Gonjang-ganjing jagung bisa bersumber dari faktor lokal maupun internasional. Yang diciptakan manusia maupun alam. Yang merisaukan adalah nasib yang menimpa jagung pasti akan menimpa pasar pangan utama karena jagung itu bahan makanan manusia dan komponen utama pakan ternak. Kenaikan harga jagung sangat berdampak kepada naiknya harga daging sapi, ayam, susu, dan telur.
Faktor luar penyebab utama melonjaknya harga jagung pertengahan 2012 ini adalah merosot drastisnya produksi jagung Amerika Serikat (AS) akibat kekeringan. Begitu pun, mereka tetap mempertahankan kuota 40% penggunaan jagung untuk pembuatan bahan bakar etanol, menaati perintah UU tahun 2005 tentang kebijakan energi dan UU tahun 2007 tentang kedaulatan dan ketahanan energi. Pasalnya, pengembangan etanol berbahan jagung itu ditunjang stimulus pendanaan negara.
AS adalah penghasil 36% jagung dunia. Dalam kondisi normal, produksi rata-ratanya 300 juta ton setahun. Namun tahun ini merosot sampai di bawah 275 juta ton. Panen jagung seluruh dunia 2012-2013 ini akan mencapai 838 juta ton, turun 3% dari angka ramalan. Lebih turun lagi dari keluaran tahun lalu yang 875 juta ton menurut International Grains Council.
Walaupun kerontang menimpa corn-belt Amerika, negeri itu tidaklah menderita. Namun, pasar dunia terkena pengaruhnya karena 40% dari panen jagung AS dijual di dalam dan luar negeri untuk bahan pakan ternak. Kemerosotan suplai langsung memantik reaksi di bursa komoditas berjangka CBOT (Chicago Board of Trade). Kalau sudah di sini, maka spekulasi turut berbicara. Indonesia, dan juga negara lain, walaupun impor jagungnya tidak melulu dari AS, tetap saja terkena harga pasar dunia yang mengikuti patokan CBOT.
Harga jagung melonjak sampai 64% sejak pertengahan Juni di CBOT, dan memecah rekor harga tertinggi US$8,49/bushel pada 10 Agustus (Bloomberg). Pengaruhnya merembet ke harga pangan lainnya sehingga menaikkan indeks pangan 6%. Organisasi pangan dan pertanian PBB lalu mendesak pemerintah Amerika agar menghentikan sementara produksi biofuel. Bila AS menangguhkan amanat undang-undangnya itu, akan tersedia tambahan 110 juta ton jagung untuk bahan pangan dan pakan.
Buat Indonesia, jagung juga penting. Ia merupakan makanan pokok di sejumlah daerah, menjadi unsur penting diversifikasi pangan, bahan baku utama pakan ternak, bahan baku minyak makan, gula rendah kalori, tepung maizena, mi jagung, juga kudapan. Di sini jagung memang masih belum dipakai untuk bahan bakar alternatif. Produksi jagung Indonesia 2012 ini diramalkan 18,95 juta ton dari lahan seluas 4,2 juta ha. Kalau dilihat dari angka-angka produksi ini, sejatinya tidak ada masalah dengan jagung. Namun dari pengalaman AGRINA yang sejak terbitnya menyoroti jagung dan menggelar seminar tentangnya, jagung selalu punya perkara.
Masalah yang selalu muncul adalah akurasi data produksi. Pengusaha meragukan data produksi pemerintah. Misalnya, produksi jagung 2011 dikatakan mencapai 17 juta ton pipilan kering, namun tahun itu, industri pakan ternak mengimpor 3,5 juta ton. Padahal, jagung untuk industri pakan ternak hanya 6 juta ton. Badan Pusat Statistik mengakui angka produksinya terlalu tinggi. Deputi bidang Statistik Produksi BPS Sihar Lumbantobing mengatakan, data itu hasil perkalian antara data produktivitas dan luas lahan. “Tetapi luas lahan yang benar yang mana?”. Mereka tengah melakukan perbaikan metodologi penghitungan agar menghasilkan data yang valid.
Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Udhoro Kasih Anggoro di depan Seminar AGRINA akhir Mei lalu juga mengakui sentra jagung terpencar-pencar, sementara pasar utamanya 70% terpusat di Pulau Jawa. Dirjen mengemukakan tentang niat menjadikan jagung sebagai makanan pokok masih ambigu karena tidak seperti padi, jagung tidak punya sistem cadangan penyangga nasional, tidak punya kebijakan tata niaga dan kebijakan harga dasarnya. Produksinya belum diikuti dengan sistem pascapanen, pergudangan, dan pemasaran.
Kementerian Pertanian sudah punya program yang rinci untuk swasembada jagung, bahkan sampai ekspor. Roadmap pencapaian sasaran produksi jagung dari 2012 sampai 2014 sudah digulirkan guna memantapkan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, mendukung ketahanan pangan nasional, dan memanfaatkan peluang ekspor. Untuk itu penanaman jagung hibrida dan komposit produksi tinggi akan terus diperluas. Ditingkatkan mutu dan produktivitasnya. Peran swasta terus diperbesar. Industri makanan dan pakan akan didorong untuk merelokasi pabriknya ke sentra-sentra jagung. Pemerintah-pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dibangkitkan untuk membuka dan meluaskan perkebunan jagung.
Kekeringan yang melanda ladang jagung Amerika dan lonjakan harga yang ditimbulkannya kok ya jatuhnya bersamaan dengan digariskannya roadmap tadi.. Momentum ini harus sungguh-sungguh dimanfaatkan untuk menunjukkan bahwa kita sanggup menentukan sendiri pasar jagung. Oleh kita sendiri, dari dan untuk kita sendiri. Peluang besar ini jangan disia-siakan.
Daud Sinjal