Senin, 20 Juni 2011

Christopher Emille Jayanata, Sang Pengusung Filosofi Organik

Meski berlatar belakang pendidikan arsitektur lanskap, lelaki ini malah akhirnya berkiprah di bidang peternakan ayam. Bukan sembarang ayam memang karena yang dikembangkannya adalah ayam probiotik

Tentu, belum semua orang paham dengan istilah ayam probiotik ini. “Ayam probiotik adalah ayam yang pemeliharaannya, dari awal sampai akhir, menggunakan probiotik dan herbal,” kata Emille, demikian sapaan akrabnya. 

Seperti kita tahu, tambahnya, manusia juga kalau jarang sakit itu biasanya minumnya lebih banyak jamu-jamuan tradisional Indonesia. Tubuhnya akan lebih lebih wangi atau tidak ada bau badan yang kerap mengganggu. Ayam pun demikian, yang diberi probiotik dan herbal akan lebih sehat, bebas penyakit sehingga tidak perlu tambahan obat dengan bahan-bahan kimia seperti antibiotik dan hormon.

Serba Probiotik

Intinya, dari day old chick (DOC) sampai panen usia 28 hari, ayam itu terus diberi mikroba, probiotik. “Diberikannya melalui air minum. Selama itu, kami pantau terus, juga termasuk air minumnya kami kelola dulu. Kami memfilter air supaya yang diminum ayam airnya bersih. Tidak ada cemaran logam dan lain sebagainya. Tetap air tanah, tapi ada filternya,” papar pemilik PT Pronic Indonesia yang memproduksi ayam ProbioChicken ini.

Tidak ketinggalan, kandang ayam pun dibersihkan dengan probiotik. Bukan dengan disinfektan. “Ayam itu ‘kan membuang kotoran setiap hari. Biasanya, kalau sudah banyak, disemprot dengan disinfektan supaya kumannya mati. Tapi, ayam akan menyerap bahan kimia tadi di dagingnya, itu beracun,” ungkap Emille.

Probiotik yang dimaksud Emille adalah mikroba dari jenis Bacillus sp. dan  Aspergillus sp., serta enam jenis mikroba bermanfaat lainnya. Tugas mikroba-mikrioba itu pada tubuh ayam  adalah menyempurnakan mikroflora. “Ini yang lewat makanan dan minuman. Jadi, dengan mikroflora yang sempurna itu, penyerapannya sempurna. Sehingga FCR (feed conversion ratio) turun. Pakan yang menjadi daging lebih banyak,” tuturnya.

Ramuan Herbal

Pria kelahiran Bogor, 17 Oktober 1972, ini mengaku memberikan herbal dari campuran sambiloto, kencur, jahe, temuitem, kunyit, lempuyang, mahkota dewa, dan temulawak. Ramuan ini disiapkan sebagai antibiotik alami.

Emille meramu sendiri bahan-bahan herbal dari pasar atau sekeliling peternakannya saja. “Dosis jamu ini bisa kita tambahkan kalau ada serangan penyakit atau tetangga kena penyakit.. Dan itu masih nggak apa-apa,” paparnya.

Pemberian dosis probiotik pun demikian, bisa ditambah  kalau tengah ada serangan penyakit. Bahkan, dosis probiotik itu bisa ditambah dua sampai tiga kali dari biasanya sehingga daya tahan ayam meningkat. “Probiotik dan herbal ini lebih bersifat preventif, bukan kuratif,” ucap Emille.

Itulah sebabnya Emille kerap menjelaskan kepada konsumen secara awam bahwa ayamnya diberi jamu Nyonya Meneer, dikasih minum Aqua, dan diinapkan di hotel. “Kita nggak bisa melihatnya dari satu sisi saja, misalnya pakan saja atau minum aja, tapi lingkungannya pun dijaga, termasuk airnya dijaga,’ tambahnya.

Setelah panen, ada lagi urusan 30-35 persen dari kualitas, yaitu pembersihan dan pemotongan. Dalam pembersihan dan pemotongan ini sudah diakui bahwa pemotongan yang halal ini paling bagus di dunia. Jadi, kondisi ayam itu standarnya harus hidup dalam kondisi segar. “Lehernya dipotong setengah, nggak putus, darahnya keluar habis. Ada pencelupan air panas dan pencelupan air dingin,” katanya seraya menambahkan, pencelupan juga menggunakan probiotik.

Itulah yang telah dilakukan Emille pada ayam-ayamnya. Tapi, tidak bisa dianggap enteng hasilnya. Lihat saja, saat ini dia mampu menjual sekitar 8.000-9.000 ekor ayam probiotik per bulan. Bahkan, jika menjelang Lebaran dan Natal atau Tahun Baru, angka penjualannya bisa mencapai lebih dari 10 ribu ekor per bulan.

Namun, pencapaian itu tidak seperti membalikkan tangan. Pada awalnya, saat dia pertama kali memulai usaha di bidang consumer goods ini pada 2004, hanya mampu menjual 600-700 ekor ProbioChicken setiap bulan. Pada waktu itu, dialah yang pertama kali menjual ayam dengan perlakukan khusus probiotik dan herbal ini, sehingga layak disebut pelopor.

Kekuatan Brand

Menurut Emille, orang yang ingin terjun ke bisnis organik sebaiknya lebih dulu membekali usahanya dengan brand ketimbang bulk (curah). Sebab, orang akan mempertanyakan jaminannya apa. Kalau bulk, besok diganti tidak apa-apa karena hanya bulk.

Masalah branding tersebut, jelas putra dari Ir. Robbyanto Jayanata dan Natalia Jayanata ini, bukan masalah yang mudah. Mem-branding-kan suatu produk  dengan label dan diberi keterangan dan ditanggungjawabi adalah hal yang sulit. “Membuat sesuatu berlabel, pertama sulit, dan yang kedua, juga investasinya di uang, waktu, dan tenaga itu banyak. ProbioChicken saja sudah menghabiskan hampir Rp3 miliar,” terangnya.

Pada dasarnya, papar Emille, kita mengedukasi masyarakat. Jadi, kita menjelaskan mengapa produksi kita yang berlabel lebih mahal dibanding yang bulk. Padahal, sama-sama ayam broiler. “Di sinilah kita harus menjelaskan, tentu untuk menjelaskan kita harus punya cara. Dan cara itu pasti menimbulkan biaya,” kata ayah dari Yuke Suryadinata, Valencia Levina, dan Alexander Zemmy ini.

Kalau kita bicara soal organik, tambah Emille, organik itu filosofi. Yang namanya organik itu berasal dari kata ‘organism’. “Dan tentang organism ini, kalau kita tahu organisasi, nggak boleh ada yang dirugikan. Artinya, semua pihak itu harus terdukung dan terjaga. Organik itu bergerak di bidang yang tidak merugikan siapa pun,” jelasnya.

Dia lantas memberi contoh. Kalau kita diberi antibiotik, ada yang dimatikan karena  antibiotik mematikan biota. Disinfektan apalagi. Namun, sesuatu yang organik tidak menggunakan hal-hal yang seperti itu. Didagangkannya juga harusnya begitu. “Kalau dia bergerak di organik, harusnya dia tidak membohongi orang. Harusnya dia juga mempersilakan orang untuk berkembang. Ayo bersaing secara sehat,” tandas Emille.

Syaiful Hakim. Syatrya Utama

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain