“Seribu Persen Berpihak kepada Petani”
Stabilisasi harga dengan tetap memperhatikan kesejahteraan petani, peternak, dan pekebun merupakan salah satu amanah yang penting.
Harga komoditas pertanian seperti padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, ayam, telur, dan lainnya sering berfluktuasi. Padahal, harga sangat mempengaruhi pendapatan petani. “Kita ingin harga (relatif) stabil dan pendapatan petani meningkat,” kata Mahpudin, 53, Direktur Pemasaran Domestik, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP), Kementan, kepada AGRINA (10/11).
Stabilisasi harga dengan tetap memperhatikan pendapatan petani, peternak, dan pekebun merupakan salah satu amanah yang diemban Direktorat Pemasaran Domestik. Memang di sini muncul dilema. Harga tinggi, tentu menyenangkan petani. “Seribu persen kami berpihak kepada petani,” sambung anak petani padi kelahiran Karawang, Jawa Barat, 17 November 1958, ini.
Tapi, secara nasional, pihaknya juga harus memperhatikan pelaku usaha dan konsumen. Dalam hal beras misalnya, bisa saja suatu saat petani padi menjadi konsumen. Ketika harga tinggi, petani juga merasakan dampaknya sehingga pemerintah (melalui Bulog) meningkatkan pasokan dengan operasi pasar agar harga terkendali. Namun, ketika harga di bawah harga pembelian pemerintah (HPP), Bulog membeli seharga HPP supaya petani terlindungi.
Dana talangan
Di beberapa kabupaten dan provinsi, ada instrumen harga minimum kabupaten (HMK) dan harga minimum regional (HMR). Harga minimum adalah harga pada titik impas plus profit yang disepakati. Misalnya, di Lampung dan Gorontalo sudah ada HMR jagung. Saat ini, HMR jagung pipilan kering (kadar air 17 persen) di Gorontalo Rp1.200 per kg. Tapi, harga jagung di provinsi ini selalu di atas HMR: sekitar Rp2.000 per kg di tingkat petani.
Melalui anggaran Tugas Pembantuan (TP), pemerintah pusat menyiapkan dana talangan untuk menjaga agar harga komoditas tidak jatuh di bawah HMK atau HMR. Misalnya dana talangan yang dialokasikan kepada Gapoktan bawang merah di Brebes, cabai di Cilacap, dan kelompok ternak ayam di Ciamis. Dana ini digunakan Gapoktan membeli bawang ketika harga di bawah HMK sehingga petani bawang tidak dirugikan pada saat panen raya. “Stabilisasi harga tidak bisa ditawar-tawar lagi, perlu dana talangan,” tegas alumnus Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Pasundan, Bandung, 1983, itu.
Selain TP, sebetulnya, menurut suami dari Seribudari ini, pihaknya mengharapkan sumber dana talangan ini dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). “Kami ingin APBD yang diberdayakan seperti di (Provinsi) Gorontalo,” imbuh alumnus Magister Manajemen Pemasaran dari STIE, Jakarta, 1998, ini. Di Gorontalo, dana ini ditempatkan pada PT Gorontalo Fitrah Mandiri, yang bertugas membeli jagung petani ketika harga di bawah HMR. Nyatanya, berkat skema ini, harga jagung tidak pernah di bawah HMR.
Di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, dengan semangat melindungi petani padi organik, ada juga program anjuran agar pegawai Pemda membeli beras organik agar petani mempunyai captive market (pasar yang pasti). Di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, ada juga dana talangan dari APBD untuk membantu pemasaran tujuh komoditas pertanian seperti padi, jagung, dan bawang merah. Operatornya, Tim Pengendalian Harga Pasar. Jika harga jatuh, tim ini yang membeli komoditas pertanian dan menjualnya ke Jakarta.
Selama ini, jika petani membutuhkan dana tunai segera, mereka sering berutang kepada para tengkulak dengan cara mengijonkan komoditasnya. Atau mereka menjual komoditas dengan harga relatif murah. Menurut anak pasangan H. Endang Sayuti dan Hindun ini, bagi petani, tengkulak adalah pahlawan. Dengan dana talangan, ketika harga jatuh, petani tidak dirugikan. “Ketika harga jatuh, siapa yang menolong. Di sinilah, perlunya dana talangan,” tuturnya.
Informasi pasar
Selain menjaga stabilitas harga, Direktorat Pemasaran Domestik juga mempunyai tugas pengembangan informasi pasar. Salah satunya informasi harga. Setiap hari, Senin-Jumat, petugas informasi pasar (PIP) mengirimkan info harga produsen ke posko di Jakarta. Pada Jumat sore, info harga diolah dan Senin berikutnya diinformasikan mingguan. Info harga ini bisa diakses melalui media cetak, radio, televisi, dan situs. Dengan demikian, “Kita mengetahui, harga naik atau turun,” tuturnya ketika ditemui di kediamannya kawasan Depok.
Tahun depan, pengembangan informasi pasar komoditas pertanian di tingkat produsen ini semakin diperkuat. Petugas informasi pasar akan berstatus sebagai tenaga fungsional. Mahpudin mengungkap, “Pada tahun petugas informasi pasar menjadi tenaga fungsional.”
Selain itu, Direktorat Pemasaran Domestik juga melakukan penguatan kelembagaan dan petani. Sebab, keuntungan pada agribisnis hulu itu sekitar 37 persen, sedangkan di hilir (pascapanen, pengolahan, perdagangan) sekitar 63 persen. Kegiatan petani biasanya sampai panen. “Kita ingin petani itu naik kelas,” tandas mantan Lektor Kepala Universitas Kertanegara itu.
Bagaimana supaya naik kelas? Setelah panen, misalnya salak, petani melakukan sortasi (pemilahan sesuai dengan peringkat mutu), pengemasan, dan pelabelan sehingga harga jual produknya lebih tinggi. Walhasil, nilai tambah yang dikantongi petani relatif tinggi. “(Produk) yang disortir (mutunya lebih bagus), harganya lebih tinggi,” urai bapak yang memulai karir dari Staf Balai Benih dan Sertifikasi Pertanian pada 1986.
Selain itu, Direktorat ini juga melakukan pengembangan jaringan pemasaran seperti Sub Terminal Agribisnis (STA), Terminal Agribisnis (TA), pasar tani, pasar ternak, serta pasar sayuran dan buah-buahan. Dengan demikian, direktorat ini sangat penting dalam meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan pangsa pasar produk lokal di pasar domestik, meningkatkan konsumsi, dan menjaga stabilitas harga, terutama di produsen.
Menggenjot kesejahteraan petani merupakan salah satu dari empat sasaran Kementan sehingga yang lebih diperhatikan pengendalian harga di tingkat produsen agar gejolaknya tidak terlalu tajam. Sasaran lain, swasembada pangan berkelanjutan, diversifikasi pangan, serta peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor. “Tentunya, kegiatan kami selalu dan harus mengarah ke sasaran Kementerian Pertanian secara keseluruhan,” ujar Mahpudin mengakhiri obrolannya.
Syatrya Utama
Nama : Ir. H. Mahpudin, MM Lahir : Karawang, 17 November 1958 Pendidikan : S-1, Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Pasundan, Bandung, 1983 S-2, Magister Manajemen (Pemasaran), STIE, Jakarta, 1998 Pekerjaan : a. Direktur Pemasaran Domestik, Ditjen P2HP, 2010 – sekarang b. Kasubdit Pemantauan dan Pengawasan Pasar, Ditjen P2HP 2009 – 2010 c. Kasi Pengelolaan Lingkungan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ditjen P2HP, 2005 – 2009 d. Kasi Pengelolaan Lingkungan Perkebunan dan Hortikultura, Ditjen Bina Pengolahan Hasil dan Pemasaran Hasil, 2001 – 2005
BIODATA: