Senin, 23 Mei 2011

Rocky Rudy Wondal, “Wakaf Bumi” dengan Mikroba Bertasbih

Tanah pertanian kita sudah banyak yang sakit. Sudah sepantasnya kita bertobat dengan memasukkan jasad renik yang bermanfaat ke dalam tanah.

Beban bumi semakin berat. Ledakan penduduk menyebabkan kita memeras bumi untuk menyediakan kebutuhan dasar manusia seperti pangan. Penggunaan bahan kimia sintetis (seperti pupuk dan pestisida) yang berlebihan dalam menggenjot produksi pangan menjadikan tanah kita banyak yang rusak. Menurut para ahli, sekitar 75 persen lahan pertanian di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali, unsur hara organiknya sudah terkuras.

Sudah sepantasnya kita melestarikan alam ciptaan Tuhan, apalagi yang memberikan manfaat bagi petani dan manusia pada umumnya. Kita mengemban amanah menjaga kelestarian alam ini. Siapa yang bekerja dengan hati, dialah yang berhak menuai berkah.

Turab

Seperti yang disebutkan dalam kitab suci Al-Quran, tanah itu ada yang disebut tanah yang tua (ath-thiin) alias tanah keras, yang antara lain berfungsi sebagai penguat atau penunjang tanaman. Selain itu ada turab atau top soil alias humus, yang kaya unsur-unsur kimia dan mikroba. Pada umumnya, turab inilah yang menjadi sumber makanan tanaman.

Humus merupakan bagian tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan (dekomposisi) oleh mikroorganisme tanah. Tidak mengherankan jika lapisan tanah ini sangat subur. Selain sebagai sumber makanan bagi tanaman, humus juga berperan dalam dalam pembentukan struktur tanah, peningkatan kandungan air tanah, pencegahan penggerusan tanah, dan peningkatan aerasi tanah. Karena itu, sudah selayaknya, penggunaan pupuk organik lebih digalakkan lagi untuk menjaga mutu tanah.

Menurut Rocky Rudy Wondal, 47, penggunaan pupuk kimia sintetis dan pestisida yang beelebihan selama ini, mengakibatkan tanah tercemar, pertumbuhan mikroorganisme pengurai terhenti, timbul ledakan hama-penyakit (karena musuh alami mati), dan produksi tanaman beracun sehingga kurang sehat. Ekosistem bumi rusak. Sebaliknya, dengan pupuk organik, tanah menjadi subur, jasad renik pengurai tanah meningkat, residu racun ternetralisir, produksi tanaman bebas racun, makanan yang dihasilkan lebih sehat, dan alamnya menjadi lestari.

Pernyataan bersalah

Karena itulah Rocky mencetuskan program “wakaf bumi”, yaitu memasukkan mikroba bertasbih (yang memuliakan Tuhan), yang populasinya triliunan, ke dalam tanah sebagai pernyataan rasa bersalah dan bertobat manusia kepada Tuhan. Sebab, kita sudah berbuat dosa dan mendzalimi bumi serta isinya. Wakaf ini bukan hanya kepada tanah, tetapi juga kepada air dan udara yang tercemar karena kegiatan manusia yang telah memeras bumi.

Dengan demikian, diharapkan Indonesia menjadi negara agribisnis yang organik dan ramah lingkungan. “Alam Indonesia kembali bisa bertasbih kepada Tuhan,” kata pemilik PT Global Agro Semesta (GAS) itu, kepada AGRINA, Rabu (30/3). Hasil bumi seperti pertanian, peternakan, dan perikanan menjadi organik. Tanaman, hewan, tanah, air, dan udara dapat bertasbih dengan tenang kepada Tuhan sehingga apa yang dimakan orang Indonesia menjadi saripati makanan yang di dalamnya bergelimang tasbih cahaya Tuhan. “Saripati makanan ini menjadi sumber kehidupan yang barokah dunia-akhirat,” sambungnya bernada religius.

GAS merupakan salah satu perusahaan yang antara lain memproduksi pupuk organik dan hayati berbasis teknologi mikroba. Jasad renik ini bermanfaat sebagai pelapuk dan penyubur tanah sehingga tanah kembali mengandung nutrisi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jasad reniknya antara lain Yeast (ragi), Acetobacter, Lactobacillus, Actinomycetes, Actomycoriza, Streptomyces, Rhizobium, dan mould (kapang).

Perlunya doa

Tentunya, perusahaan lain juga bisa memproduksi pupuk organik dan hayati berbasis teknologi mikroba. Perbedaannya, pupuk organik yang diproduksi GAS telah didoakan terlebih dahulu. Doa itu berangkat dengan niat yang tulus untuk memperbaki tanah. “Kita berdoa kepada Tuhan, supaya dibantu (menyuburkan tanah). Kita titipkan (penyuburan tanah) itu melalui mikroba,” tambah Abdul Fatah Maolani, Manajer Pemasaran GAS, yang mendampingi Rocky, ketika ditemui di pabriknya di Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Semua makhluk itu mempunyai roh, termasuk mikroba. Dengan didoakan terlebih dahulu diharapkan mikroba itu “menyambung” dengan Tuhan. “Supaya mikroba itu nyambung, kita doai. ‘Kan yang memiliki semua kehidupan ini adalah Tuhan,” tambah Abdul Fatah.

Pada saat petani mengaplikasikan pupuk organik atau hayati yang diproduksi GAS, diharapkan petani juga berdoa untuk kesuburuhan tanahnya sehingga hasil tanamannya, misal padi, lebih baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sistem yang diterapkan, menurut Rocky, adalah berbakti kepada alam melalui mikroba. Di sisi lain, GAS ingin membangun petani yang berintegritas. “Nanti akan muncul petani integritas Indonesia seperti baik dan jujur,” ucap Rocky yang wajahnya tampak cerah ini.

Selain sudah diterapkan di kalangan petani di Bandung, Garut, Sumedang, dan Tasikmalaya, GAS akan membangun percontohan seluas 300 ha di Sumedang, Jawa Barat, untuk menerapkan konsep berbakti kepada alam ini. Sampai hari ini, tanah yang sudah diolah sekitar 100 hektar. Dari tanah yang sudah diolah itu, sekitar 20 hektar akan  ditanami dengan berbagai sayuran. Nantinya, konsep ini akan diterapkan juga di daerah-daerah lainnya. Melalui jaringannya, Rocky akan mengajak kepala daerah di seluruh Indonesia melihat percontohan ini. Yang di Sumedang ini sebagai prototipenya.

Bermula dari Sumedang, diharapkan konsep berbakti kepada alam ini akan menyebar ke seluruh Indonesia. “Kalau konsep ini berjalan, nggak bisa hanya di Sumedang. Kita bisa buka ke mana-mana,” lanjut pria yang tampak sembari berzikir selama diwawancarai. Bukan saja tanah yang menjadi sehat berkat mikroba bertasbih ini, tetapi juga derajat petani akan meningkat. “Dengan demikian akan mengangkat harkat derajat martabat petani,” simpulnya.

Syatrya Utama, Abdul Hamid, Nurlail Qadr

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain