Pemerintah memutuskan tidak mengumumkan Angka Ramalan (Aram) I 2012 dan 2013 produksi gabah yang setiap tahun dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Aram I diumumkan pada awal Maret yang memperkirakan produksi tahun berjalan berdasarkan keadaan luas tanaman akhir Desember tahun sebelumnya. Awal Juli diumumkan Aram II terdiri dari realisasi produksi Januari-April dan angka ramalan Mei-Desember berdasarkan keadaan luas tanaman akhir April. Aram III diumumkan awal November terdiri dari realisasi produksi Januari-Agustus dan angka ramalan September-Desember berdasarkan keadaan luas tanaman akhir Agustus. Angka-angka ramalan ini menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk menyusun perencanaan dan mengantisipasi segala kemungkinan terhadap produksi padi di Indonesia.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan menyatakan, keputusan ini diambil untuk mencegah spekulasi karena Aram I hanya menghitung prediksi produksi pada musim tanam Oktober, November, Desember. Sedangkan bulan-bulan berikutnya masih berupa prediksi dari luas tanam ke depan. Sementara Kepala BPS Suryamin menjelaskan, peniadaan Aram I untuk menghindari tingkat akurasi rendah dari model matematika rumus menghitung angka ramalan yang selama ini dimiliki BPS. Badan ini menyadari pola panen padi 2012 berbeda akibat cuaca tidak menentu dan perubahan iklim yang sangat ekstrem. Menyadari lebih dini akurasi rumus hitung produksi Aram I bisa meleset besar dari realisasi panen, BPS menghubungi kementerian terkait untuk membuat konsensus (Sinar Harapan 22 Mei 2012).
Sebenarnya, peniadaan Aram I adalah atas permintaan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak awal tahun lalu. Itu dikemukakan Udhoro Kasih Anggoro, Dirjen Tanaman Pangan, Kementan di sebuah seminar di Jakarta Maret 2011. BPS disarankan tidak lagi mengeluarkan Aram I dan II karena prediksinya selalu meleset. Rusman Heriawan yang ketika itu menjabat Kepala BPS juga mengakui banyak pelaku pasar memanfaatkan buruknya Aram I untuk berspekulasi sehingga merugikan masyarakat. Rusman adalah pejabat pemerintah yang pada 1 Mei lalu mengumumkan resmi tentang peniadaan Aram I tersebut.
Ramalan produksi gabah kering giling pada dasarnya mengacu luas lahan yang ditanam dan tingkat produksinya. Di negara-negara pertanian maju, yang lahannya dalam hamparan-hamparan luas dan monokultur, ramalan produksinya lebih praktis ketimbang di negara kita yang lahannya berupa hamparan-hamparan mungil dan terpisah-pisah. Dalam kondisi normal, penghitungan produksi bisa mengacu pada riwayat kinerja suatu lahan sebelumnya. Acuannya juga bisa dihimpun per sentra produksi. BPS punya kantor sampai di tingkat kabupaten. Namun referensi ini berdasarkan keadaan normal.
Sekarang ketika cuaca dan iklim sudah tidak menentu, penghitungan menjadi lebih pelik karena anomali iklim membuat hama berjangkit, menimbulkan banjir atau kekeringan, mengacaukan masa tanam dan panennya. Syukurlah, tahun ini ramalannya bisa lebih baik berkat musim yang bagus. Sejak awal tahun musim terus basah sehingga masih bisa dilakukan penanaman sampai akhir Mei ini.
Kepada “Sinar Harapan” Suryamin menyatakan, “BPS pada Juli nanti akan menerbitkan angka Aram tanpa embel-embel I. Nama Aram ini kami yakin angkanya mendekati angka ramalan Sub Born I yang lebih presisi”.
Adalah Nellys Soekidi, pelaku bisnis beras, yang menyatakan lebih percaya pada realita. Ditanya AGRINA tentang tidak dikeluarkannya Aram I, Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta itu menjawab, “Saya termasuk orang yang tidak percaya data tetapi percaya pada realita. Saya melihat musim kali ini, sampai Mei masih banyak petani atau pengusaha yang melakukan pengadaan, khususnya di Jawa Timur. Ini indikator bahwa ada banyak beras di lapangan. Dan sekitar satu bulan lagi ‘kan beberapa daerah sudah ada yang panen lagi. Logikanya, jika bulan ini banyak sekali beras yang masuk, terus bulan depan sudah ada yang panen lagi, berarti barang di lapangan numpuk”.
Nellys Soekidi melihat perbedaannya dengan bulan-bulan yang sama tahun lalu. Tahun lalu, barang yang masuk ke Bulog tipis sekali, dan di pasar sudah ada gejolak harga. Sedangkan saat ini barang begitu banyak dan pedagang takut barangnya tidak laku. Karena bingung mau jual ke mana, jual saja ke Bulog. Yang penting, ada kelebihan dari ongkos produksi supaya ada untung. Mentan Suswono juga mengatakan, berdasar laporan dari daerah, panen tahun ini relatif lebih baik karena iklim normal. Ia mengharapkan iklim yang bagus ini stabil sampai akhir tahun.
BPS tidak melansir Aram I produksi padi. Lalu Departemen Pertanian AS memprediksi Indonesia akan mengimpor beras sampai 1,95 juta ton. Tapi mendengar kesaksian dan sikap Soekidi, serta produksi bagus yang dilaporkan daerah-daerah, baiklah 2012 ini kita menerima dulu keputusan peniadaan Aram I tersebut dan memberi waktu kepada BPS merumuskan metode survei dan penghitungan yang lebih jitu. Janganlah kita dirasuk syak wasangka.
Daud Sinjal