Usianya baru menginjak 31 tahun, namun pria energik ini sangat peduli dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dia yakin, masyarakat Minahasa bisa sejahtera melalui pertanian.
Careig Naichel Runtu agak sedikit gundah melihat masa depan pertanian di tanah kelahirannya itu. Pasalnya, minat anak muda untuk terjun ke usaha tani makin menurun. Tidak mengherankan bila beberapa produk pertanian bahan pangan harus didatangkan dari daerah lain, bahkan impor.
“Memang beberapa tahun terakhir ini minat generasi muda pada pertanian semakin berkurang. Padahal, banyak lahan yang bisa digarap dan dimanfaatkan, bahkan di samping rumah pun bisa. Maklumlah pertanian masih belum begitu maju di sini. Petani yang ada hanya petani tradisional yang sudah berumur dan belum memanfaatkan teknologi,” papar Careig saat ditemui AGRINA di sela kesibukannya melaksanakan Diklat Kader Penggerak Teritorial Desa Partai Golkar Kab. Minahasa di Wale Ne Tou, Tondano (27/07).
Untuk itu dia mengajak kawula muda bersama-sama memajukan Minahasa melalui pertanian. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara ini pun memasang baliho besar bertuliskan Mari Jo Torang Batanang dan Mari Torang Bakobong for Torang pe Anak-anak deng Cucu-cucu, yang artinya mari kita bertanam dan mari kita berkebun untuk anak-anak dan cucu-cucu kita. “Kita harus bergerak. Pembangunan pertanian tidak sebatas bercocok tanam tapi juga mengusahakan agar hasil pertanian bernilai tambah dan mensejahterakan rakyat,” jelas CNR, sapaan akrab Careig Naichel Runtu.
Pria asli Tomohon ini berpandangan, sudah selayaknya generasi muda mencintai pertanian. Toh, awal mula nenek moyang kita dulu petani. Perkembangan zaman menuju ke arah modernisasi, semestinya tidak membuat semangat dan hal positif yang mereka tinggalkan terkikis. CNR sangat memahami, pertanian berdampak langsung bagi perekonomian masyarakat desa dan potensinya sangat besar sehingga harus makin dikembangkan.
Termotivasi dengan Bukti Konkret
Memotivasi anak muda, termasuk dirinya, untuk terjun ke dunia pertanian tidaklah mudah. “Saya belum percaya karena belum melihat bukti konkret,” cerita CNR tentang awal mula tertarik pertanian setelah terjun ke politik. Saat melakukan survei di lokasi pertanian sekitar Danau Tondano, ia melihat eceng gondok yang tumbuh subur di danau bermasalah dan mengganggu kegiatan masyarakat.
Walaupun belum paham eceng gondok bisa menjadi bahan biogas dan pupuk, tapi hati nuraninya mengatakan tumbuhan itu dapat memberi manfaat bagi masyarakat. “Ini yang membuat kami boleh memahami dan boleh menjiwai pertanian,” kata alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unversitas Sam Ratulangi Manado ini.
Atas saran konsultan, dia bersama timnya mengolah eceng gondok menjadi pupuk dan biogas di lahan milik oma dan opanya. Percobaannya membuahkan hasil. Tanaman jagung dan tanaman lainnya yang dipupuk dengan kompos eceng gondok lebih subur dan produksinya pun lebih bagus. Sementara biogasnya dimanfaatkan para pekerja sebagai bahan bakar kompor untuk keperluan memasak.
Tidak hanya mengolah eceng gondok, CNR juga menanami lahannya dengan jagung manis, cabai, tomat, kacang panjang, dan terung. “Kami ingin menjadikan lahan ini sebagai tempat pendidikan bagi para petani Minahasa yang mau maju. Selain membuat kompos dan biogas, para petani bisa belajar budidaya aneka tanaman. Bahkan kami juga akan melengkapinya dengan peternakan dan perikanan sehingga terbentuk sistem pertanian terpadu tapi sederhana yang dapat dikelola oleh petani,” tutur suami Agnes Anneke Salangka ini.
Tempat tersebut kini diberi nama Rumah Tani. Harapan Careig, para petani yang telah mendapatkan pelatihan bisa menjadi instruktur bagi petani lain di sekitarnya sehingga mereka bisa lebih sejahtera dari sebelumnya.
