Posisinya yang strategis di wilayah timur Indonesia memungkinkan ibukota Provinsi Maluku ini memainkan peran sebagai pemasok gelondongan.
Di antara keluarga kerapu, kerapu bebek (Cromileptis altivelis) termasuk yang paling banyak diminta pasar. Demikian pula benihnya. Tak pelak penyedia benih pun acapkali kewalahan. “Kita pun sudah mulai kewalahan untuk memenuhi permintaan. Ikan-ikan yang sekarang di bak-bak itu sudah di-booking orang,” konfirmasi Ir. Arik Hari Wibowo, M.Si, Kepala Balai Budidaya Laut (LBL) Ambon kepada AGRINA.
Menurut alumnus Akademi Usaha Perikanan (AUP) ini, untuk wilayah timur, sekarang pihaknya masih bermain sendiri sebagai pemasok bibit kerapu. Padahal produksi benih BBL sebulan 10.000 ekor saja sudah bagus. Keterbatasan produksi ini lebih dikarenakan keterbatasan jumlah bak.
Jumlah permintaan bibit, diakui Arik, memang tidak tentu. Namun kadang LBL sampai tidak punya stok sehingga pembeli direkomendasikan untuk mememesan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Singaraja-Bali dan Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jatim. “Karena untuk siap tebar, butuh waktu tiga bulan. Sementara pembeli maunya pesan hari ini, besok diambil. Mana bisa,” sergah Arik.
Sementara itu pelaku pembenihan swasta di wilayah tersebut belum ada lantaran butuh modal yang besar. Hal ini mirip dengan kejadian pembenihan bawal bintang dan kakap putih. Pemerintah lebih dulu masuk, kemudian setelah mendapat teknologi yang pas menularkannya ke pelaku swasta. Karena itu LBL Ambon merintis jalan yang sama.
Saat ini, menurut Arik, sudah waktunya swasta di wilayah timur terjun ke pembenihan karena permintaan mulai banyak. “Kemarin Bupati Maluku Tengah saja nelpon saya minta dipasok benih karena memelihara 2.000 ekor terasa masih kurang,” ungkapnya. Bupati yang juga pengusaha ini cukup bersemangat membudidayakan kerapu bebek di keramba jaring apung. Ia sudah membeli 2.000 ekor lalu melihat hasilnya cukup baik, minta tambah lagi sampai 5.000 ekor. Sedangkan harga gelondongan siap tebar Rp1.500 per cm atau setara Rp7.500 per kg.
Selain kendala jumlah bak terbatas, LBL Ambon juga dihadapkan pada masalah cuaca yang hujan terus menerus turun awal Agustus lalu. Kondisi ini mempengaruhi pertumbuhan plankton pakan bagi larva sehingga larva banyak yang tidak bertahan. Karena itu LBL hendak membangun bak berkapasitas sampi 30 ton agar plankton bisa stabil.
Lebih Cocok Gelondongan
Petani-petani ikan di Ambon sebelumnya diarahkan untuk menjadi pelaku pembesaran, tetapi mereka menemui kesulitan dalam pemenuhan pakan. Pakan berupa ikan rucah ternyata cukup mahal. Apalagi pellet yang harus didatangkan dari Surabaya. “Akhirnya Kota Ambon itu lebih cocok untuk produksi gelondongan kerapu siap tebar. Pertama waktunya relatif singkat 1,5 bulan dan kedua, perputaran uangnya cepat. Nah, nanti Balai bertindak sebagai pendamping,” tutur Arik lagi.
Balai menyediakan benih ukuran 3 cm, kemudian petani membesarkannya sampai ukuran 10 cm. Hasil panennya bisa kembali ke balai untuk dipasok ke pemesan benih siap tebar atau dijual langsung ke pelaku pembesaran. Dari sini produksi dilempar ke Papua, Minahasa, Maluku Tengah, dan Seram Barat. Selain faktor itu, akses penyebaran gelondongan juga lebih mudah karena ada jalur penerbangan jarak jauh.
Kecuali memproduksi benih siap tebar, LBL Ambon juga berkontribusi dalam pengembangan kerapu nasional adalah sebagai pemasok telur kerapu bebek. Reputasinya sebagai penyedia telur sudah dikenal kalangan pemerintah maupun swasta. “Induk kita alhamdulillah bagus dan memang kita seleksi betul. Tiap bulan rutin bertelur dengan daya tetas (hatching rate) 90%,” jelas Arik yang telah bertugas selama lima tahun di balai ini.
Kadang satu hatchery minta 1 juta butir. Satu bulan mampu memasok telur sebanyak 10 juta. Yang pesan paling sedikit 500 ribu. Harga telur per butir Rp2 tambah biaya kemasan dan transpor. Misal untuk ke Jatim, bisa Rp4—Rp5 per butir. Terakhir kirim ke Batam karena si pembenih punya induk tapi tidak bertelur. Pasar yang rutin adalah pembenihan skala rumah tangga di Bali.
Usaha pembenihan maupun penggelondongan, menurut Arik, menguntungkan. Buktinya, sang pelaku masih terus minta dipasok.
Peni SP
Analisis Usaha Pembenihan Kerapu Bebek Skala Rumah Tangga A.Investasi Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) Lahan 100 m2 100.000 10.000.000 Bak 10 ton 3 buah 6 buah 10.000.000 30.000.000 Bak plankton kapasitas 3 ton 3 buah 5.000.000 15.000.000 Peralatan kerja 1 paket 5.000.000 5.000.000 Pompa 2 inchi 2 unit 5.000.000 10.000.000 Hi-blow 2 unit 6.000.000 12.000.000 Pipa 1 paket 2.500.000 2.500.000 Bangunan 1 unit 10.000.000 10.000.000 Peralatan analisis kualitas air 1 paket 5.000.000 5.000.000 Total 99.500.00 B.Biaya Tetap Izin usaha 2%/tahun dari investasi 331.667 Penyusutan 10%/ tahun dari investasi 1.658.333 Gaji manajer 2 bulan 4.000.000 Gaji karyawan 2 orang, 2 bulan 4.000.000 Total 9.990.000 C.Biaya Tidak Tetap Telur kerapu 150.000 @ Rp5 750.000 Fitoplankton 3 ton @ Rp250.000 750.000 Zooplankton 1 ton @ Rp250.000 250.000 Listrik selama 2 bulan, 1.300 watt 300.000 Pakan larva 1 paket 1.000.000 Pakan pendederan 1 paket 500.000 BBM 2 liter per hari @ Rp5.500 960.000 Total 4.210.000 Keuntungan Perhitungan berdasarkan kelangsungan hidup 3% dari 150.000 butir atau 4.500 ekor benih ukuran 7 cm 1. Pendapatan 4.500 ekor x Rp1.200 per cm Rp37.800.000 2. Biaya produksi (B + C) Rp14.200.000 3. Keuntungan kotor (1-2) Rp23.600.000 4. PPh 15% Rp3.540.000 Keuntungan bersih Rp20.060.000 Sumber: Balai Budiaya Laut Ambon, 2009 |