Sebelum menjadi pimpinan QL Tri Mitra, kehidupan bisnisnya sungguh berliku-liku.
Pengusaha sukses berdarah Sunda yang satu ini tidak perlu diragukan eksistensinya dalam bisnis ayam. Sebelum mendapatkan gelar pun, pria berusia 32 tahun ini sudah mengumpulkan pundi-pundi dari ayam. Walaupun begitu perjuangan drh. Cecep Moch. Wn, MH atau yang akrab disapa Cecep, tidaklah mudah. Berbagai usaha telah digelutinya mulai dari berjualan telur, kardus, menjadi broker ayam, dan beternak ayam. Berkat kerja kerasnya, sekarang Cecep menjadi pimpinan QL Tri Mitra, produsen bibit ayam dan telur konsumsi.
Bermula dari Nol
Di tengah kesibukannya, Cecep menemui AGRINA di kantornya yang terletak di Cianjur, Jabar. Kantor yang semula berupa gubuk telah disulap menjadi gedung kokoh berlantai dua. “Waktu itu S1 mau lulus, nggak punya uang buat ujian, skripsi dan penelitian. Saya nggak habis akal, saya datangi Pak Panji, Kepala Dinas Peternakan Kab. Cianjur,” kenangnya tentang perjalanan bisnisnya.
Bantuan dana dari H. Panji Satria digunakan sebagai modal usaha telur dengan sistem bagi hasil 50:50. Kala itu Cecep mampu menjual 20 peti telur per minggu, tetapi bisnis tersebut tidak bertahan lama karena kesibukannya mengejar gelar dokter hewan. Akhirnya pada 2002 bisnis itu pun dihentikan.
Sebelum lulus, tepatnya Januari 2004 Cecep mulai bekerja sebagai Technical Services (TS) di PT Surya Hidup Satwa. Selama 19 bulan, dirinya berjibaku dengan target-target perusahaan. “Waktu itu saya mulai dari target Rp18 juta, naik 38, naik 48, naik 60, naik terus terakhir Rp160 juta. Alhamdulillah, saya melewati itu dan saya keluar dari SHS dalam posisi berprestasi,” ungkap pria berpenampilan klimis ini. Dari lapangan itulah dia menyerap banyak ilmu kedokteran hewan maupun pemasaran.
Setelah resmi keluar, Cecep menghitung, berjualan ayam belum tentu menguntungkan, akhirnya dia banting setir menekuni jual beli kardus pada 2005. “Saya beli kardus-kardus ke warung-warung, ke peternak, kemudian saya jual,” bebernya tak malu-malu. Pilihan ini diambil untuk membuktikan kepada kakaknya bahwa asal mau kerja seseorang bisa berjaya.
Bermodal Rp500 ribu, Cecep membeli satu ton kardus. Dengan sedikit merapikan dan menimbang, dia mampu meraup Rp1 juta. Dalam satu bulan dia menghasilkan uang sebanyak Rp4 juta. Namun, demi menjaga citra profesi, dia lalu menyerahkan usaha tersebut kepada anak buahnya. Sayangnya, sang anak buah tak cukup piawai sehingga usaha itu pun kandas.
Fokus ke Ayam
Akhirnya kepada ayamlah Cecep kembali. Ayah dua anak ini mengawali bisnisnya sebagai broker ayam bermitra dengan Sahid. Hitungannya, dengan keuntungan Rp100 - Rp200 per kg ayam hidup, terbayang labanya bila mampu memasarkan 5 truk (1.500 ekor) sehari. Katakan bobot ayam 1,5 kg per kg, maka kira-kira pendapatannya Rp30 juta. Sangat menggiurkan bukan?
Secara perlahan tapi pasti Tri Mitra, begitu nama bendera usahanya, mulai berproduksi ayam dan menjalin kemitraan. Malang tak dapat ditolak, pada 2007, Tri Mitra ambruk. Demi memutupi semua utang, Cecep dan Sahid menjual semua aset perusahaan, tapi ternyata masih minus Rp1,2 miliar.
“Setiap saya bangun tidur inget utang, mau tidur inget utang. Saya melihat betapa sakitnya jadi seorang peternak, kita untung dikit saja ditipu”. Perasaan ditipu itulah yang membuat dokter hewan ini bertekad mengambil master di bidang hukum. Bahkan berkat ilmu hukumnya, dia berhasil memenjarakan si penipu dan laporan keuangan Tri Mitra pun jadi positif. “Bad debt-nya (kredit macet) nol, nggak ada yang bad debt, nggak ada yang berani,” ujarnya sambil terbahak.
Berkongsi
Melihat begitu positifnya perkembangan Tri Mitra, mitra bisnis Cecep pun betah. Sistem kemitraannya yang berdasarkan keterbukaan dan kejujuran memikat banyak plasma. “Kita ingin peternak kita maju, ingin peternak kita mandiri. Kita terbuka semua harga pakan, harga DOC (bibit ayam), sampai panen. Kita menggunakan sistem bapak angkat. Full semuanya, bayar panen,” tambah Cecep.
Usaha yang diawali dari nol pun berkembang. Setelah Tri Mitra besar, barulah dia bertemu dengan QL Resources Berhad asal Malaysia yang tertarik mengembangkan bisnis unggas di Indonesia. Tidak butuh waktu lama, setelah berbincang dan menjelaskan beberapa data, QL Resources Berhad pun setuju berkongsi dengan Tri Mitra Cianjur.
Dari situlah QL Tri Mitra terbentuk. Menggenggam saham 20 persen, jebolan dokter hewan IPB itu didapuk untuk memimpin perusahaan tersebut. “Boleh bajunya asing, yang penting dalemannya nasional,” tutup Cecep sembari menunjukkan tidak adanya tenaga asing di perusahaan kongsian ini.
Ratna Budi Wulandari