Ibrahim Sulaiman Mengukir Ketahanan Pangan dengan CSR
Melalui tanggung jawab sosial perusahaan, banyak yang berhasil dikembangkan di bidang perikanan, peternakan, pertanian, dan pengolahan makanan secara terpadu.
Bagi Ibrahim Sulaiman, 45, melaksanakan program corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan, sangat menyenangkan. “Saya tidak bisa mengatakan menjiwai atau tidak, tapi saya senang sekali dengan pekerjaan (CSR) ini,” ungkap Senior Manager CSR PT Antam Tbk., perusahaan pertambangan negara.
Menurut ISO 26000, ada tujuh arus utama CSR, yaitu hak asasi manusia (HAM), praktik ketenagakerjaan yang baik, praktik operasi yang baik, masalah lingkungan, isu seputar konsumen, pengembangan masyarakat, dan pelibatan masyarakat. “Filosofi CSR adalah pertumbuhan untuk keberlanjutan (perusahaan),” tutur suami Marlina Ibrahim ini.
Mengarah ke agribisnis
Di negara berkembang seperti Indonesia, program CSR ditekankan pada pengembangan masyarakat (community development atau biasa disingkat comdev). Untuk menjawab berbagai keterbelakangan, dilakukanlah comdev, antara lain dengan meningkatkan pendidikan, membantu mengembangkan kesehatan, membangun infrastruktur (kesehatan, pendidikan, dan jalan), dan untuk mengatasi kemiskinan dengan pengembangan ekonomi.
Di bidang ekonomi ini biasanya lebih mengarah kepada pengembangan agribisnis seperti perikanan, peternakan, pertanian, dan pengolahan makanan secara terpadu di beberapa wilayah, terutama pasca penambangan. Di Pulau Gebe, Kecamatan Gebe, Halmahera Tengah, Maluku Utara, misalnya, dikembangkan perikanan tangkap, budidaya kerapu dan rumput laut, dan pengolahan keripik pisang dan sukun. Kegiatan ini didukung tim dari IPB Bogor.
Selain itu, CSR Antam juga di Cikotok. Bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada, di daerah tambang emas yang terletak di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, ini dikembangkan juga pengolahan keripik bonggol batang pisang dan pembibitan sapi potong. Sedangkan di pantai Ketawang, Kutoarjo, Jawa Tengah, menggandeng Universitas Soedirman, Purwokerto, dibudidayakan kol dan bawang merah. “Kolnya ternyata lebih baik daripada yang di pengunungan. Selama ini kita tahu kol itu dari daerah dingin,” kata Ibrahim.
“Kita selalu bersinergi dengan perguruan tinggi (dalam pengembangan masyarakat ini). Perguruan tinggi punya ruang dan waktu untuk menerapkan ilmunya,” lanjut pria kelahiran Palembang, 5 Februari 1966, ini kepada AGRINA ketika ditemui di kantornya di Jakarta.
Sebelum ada arahan Presiden SBY tentang program ketahanan pangan beberapa waktu lalu, CSR Antam, terutama pengembangan masyarakat, sudah diarahkan pada ketahanan pangan, seperti penanaman padi, sagu, dan jagung. “Sebelum ada arahan tadi, kita sudah berjalan. Tujuan kita di bidang ketahanan pangan adalah menjawab kemiskinan. Dengan adanya arahan Bapak Presiden, kegiatan kita semakin diperlebar,” sambung ayah tiga anak ini.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Antam mempunyai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), yang sesungguhnya merupakan bagian dari CSR. Program Kemitraan (PK) bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan bantuan modal usaha dan investasi, terutama bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk koperasi. Sumber dananya maksimal dua persen dari laba bersih perusahaan tahun sebelumnya. Bunga pinjaman enam persen per tahun selama dua tahun. “Sifatnya pinjaman,” tegasnya.
Sedangkan Program Bina Lingkungan (BL) bertujuan mendukung, memberikan insentif, dan merangsang pelaksanaan PK yang lebih baik. Program ini merupakan bentuk pengembalian sebagian dari keuntungan perusahaan untuk kepentingan sosial dan pemberdayaan masyarakat, khususnya di daerah operasi perusahaan. Sumber dananya maksimal dua persen dari laba bersih perusahaan tahun sebelumnya. Menurut alumnus Universitas Sriwijaya, Palembang ini, “Dana BL ini bersifat hibah, sama dengan comdev.”
Masyarakat Tersenyum
Di samping PKBL, Antam juga mempunyai comdev. “Comdev ini kita anggarkan tersendiri sesuai kebutuhan setiap tahun, tidak ditentukan persentasenya (dari laba bersih perusahaan tahun sebelumnya). Ini untuk kepentingan sustainability (keberlanjutan perusahaan),” kata Ibrahim, yang kini sedang mengikuti Program Magister Managemen bidang CSR di Universitas Trisakti, Jakarta.
Tahun lalu diperkirakan keuntungan bersih perusahaan publik ini sekitar Rp1,6 triliun. Semua dana yang dikeluarkan untuk PKBL, comdev, dan program CSR lainnya sekitar Rp200 miliar. Dari jumlah dana itu, yang digelontorkan untuk bidang agribisnis, termasuk ketahanan pangan, sekitar 15 sampai 20 persen. Selebihnya mengalir ke pengembangan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur (seperti jalan dan pendidikan).
Anggaran memang penting agar pelaksanaan program CSR berjalan dengan baik. Tapi, yang tidak kalah pentingnya adalah membangun sumber daya manusia (SDM), terutama masyarakat. “Bagaimana membangun masyarakat agar mempunyai mental bekerja keras,” imbuh Ibrahim yang sekarang belajar menekuni budidaya ikan lele dengan kolam terpal di halaman rumahnya kawasan Tanjung Barat, Jakarta.
Pada dasarnya, inti dari CSR adalah membangun kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. “Kita mengajak masyarakat supaya betul-betul sadar, bahwa apa yang mereka lakukan sangat bermanfaat untuk memenuhi kehidupan mereka, bukan karena program pemerintah. Kalau (CSR, terutama comdev) sekadar terlaksana dan terlihat, ada jangka waktunya. Organisasi (perusahaan) tidak mungkin selamanya memberikan pendampingan membangun kesadaran masyarakat tadi,” katanya.
Memang sampai sekarang belum ada pengukuran lebih rinci mengenai keberhasilan program CSR yang telah dilakukan perusahaan. Tapi yang jelas, Ibrahim dan jajaran Antam, menyaksikan masyarakat di sekitar tambang Antam tersenyum ketika bertemu dengan karyawan perusahaan ini. “Walau belum diukur, apa yang kita lakukan terhadap masyarakat efektif. Mereka tersenyum. Tegur sapa dengan mereka enak. Yang lebih jauh lagi, mereka tidak mengganggu karena merasakan manfaat keberadaan Antam,” simpulnya menyudahi perbincangan.
Syatrya Utama, Nurlail Qadr
Nama : Ibrahim Sulaiman, SH
Lahir : Palembang, 5 Februari 1966
Istri : Marlina Ibrahim
Anak : Ramadhika Yuristiawan Dimpu
Fitary Makassanara Dimpu
Nabila Khumaira Novalina Dimpu
Jabatan : Senior Manager CSR PT Antam Tbk
Pendidikan : Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang, lulus 1991
Sedang mengikuti Program MM CSR Universitas Trisakti, Jakarta.