat menu ayam khas Jawa Timur untuk kelas menengah masih jarang,” katanya seraya mengungkapkan tekadnya mengangkat citra makanan Jawa Timur ke kalangan kelas menengah.  

Resto yang pada awalnya hanya menyajikan ayam jantan goreng, ayam betina goreng, lele goreng serta sego pecel gresik itu kini makin berkembang dengan banyak pilihan menu. Bahkan, Cak Bukhin juga mengembangkan layanan pesan-antar nasi kotak  Toh, baginya, pertumbuhan restonya yang relatif cepat barulah titik awal yang cerah untuk bisnis kulinernya.

Ia pun tetap tak segan berbagi nasihat dan semangat. “Sebuah rumah makan yang baru dirintis itu harus bisa berinovasi mengikuti perkembangan selera pasar, dengan menonjolkan ciri khusus,” ujarnya menutup perbincangan dengan AGRINA.

Syaiful Hakim, Yuwono Ibnu Nugroho

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain