Bagian 7 dari seri tulisan Teknologi Bioflok
Bioflok dalam tambak memainkan peran penting sehingga keberadaannya perlu dipertahankan.
Flok bakteri atau bioflok dalam tambak dapat menstabilkan kualitas air, mengurai bahan organik serta menekan bahan beracun terutama amonia, menekan perkembangan bakteri merugikan serta berfungsi sebagai makanan bagi udang vanname. Untuk mempertahankannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain, C/N ratio, penambahan C organik, serta aerasi dan menambahkan bakteri probiotik secara rutin.
Nilai C/N ratio
Bioflok dapat berkembang dengan baik bila nilai C/N ratio sesuai kebutuhannya. Semakin rendah nilai C/N ratio, semakin cepat proses degradasi bahan organik dan sebaliknya. Selain itu, nilai C/N ratio juga turut menentukan senyawa-N yang dibutuhkan dalam membentuk protein. Bila C/N ratio kurang dari 8, bakteri lebih cenderung menggunakan N organik seperti asam amino dan urea. Kalau C/N ratio lebih dari 12, bakteri memanfaatkan N anorganik amonia dan nitrat (Van Wyk, 2006).
Karena dalam teknologi bioflok itu tanpa ganti air dan cenderung terjadi penumpukan bahan organik dan amonia, C/N ratio harus diusahakan mendekati 20 agar amonia tertekan. Dengan demikian udang aman dari ancaman keracunan amonia.
Berikan C Organik
Bioflok perlu karbon organik sebagai sumber energi, misalnya dedak halus, tepung ketela, tepung tapioka, tepung terigu, gula, dan molase. Dosis pemberian karbon organik disesuaikan dengan kandungan TAN (total amonium nitrogen) dan jumlah pakan yang diberikan serta kandungan proteinnya. Pemberiannya bisa lewat air maupun dicampur pakan untuk memacu perkembangan bakteri serta menekan munculnya amonia.
Sirkulasi sangat penting untuk menjaga bahan organik selalu dalam keadaan teraduk, tidak mengendap, dan mencegah stratifikasi air sehingga bahan organik diurai secara aerob. Pemasangan aerator harus tersebar supaya tidak ada arus yang lemah dan tidak ada daerah mati. Bila terjadi endapan lumpur di dasar, harus dibuang melalui central drain atau sifon untuk mencegah racun H2S.
Inokulasi Rutin dan Pengapuran
Sebenarnya bioflok dapat tumbuh dan berkembang secara alami tanpa pemasukan jenis bakteri dari luar (probiotik instan). Namun untuk mempercepat perkembangan dan memastikan jenis bakterinya menguntungkan, perlu diinokulasikan jenis-jenis bakteri menguntungkan. Inokulasi juga bisa dengan memasukkan air dari tambak yang sudah terbentuk flok. Pemberian probiotik sebaiknya rutin agar terjadi regenerasi atau selalu ada starter yang diharapkan dan menekan kandungan bakteri vibrio dalam air kolam.
Penerapan teknologi bioflok cenderung membuat pH air dan alkalinitas menurun. Untuk mencegah penurunan ini berikan dolomit secara rutin ke dalam air tambak. Dosisnya 10—20 mg/L setiap 4—6 hari atau disesuaikan kebutuhan.
Penumpukan fosfat
McIntosh (2001) menganalisis kandungan orthofosfat dan total fosfat air tambak sistem heterotrof. Saat air didominasi plankton, orthofosfat 20%—25% dari total fosfat. Sebaliknya setelah air tambak didominasi bioflok, kandungan orthofosfat bisa mencapai 80% dari total fosfat. Penumpukan total fosfat bisa mencapai lebih dari 20 mg/liter.
Dengan penambahan karbohidrat, nilai C/N ratio menjadi tinggi dan nilai N anorganik (amonia) cenderung tertekan, bahkan tidak terdeteksi sehingga nilai N/P ratio rendah. Akibatnya perkembangan blue-green algae (BGA) terutama jenis yang dapat mengikat N dari udara (misalnya Microcystis, Anabaena, Anabaenopsis) terpacu.
Bila plankton itu berkembang dengan cepat dan tidak terkendali, maka akan menyebabkan goncangan pH pagi-sore menjadi tinggi (lebih dari 0,5). Perkembangan bakteri pun akan terhambat karena persaingan habitat serta oksigen pada malam hari. Hal ini dapat membuat udang stres dan mudah terjangkit penyakit akibat vibrio maupun myo.
Adanya busa yang stabil di permukaan air sangat penting untuk menghalangi masuknya sinar matahari berlebih ke dalam air tambak sehingga perkembangan plankton (terutama BGA) terkendali.
Untuk mengurangi penumpukan fosfat dalam air tambak dan mengurangi risiko dominasi BGA saat pertengahan hingga akhir budidaya, aplikasikan bahan pengikat fosfat, seperti “Phoslock”.
Mengatur Kepekatan Flok
Bioflok yang sudah jadi biasanya mencapai tingkat kecerahan kurang dari 20 cm bahkan sekitar 10 cm. Dominasi bioflok dicirikan oleh pH dan alkalinitas cenderung menurun diikuti banyaknya busa yang terapung di permukaan air terutama pada sore, malam hingga pagi hari. Kepekatan flok diukur dengan Imhoff con. Bila volumenya mencapai 12 cm, flok harus diencerkan melalui pembuangan sebagian air dan menggantinya dengan yang baru. Atau mengurangi pakan hingga tinggal 70% dari semula selama beberapa hari agar udang makan flok.
Suprapto
Tim Teknis Shrimp Club Indonesia (SCI)