Minggu, 27 Maret 2011

Yoskar Lim, Janji Jaga Karawang

Keprihatinan melihat kehidupan petani miskin membuat pria ini gencar mempromosikan inovasi budidaya agar petani hidup lebih makmur.

Berangkat dari kegemaran jogging tiap sore mengantarkan Ko Ameng, sapaan akrab Yoskar Lim, melongok kehidupan petani miskin di kawasan Bukit Sandiago, Karawang Barat, Jabar. ”Saya diajak makan sama petani. Ternyata begitu aja, sederhana hidup itu, makan nasi berlauk kepala  ikan teri dan berapa lembar daun singkong, tidak ada yang lain,” kenangnya. Situasi itu membuatnya menangis.

Pengalaman tersebut membulatkan tekadnya untuk membantu kehidupan petani di kawasan tersebut. ”Saya cari jalan keluar bagaimana orang-orang ini bisa dapat penghasilan,” tutur Sales & Marketing CV Buana Sakti produsen SolBi agro ini. Berlatar belakang keluarga petani singkong, sempat tercetus ide menanam singkong. Ide ini gagal karena tidak menemukan jaringan pemasaran. Ide lain muncul dengan memberikan dua ekor sapi untuk tiap rumah.

Kuliah Empat Jam

Belum sampai terlaksana keinginannya, Ko Ameng bertemu petani yang akan menanam jagung di tanah tandus. Karena penasaran ia mengikuti dan menggali informasi dari sang petani. Ternyata menggunakan formula tertentu, petani itu mampu meningkatkan produksi jagung sekitar 30%-40%. Alih-alih bertanam jagung, ia malah tergiur peluang bisnis padi yang sangat potensial di Karawang. “Kalau padi bisa dinaikkan seperti itu (jagung), luar biasa itu. Dari situ kita fokus ke padi,” terangnya.

Akhirnya, Ko Ameng berguru pada petani inovatif, Yoyo Suparyo, petani yang berhasil memanen padi 10 ton per ha. Setelah dikuliahi selama empat jam, ia percaya diri menanam padi. ”Saya pikir kalau ada orang bisa 10 ton, petani lain seharusnya bisa. Tapi kenapa petani cuma 4—6 ton?” katanya.

Jadilah pedagang sembako ini pun lalu bertanam padi. Awal tanam bermodal nekat pada 3,5 ha sawah, padinya dihantam wereng. ”Namanya wereng saya nggak tahu, budidaya saya nggak tahu. Cuma diajari H. Yoyo pupuknya ini, nanemnya begini, pestisidanya inilah kira-kira,” ujar ayah dari Eka Putri Susanti, Eko Budi Santosa, dan Indra Sanjaya Santosa.

Sekalipun kurang sukses saat penanaman pertama, pria kelahiran 23 Maret 1963 ini telah memperoleh pelajaran berharga. Ia terus bertanya kepada berbagai pihak upaya-upaya untuk meningkatkan hasil panen padi. ”Bahkan saya berhasil mengumpulkan para pakar untuk menciptakan satu formula. Formula ini berperan dalam membenahi kualitas tanah dan pupuk hayati,” ungkap Ko Ameng.

Keseriusannya membudidayakan padi tidak tanggung-tanggung, bulir berbagai varietas padi dihitungnya untuk mengetahui bobot 1.000 bulir, berbagai pola jarak tanam, dan menghitung potensi hasil berbagai varietas dengan beragam jarak tanam. ”Semua itu saya hitung selama tiga hari tiga malam karena cuma pake kalkulator. Ternyata ada varietas padi yang berpotensi hasil lebih dari 60 ton per ha,” jelas Ko Ameng.

