Potensi pertanian yang sangat besar tapi belum optimal membuat dirinya tertantang untuk menjadikan pertanian sebagai basis perekonomian daerah yang dipimpinnya. Berharap PDRB Dompu dari pertanian akan naik tiga kali lipat tahun depan.
Cocok dengan postur tubuhnya yang tinggi tegap, visi nan tajam terpapar jernih dari Drs. H. Bambang M. Yasin, Bupati Dompu periode 2010-2015. Diwawancarai AGRINA di sela pertemuannya dengan ipasar (pasar lelang komoditas pertanian), medio Februari lalu, Bambang memaparkan mimpinya untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Tidak seperti legenda-legenda peningkatan kesejahteraan petani yang selama ini banyak terpapar. Pria kelahiran Dompu, Nusatenggara Barat, 28 Oktober 1965 ini merinci apa yang harus dilakukannya untuk mencapai mimpi tersebut.
Naik Tiga Kali Lipat
Tak ingin Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) hanya menjadi angka dalam lembar laporan kerja, pemerataan pendapatan khususnya bagi petani, selalu bersesakan di benaknya. Bahkan, sebelum waktu pelantikannya sebagai Bupati Dompu periode 2010-2015 digelar, program peningkatan pendapatan petani langsung digeber sesaat setelah dirinya memenangkan Pemilukada.
Jagung menjadi komoditas percontohan. Dari penanaman komoditas yang sudah tak asing bagi masyarakat Dompu ini, Bupati berharap tambahan PDRB sekitar Rp600 miliar pada 2012. Saat ini, PDRB daerah seluas 2.324,55 km2 itu hanya sebesar Rp500 miliar.
Seiring perkembangan teknologi, upaya perluasan areal tanam serta kontrol terhadap mekanisme pasar yang kuat, angka tersebut dipastikan akan terus meningkat. Ditambah rumput laut yang juga akan dikembangkan tahun ini, Bambang optimis mampu meningkatkan PDRB menjadi Rp1,5 triliun pada 2012.
Jika semua rencana mulus sesuai peta jalan (road map) yang telah ditetapkan, ukiran angka tersebut akan mendorong percepatan ekonomi Dompu. Angka kemiskinan yang saat ini sebesar 21% dapat ditekan 5% per tahun. Tingkat pendapatan penduduk menjadi rata-rata Rp10 juta per kapita per tahun.
Bambang mengakui, program pengembangan pertanian akan menjadi fokus kerjanya selama menjabat sebagai orang nomor satu di Dompu. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Dompu adalah petani. PDRB pertanian di sana yang sebesar 43% menjadi penyumbang terbesar pendapatan daerah.
“Faktanya kami memiliki petani-petani yang sangat miskin. Ini yang sementara kami riset kenapa angka kontribusi dengan kehidupan riil masyarakat petani tidak sesuai. Gambaran sementara adalah tingkat penguasaan lahan yang sangat terbatas. Petani-petani kami saat ini mungkin hanya memiliki 0,3—0,5 hektar per keluarga,” tegas suami dari Hj. Eriyani H. A. Bakar ini.
Pemantauan Seluruh Proses
Rangkaian strategi dan upaya untuk mewujudkan mimpi itu pun disusun. Riset mendalam dilaksanakan guna mengetahui kondisi lapangan. “Proses pemerataan pendapatan harus kita lakukan dengan identifikasi kondisi lapangan (pertanian, red), serta masyarakat yang memang benar-benar bertani. Dari situ kami akan mampu merumuskan program yang dijalankan termasuk memberikan fasilitas bantuan sarana pertanian kepada petani sehingga tepat sasaran. Dari fakta-fakta yang kami temukan, kami mencoba memfasilitasi petani untuk bisa mendapatkan kredit secara lebih mudah, saprodi lebih mudah sehingga persyaratan penanaman jagung bisa dipenuhi tepat waktu,” ungkap Bambang.
Berlandaskan hasil riset, program pun dirumuskan. Lulusan IKIP Negeri Ujungpandang (Makassar) ini pun harus mengakselerasi program prioritas provinsi, yaitu PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput Laut). Secara umum, program tersebut sesuai kondisi Dompu sehingga proses pembangunan bisa berjalan lebih efisien dan tepat sasaran. Ketok palu untuk menetapkan program penanaman jagung dilakukan. Tidak berhenti di wilayah penetapan, Bupati Dompu melakukan pemantauan seluruh proses budidaya. Mulai dari penyiapan lahan, hingga penanganan pascapanen.
Di luar perkiraan, banyak petani berminat mengembangkan jagung. Walhasil, target luas areal tanam yang sebelumnya dipatok hanya 650 ha membengkak menjadi sekitar 15.000 ha. Program itu rupanya mendorong masyarakat mengoptimalkan lahan-lahan kering yang selama ini menganggur. Memanfaatkan tenaga penyuluh pertanian, edukasi petani, serta pemantauan metode budidaya dilakukan secara rutin.
“Insya Allah kondisi riilnya saat ini kami optimis kisaran produksi antara 7—8 ton per hektar. Jadi dengan 15.000 ha, kami punya potensi produksi sekitart 80.000—90.000 ton jagung pipilan kering. Bulan April mendatang,kami akan panen raya,” papar pria yang juga pernah menjadi dosen ini.
Menggandeng ipasar
Bambang jelas tidak ingin gagal. Secara struktural dan tegas dirinya menginstruksikan seluruh jajaran aparat dan pegawai dari semua instansi di wilayah Dompu mendukung program pengembangan jagung. Mulai dari penyediaan lahan, saprodi, hingga penyiapan infrastruktur pascapanen seperti tempat penjemuran dan gudang. “Saya bilang ke Camat, saya tidak peduli Anda dekat dengan kelompok siapa. Yang penting berapa luas Anda bisa tanam jagung, berapa banyak yang bisa dihasilkan,” tegasnya.
Bahkan, ayah Ahmad Adhi Bhakti (10) dan Raihan Ramadhan (8) ini juga memerintahkan aparat keamanan untuk menjaga kebun jagung. “Satu orang tentara wajib menjaga keamanan 100 hektar ladang jagung. Saya tidak mau ada pencurian,” tandas pria yang bermotto, “Bermain dengan Formasi 4 As” (kerja kerAs, kerja cerdAs, kerja IkhlAs, kerja tuntAs) ini.
Pada pascapanen, bupati yang berlatarbelakang pengusaha ini berupaya menjaga harga supaya bisa dinikmati petani. Untuk itulah ia rela mondar-mandir Dompu-Jakarta menggandeng ipasar. Melalui kerjasama dengan ipasar, jagung yang dihasilkan petani bisa langsung dijual ke pembeli sehingga petani mendapatkan harga pasar. Selama ini, petani hanya berhadapan dengan tengkulak sehingga selalu dirugikan karena tidak mengakses pasar secara langsung. Kini, masyarakat Dompu tengah mempersiapkan diri untuk menikmati hasil kerja keras selama kurang lebih tiga bulan lalu.
Bambang bertekad akan terus meningkatkan program pengembangan jagung. Targetnya, luas areal tanam jagung akan menjadi 20.000 ha per tahun. Untuk memastikannya, ia telah menyiapkan beberapa instrumen penjaga ketersediaan areal, di antaranya melakukan pengawalan terhadap alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan perkantoran.
Tonthowi Jauhari