Senin, 2 Agustus 2010

Telur Beku Atasi Fluktuasi Harga

Liquid egg alias telur cair masih asing di telinga kita. Liquid egg dalam bentuk beku dapat disimpan sampai 6 bulan sehingga dapat meredam fluktuasi harga telur.

Harga telur sangat sering berfluktuasi. Bisa terjadi sangat rendah sehingga merugikan peternak ayam petelur. Namun pada kesempatan lain terutama menjelang hari-hari besar melonjak tinggi sekali seperti sekarang ini sampai Rp14.500 per kg di tingkat pengecer. Selayaknya harga telur dapat distabilkan tentunya dengan input teknologi tertentu.

Saat ini sudah tersedia teknologi untuk memperpanjang masa simpan telur dalam bentuk beku. Jika teknologi ini diterapkan, jelas dapat mengamankan produsen dan konsumen telur. Selain itu, telur beku ini juga dapat memenuhi kebutuhan industri makanan. “Memang investasinya besar sekali. Sekitar 2 juta Euro per unit untuk kapasitas 2 ton per jam,” jelas Boediono Tandu, Managing Director Macro Group, produsen telur cair.

Menurut Boediono Tandu, di Indonesia pernah ada industri mayonnaise yang tutup gara-gara kebutuhannya akan telur harus dipenuhi dari liquid egg asal luar negeri. Saat Indonesia dilanda krisis moneter pada 1997 yang mengakibatkan nilai tukar dolar melonjak tajam, industri itu tidak mampu lagi mengimpor bahan baku. Akhirnya, industri tersebut pindah ke Malaysia yang sudah memproduksi telur cair dan mengekspor produk mayonnaisenya ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Pasarnya Masih Terbatas

Teknologi ini sudah sejak 10 tahun digunakan di Malaysia untuk memenuhi permintaan industri mayonnaise yang membutuhkan telur segar (fresh egg). Di sana sekarang telah ada empat pabrik yang memproduksi telur beku. Lalu menyusul Filipina satu pabrik, Thailand dua pabrik, dan Singapura satu pabrik. Di Indonesia sejak 2008 juga telah hadir pabrik telur beku ini milik PT Java Egg Specialities di Kawasan Industri Cikupamas, Tangerang, Banten.

“Kami memproduksi telur cair terdiri dari kuning telur, putih telur, dan campuran. Penyimpanannya ada dua macam, di lemari es dengan suhu 4oC dan dibekukan,” jelas ahli teknologi pangan lulusan sebuah universitas di Berlin, Jerman ini.

Beda cara penyimpanan, imbuh Boediono, membuat beda masa penyimpanannya. Yang disimpan pada suhu lemari es bisa tahan 7 hari. Sedangkan yang beku bisa 6 bulan sehingga dapat ditransportasi dalam jarak jauh.

“Hingga kini pasarnya masih terbatas di Indonesia. Kita baru mengolah sekitar 5 ton telur per hari,” jelas Boediono. Pasarnya masih terbatas karena banyak industri makanan di Indonesia yang belum mengenal telur cair. Jadi yang menjadi langganan PT Java Egg Specialities di antaranya PT Freeport Indonesia, McDonald, Dapur Cokelat, hotel, beberapa produsen roti, dan katering.

Sebenarnya jumlah tersebut sudah merupakan peningkatan dibandingkan awal berdirinya pabrik hanya 700 kg per hari. Memang masih jauh jika dibandingkan kapasitas terpasang 14 ton per 7 jam dikalikan dua shift berarti 28 ton per hari. Dalam upayanya meningkatkan penjualan, pria asal Surabaya ini banyak bekerjasama dengan majalah kulinologi, sekolah perhotelan, dan berpartisipasi dalam seminar.

Untuk mendapatkan bahan baku, Boediono membeli telur dari bekerjasama dengan peternak layer dan pedagang telur dengan harga sesuai harga pasar. “Saat ini harga bahan baku Rp14.000 per kg, maka kami menjual telur cair seharga Rp19.000 per kg. Kalau harga telur turun, ya harga kita turun. Pernah sampai Rp16.500,” ceritanya. Diakui Boediono bahwa perusahaan ini sebenarnya masih dalam tahap ambil profit seminim mungkin, 2%—3%, sekaligus mengedukasi masyarakat untuk menggunakan telur cair.

Mudah dan Higienis

“Produk telur cair atau liquid egg yang kita produksi menawarkan kemudahan dan higienis. Mudah karena tidak perlu memecah telur. Higienis karena telur sudah dipasteurisasi sehingga bakteri patogennya sudah mati,” ungkap Boediono berpromosi.

Awalnya dari standarisasi bahan baku. Pertama, umur telur maksimal 5 hari karena jika lebih kuning telurnya tidak bisa bulat. Kedua, ukuran telur tidak boleh terlalu kecil dan tidak  boleh terlalu besar. Dan ketiga, telur jangan kotor. Pada umumnya Boediono menerima telur dari Banten, Jabar, dan Lampung. Sedangkan dari Jateng dan Jatim membutuhkan waktu transportasi yang cukup lama sehingga tidak masuk standar.

“Telur yang sudah distandarisasi masuk ke mesin pemecah telur sekaligus pemisah kuning dan putih telurnya,” Heny R. Pujiastuty, R & D PT Java Egg Specialities. Lalu masing-masing dialirkan ke dalam tangki tersendiri. Dalam tangki ini dilakukan homogenisasi dan pasteurisasi sehingga bebas Salmonella dan virus Avian Influenza. Selanjutnya dikemas dalam nylon bag lalu disimpan dalam kondisi dingin atau beku.

Untung Jaya, Peni SP

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain