Varietas berumur pendek bisa menjadi solusi bagi petani untuk berdamai dengan perubahan iklim.
Hingga saat ini produksi kedelai dalam negeri hanya mencukupi sekitar 40% dari kebutuhan nasional yang mencapai sekitar 2,2 juta ton per tahun. Karena itu pemerintah merilis program swasembada kedelai yang diharapkan tercapai pada 2014 dengan proyeksi kebutuhan sekitar 2,7 juta ton.
Tidak mudah memang untuk mencapai target itu. Namun, peluang peningkatan produksi kedelai, menurut Made Jana Mejaya, masih terbuka lebar melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 ton per ha dengan kisaran 0,6—2,5 ton per ha di tingkat petani. Sedangkan di tingkat penelitian mencapai 1,7—3,2 ton per ha tergantung kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan. Angka-angka ini menunjukkan produksi kedelai di tingkat petani masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi.
Kepala Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang, itu, menambahkan, tingkat produktivitas di tingkat petani terkait dengan harga. Kalau harga jualnya bagus, petani akan bergairah memberikan input sebaik-baiknya untuk mencapai produktivitas tinggi.
Varietas Berumur Pendek
Kecuali faktor tersebut, perubahan iklim kini turut menentukan keberhasilan panen petani. Kekeringan termasuk salah satu dampak perubahan iklim global yang potensial mengganggu ketidakstabilan penyediaan pangan, termasuk kedelai.
Dr. M. Muchlis Adie, pemulia senior kedelai, menjelaskan, posisi kedelai berumur genjah bisa menjadi solusi. Selain berpeluang besar lebih toleran terhadap kekeringan juga menawarkan keuntungan lain dapat mengurangi risiko gagal panen akibat serangan hama dan meningkatkan indeks pertanaman.
Muchlish menambahkan, kenapa varietas kedelai berumur genjah di Indonesia memiliki peluang keberhasilan tinggi karena dua alasan. Pertama, terdapatnya genotipe kedelai yang memiliki sumber gen untuk umur genjah dan hasil tinggi. Kedua, dilakukan secara terprogram dan berkesinambungan. Namun semua itu juga tidak terlepas dari dukungan dana dan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sampai 2008, pemerintah melepas 71 varietas. Sebanyak 43,67% varietas berumur di atas 85 hari, 18 varietas berumur 70—80 hari, dan 5 varietas berumur masak di bawah 76 hari. Masih menurut Muchlis, selama ini varietas genjah yang dihasilkan umumnya masih mempunyai tingkat produksinya sangat rendah. Karena itu pemulia-pemulia di Balitkabi terus merakit varietas berumur pendek dengan produksi tinggi.
Perakitan tersebut menggunakan tetua galur kedelai asal introduksi, yaitu Shirome, kemudian disilangkan dengan varietas kedelai berdaya hasil tinggi Wilis. Kemudian persilangan dilakukan secara resiprokal (bolak-balik) dan seleksi menggunakan metode silsilah (pedigree). Seleksi dilakukan hingga diperoleh galur homosigot, galur generasi lanjut. Akhirnya diperoleh sejumlah galur harapan. Salah satu di antaranya adalah Shr/W-C-60.
Galur Shr/W-C-60 ini telah diuji tanam secara bertahap di 16 sentra produksi kedelai di Indonesia, yaitu Majalengka, Sleman, Banyuwangi, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Jembrana, dan Lombok Barat. Dari pengujian tersebut, lanjut Muchlis, galur Shr/W-C-60 mencapai rata-rata hasil 2,47 ton per ha dengan potensi hasil (hasil tertinggi dari 16 lokasi) hingga 3,06 ton per ha. Umur masaknya 73 hari dengan ukuran biji sedang, 11,92 g per 100 biji.
Galur tersebut diusulkan untuk diberi nama Gema, kependekan Genjah dari Malang. “Rencananya varities ini akan diluncurkan sekitar bulan September tahun ini,” ucapnya dengan bangga.
Rekomendasi penanaman varietas terbaru ini terkait dengan pola tanam petani dan curah hujan. Pada pola tanam padi-padi-palawija, kadang saat tiba tanam palawija tidak tersedia cukup air atau musim hujan bergeser (memendek). Di sinilah varietas kedelai super genjah ini diharapkan dapat memainkan perannya dengan memanfaatkan sisa air yang ada dalam tanah. Bahkan, “Berdasarkan hasil uji coba varietas kedelai super genjah ini sangat baik jika digunakan pada lahan yang memang kadar airnya kurang dari rata-rata,” tutup Muchlis.
Yuwono Ibnu Nugroho, Peni SP, Indah RP (Surabaya)
Karakteristik Varietas Kedelai Berumur Super Genjah (70—75 hari) Varietas Tahun dilepas Umur Bobot Hasil Masak (hari) 100 biji (g) (ton/ha) Lokon 1982 71—75 10,76 1,75 Tidar 1987 75 10,00 1,40 Malabar 1992 70 10,00 1,70 Meratus 1998 73—77 9,50 1,40 Gepak Kuning 2008 73 8,25 2,22