Lebih dari 100 pola jarak tanam diaplikasikannya sehingga ia menemukan jarak tanam yang ideal untuk berbagai varietas padi. ”Hitung-hitungan itu membuat kita bisa menetapkan target panen yang ingin dicapai. Selama ini petani tidak pernah menetapkan target produksi, jadinya panen berapa saja diterima,” ungkap pria yang juga sebagai penangkar ini. Hal itulah yang membuat  penanaman kedua dan selanjutnya, ia berhasil panen padi lebih dari 10 ton per ha.

Kecewa Dosen Bolos

Keberhasilan yang kini dirasakan Ko Ameng berasal dari jatuh bangun merintis usaha. Sakit hati karena tidak bisa meneruskan kuliah di Medan, membuatnya merantau dan mencoba peruntungan bisnis ternak ayam dan budidaya semangka. Sayang, keduanya gagal karena serangan penyakit dan hama.

Kegagalan itu memicunya pergi merantau ke Pulau Jawa bermodal surat penawaran kerja dari saudaranya. Siang hari ia bekerja di pabrik kertas di Karawang, Jawa Barat, dan malam hari kuliah. Namun, ia berhenti kuliah sebab kecewa dengan dosen yang rajin bolos mengajar. ”Saya berhasil dapat jodoh aja di situ (kampus),” kata pria yang murah senyum ini.

Sambil bekerja, Ko Ameng merintis usaha menjual plastik dan kardus bekas. Usaha ini berhasil tapi kemudian bangkrut lantaran tidak mengelola keuangan dengan baik. ”Di situ jatuh bangun, tiga kali jatuh sampai habis semua,” kenangnya. Beruntung sang kakak memberi modal Rp10 juta yang dibelikan mobil boks dan sisanya untuk modal usaha.

Menginjak tahun keenam, ia keluar dari pabrik kertas. Pria peranakan Tionghoa-Medan ini malah meminang Lany Susanti yang sudah dipacarinya sejak kuliah. Usaha plastik dan kardus bekas menjadi sandaran keluarga kecilnya. Untuk modal membeli toko, ia harus menggadaikan cincin kawin. Akan tetapi, inilah awal kebangkitan Ko Ameng lantaran manajemen keuangan dipegang sang istri.   

Pada saat bersamaan, teman seberang toko yang menjual sembako beromzet ratusan juta mengalami kebangkrutan. Sang istri melihat peluang menjual sembako sebab banyak pelanggan mencari bumbu. Perlahan, ia merintis usaha jual sembako kiloan merambat per karung hingga menjadi kanvaser sembako menguasai wilayah pantai utara Jawa.

Lihai Melihat Peluang

Salah satu kunci sukses Ko Ameng ialah lihai melihat peluang. Ketika krisis ekonomi 1998 ia nekat usaha sembako dengan membeli tunai. Padahal tidak ada dana untuk itu. ”Antara hidup dan mati saya pertaruhkan. Itu ’kan nggak boleh utang,” jelasnya. Saat itu tidak ada orang yang berani memasok barang karena takut kena imbas kerusuhan. Sebaliknya dengan Ko Ameng. Ketika orang tiarap, ia malah lari. Akibatnya, ia beroleh keuntungan 20%-30% dari sembako. ”Dari situ saya mulai ada nama. Waktu kekacauan itulah saya hidup. Saya dapat duit dari situ,” paparnya.      

Setelah menguasai pantura, ia ingin masuk pasar Karawang tapi diganjal elit penguasa sembako daerah itu. Kelihaian membuat ia berhasil merebut pasar sembako Karawang, bahkan kini sudah menjadi elit. Berkat perannya hingga kini harga sembako di Karawang relatif stabil. ”Saya utang hidup sama Karawang. Saya akan jaga Karawang semampu saya. Itu janji saya,” tegas Ko Ameng.

Hingga sekarang utangnya pada petani di kawasan bukit Sandiago belum terlunasi. “Saya berharap mencari solusi bersama investor. Sudah mulai kelihatan investor nyambung sama kita,” tukasnya menutup perbincangan. 

Windi L., Tri Mardi R., Untung Jaya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain