Peran penyuluh sangat besar dalam meningkatkan produktivitas. Penghargaan kepada petani, kelompok tani, dan penyuluh menjadi pendorong keberhasilan agribisnis.
“Sektor pertanian (agribisnis) menjadi hal yang sangat penting bagi Lampung Selatan,” kata Sutono, Sekretaris Daerah Lampsel, saat ditemui di Kalianda, Kamis (3/3). Namun sayang, produktivitas agribisnis, misalnya padi belum seperti yang diharapkan. Sekarang baru sekitar 4,5—5 ton GKG per hektar. Padahal, masih dapat ditingkatkan lagi.
Pria kelahiran Karanganyar, Surakarta, Jateng, 28 Juli 1958, itu memang meyakini pentingnya kehadiran penyuluh, baik swasta maupun pemerintah, dalam meningkatkan keterampilan petani, misalnya penggunaan benih unggul dan pupuk yang tepat. “Saya meyakini, peran penyuluh sangat besar dalam meningkatkan produktivitas pertanian,” lanjut Ketua DPD Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) Lampsel, itu.
Apresiasi untuk Penyuluh
Saat ini, di kabupaten yang berpenduduk sekitar 900 ribu jiwa, itu jumlah penyuluh pegawai negeri sebanyak 137 orang dengan kisaran usia 50—59 tahun. Dalam lima tahun ke depan, sekitar separuhnya akan pensiun. Padahal, di kabupaten dengan luas sekitar 210.974 ha tersebut terdapat 253 desa. Idealnya, satu desa satu penyuluh. “Ini harus menjadi kebijakan pemerintah untuk menambah penyuluh,” tandasnya.
Selain jumlahnya sedikit, beberapa tahun terakhir, para penyuluh ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Menurut alumnus Jurusan Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan, IPB, 1983 ini, “Kemaren-kemaren, komitmen pemerintah daerah agak kurang. Indikasinya, para penyuluh itu kurang mendapat apresiasi, misalnya bantuan operasional penyuluh.” Padahal, tugas penyuluh sangat banyak untuk meningkatkan keterampilan petani. Karena itulah, pemerintah memberikan apresiasi kepada penyuluh.Ayah dua anak ini menambahkan, dari hasil penelitian, margin yang dikantongi petani di Lampsel hanya sekitar 12%. Berarti, meski produksinya tinggi, tapi yang dinikmati petani cuma sedikit. Salah satu penyebabnya, banyak infrastruktur, terutama jalan yang rusak. Diperkirakan, jalan negara yang baik sekitar 87%, jalan propinsi 35%, dan jalan kabupaten 28%. “Persoalannya di infrastruktur. Jalan rusak, baik jalan desa, jalan usahatani, dan segala macam,” paparnya kepada AGRINA. Pembenahan infrastruktur merupakan salah satu hal penting untuk memacu pengembangan agribisnis.
Pertanian Terpadu
Satu hal yang akan dikembangkan di Lampung Selatan adalah gerakan pertanian terpadu. “(Selama ini) kita selalu single commodity. Di Lampsel ada gerakan pertanian terpadu. Sekarang, sedang kita rintis,” terang Sekretaris Dewan Pertimbangan HKTI Lampung, itu. Misalnya, ada tanaman kayu, pangan, dan ternak pada satu klaster.
Di Tanjungsari, misalnya. “Di kecamatan ini sudah kita putuskan jadi sentra sapi potong,” kata suami dari Dwi Endang Nurhayati, itu. Sekarang, di kecamatan ini terdapat sekitar 50.000 ekor sapi potong yang umumnya sapi putih atau PO (Peranakan Ongole). Kotoran sapinya untuk biogas atau bioelektrik. Klaster ini bisa dipadukan dengan tanaman kelapa sawit dan karet. Lalu, sapinya bisa diberdayakan untuk mengangkut tandan sawit dan pupuk. “(Pertanian terpadu) inilah yang mulai kita kembangkan,” timpalnya.
Beberapa waktu lalu, pihaknya sudah mengumpulkan perusahaan sapi potong dan meminta mereka mengambil Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS). Tapi jangan untuk kepentingan sendiri, perlu juga digaduhkan kepada peternak atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). “Kami ingin menjadikan Lampung Selatan sebagai lumbung ternak nasional. Ini program kami. Saya pengen ada benih-benih unggul yang kita produksi di Lampung Selatan,” tuturnya.
Penambahan populasi dilakukan melalui inseminasi buatan (IB) dari benih-benih unggul, lalu dilakukan transfer embrio. Jadi, nanti ada sapi lahir kembar. “Kita memimpikan banyak sapi lahir kembar. Jadi, mempercepat pertambahan populasi. Tanjungsari kita unggulkan memproduksi sapi PO, yang betul-betul luar biasa,” katanya.
Lampung Selatan juga gudang unggas terbanyak se-Provinsi Lampung. Tahun lalu, populasi ayam ras pedaging (broiler) sekitar 14,1 juta ekor, ayam ras petelur (layer) 2,6 juta ekor, dan ayam bukan ras (buras atau ayam kampung) sekitar 2,6 juta ekor. “Hampir semua perusahaan besar unggas di Lampung Selatan. Pasar mereka ada yang ke Sumatera Selatan,” jelas Sutono.
Terminal Agribisnis Internasional
Padi, termasuk salah satu unggulan kabupaten, dengan Bupati H. Rycko Menoza SZP, putra Sjachroedin ZP, Gubernur Lampung, ini. Dengan luas lahan sawah sekitar 45.000 ha, produksi padinya sekitar 350 ribu ton GKG. Dalam pertemuan dengan Dewan Pertimbangan Presiden bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup (yang dipimpin Prof. Emil Salim), Senin (28/2), ada upaya mengembangkan Rawaseragi (berbatasan dengan Lampung Timur) menjadi sentra padi. Luas lahannya sekitar 30.000 ha, tapi yang beririgasi sekitar 5.000 ha. “Ini sedang kita usulkan jadi proyek nasional,” lanjut Sutono.
Selain padi, Lampsel tercatat sebagai produsen jagung. Tahun lalu, dari luas panen sekitar 117 ribu ha, produksinya mencapai 570 ribu ton pipilan kering. Mengantipasi dibangunnya terminal agribisnis bertaraf internasional di Penengahan, Lampsel juga memperkuat hortikultura. Selain pisang moli, yang unggulan kabupaten, kata Sutono, dikembangkan juga pisang raja bulu. “Nilai ekonomis pisang ini sangat tinggi,” katanya.
Di bidang perikanan, pemkab akan mengembangkan Ketapang menjadi kawasan minapolitan karena kaya rumput laut tetapi belum punya pabrik. Selain rumput laut, Lampsel pun memproduksi benih ikan kerapu.
Untuk mendorong keberhasilan di bidang agribisnis, Pemda Lampsel memberikan penghargaan kepada petani, kelompok tani, dan penyuluh yang berhasil meningkatkan produksi. Akhir tahun lalu, Bupati Lampsel H. Rycko Menoza SZP memberikan sertifikat dan sedikit uang kepada petani, kelompok tani, dan penyuluh yang berprestasi. “Dengan penghargaan ini, kita pengen keberhasilan itu diceritakan kepada yang lain,” tuntas Sutono.
Syatrya Utama dan Abdul Hamid
Nama :
Ir. Sutono, MM Tempat & Tgl Lahir :
Karanganyar, Surakarta, 28 Juli 1958 Nama istri :
Dwi Endang Nurhayati, SH Anak :
A. Yusuf Vidyawan dan Aji Nuralam D Pendidikan :
S-1 (Manajemen Kehutanan IPB, Bogor, 1983) S-2 (Manajemen Pemasaran, Univ. Satyagama, Jakarta, 1999) Jabatan :
Sekda Lampung Selatan (sejak 19 Agustus 2010) Organisasi :
Ketua H.A IPB DPD Lampung (sejak Februari 2005) Ketua Saka Wanabhakti Lampung (sejak April 2007) Sekretaris Dewan Pertimbangan HKTI Lampung
(sejakJuni 2008) Ketua DPD Perhiptani Lampung Selatan (Desember 2010)