Rumah Tani juga memproduksi cabai, tomat, terung, dan lainnya dalam polibag. Tanaman dalam polibag ini akan dibagikan kepada keluarga kurang mampu. “Saya berharap program menanam ini bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat sekalipun hanya di pekarangan rumah. Kita berikan 10 polibag tanaman yang sudah tumbuh (per keluarga) dan mereka hanya tinggal merawatnya. Nantinya mereka bisa memenuhi kebutuhan cabai, tomat, sayuran dari pekarangan rumah,” ujar mantan Bendahara Gapensi Minahasa ini.
Careig sangat terkesan dengan upaya petani dan nelayan selama ini. Selain tanaman semusim, sudah sejak lama petani Minahasa terkenal sebagai penghasil cengkeh. Petani cengkeh ini sudah merasakan manis dan pahitnya harga cengkeh. Lalu nelayan di Danau Tondano, baik yang menangkap maupun membudidayakan ikan, jumlahnya juga cukup banyak. “Terhadap petani cengkeh dan nelayan ini, kita juga akan memberikan perhatian. Kita akan coba kembangkan teknologi untuk meningkatkan produktivas cengkeh, dan teknologi budidaya yang lebih baik bagi para petani ikan di Danau Tondano,” jelas ayah Silvia Octaviani Esterlita Runtu dan Nagica Giejest Anggraini Runtu ini.
Yang Muda, yang Mengabdi
Mampu menghayati, memahami, dan merasakan suasana batin masyarakat sangat penting bagi seorang Careig. Apalagi dirinya politisi yang merintis karir dari bawah. Dia memahami dalam usianya yang relatif masih muda, sulit untuk membuat orang percaya, apalagi sampai memimpin sebuah daerah. “Saya boleh memberikan bukti nyata kalau usia muda bukanlah menjadi kekurangan dan usia muda bukan hambatan. Karena anak muda bisa memiliki semangat untuk berkarya, memberikan gagasan untuk berkreasi dan pengabdian tinggi,” tandas Ketua DPD Partai Golkar Kab. Minahasa 2009 - 2014.
Untuk membuktikan semua itu, CNR mencalonkan diri menjadi Bupati Kabupaten Minahasa 2012 – 2016. Orangtuanya, Stefanus Vreeke Runtu dan Norma Zeiny Luntas, yang selalu mendorong sang anak untuk tumbuh dan maju meyakinkannya bahwa ia bisa menjadi pemimpin. “Ketulusan ibu dan dorongan ayah untuk memiliki kegigihan dan tanggungjawab dalam meraih cita-cita merupakan motivasi yang berharga,” ungkap Wakil Ketua Kadin Minahasa 2005 – 2009 ini. Dukungan moral juga datang dari istri dan anak-anaknya dalam setiap mengemban tugas dan tanggung jawab.
Pria kelahiran 8 November 1980 ini meyakini, semua kesempatan yang telah diperolehnya adalah pemberian Tuhan dan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. “Harus disyukuri, di balik semua keberhasilan itu pasti ada peran Yang Maha Kuasa dalam kehidupan umat manusia termasuk saya. Oleh karenanya, sesibuk apapun saya sebagai politisi dan kepala rumah tangga, saya masih menyediakan waktu untuk pelayanan,” tutur Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Minahasa ini bernada religius.
CNR sadar betul, kompetensi dan kapabilitas untuk memimpin tidak dapat diraih dengan instan, apalagi diturunkan. Demikian juga kredibilitas dan kepercayaan publik tidaklah turun dari langit atau diwariskan. Semua itu hanya bisa didapat melalui kerja keras, doa, pengabdian, semangat pantang menyerah, dan ketulusan dalam mengabdi kepada rakyat.
Dia pun paham, usia mudanya seringkali mengundang keraguan pihak-pihak tertentu akan kapabilitas kepemimpinannya. Namun ia tidak berkecil hati atau sebaliknya, sombong. Dia lebih memilih memberikan bukti, seperti beragam posisi dan jabatan yang dipercayakan kepadanya dan mampu diemban dengan baik. Kini, saatnya yang muda mengabdi.
Tri Mardi Rasa, Untung Jaya