Sari kelapa lembaran terbilang salah satu bisnis yang menjanjikan. Keuntungan bersihnya sekitar 18,34% dari penjualan.
Nata de coco (sari kelapa) merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum. Fermentasi ini menghasilkan nata, yang kenyal seperti jeli berwarna putih dan biasanya digunakan sebagai bahan baku minuman maupun makanan.
Sebagai bahan baku minuman, kandungan serat nata de coco ini tinggi dan kandungan kalorinya rendah sehingga cocok untuk diet. Selain bagus untuk sistem pencernaan, sari kelapa ini juga tidak mengandung kolesterol. Di samping menjadi bahan baku minuman, nata de coco juga digunakan sebagai bahan baku makanan ringan, seperti puding, manisan, es campur, kolak, es buah, dan cocktail (campuran buah potongan kecil-kecil).
Selain itu, menurut penelitian, nata juga dapat dijadikan komposit yang kuat dan dengan teknik pengolahan yang sangat sederhana dapat dijadikan sebagai bahan baja ringan. Komposit nata ini dapat diaplikasikan pada industri otomotif, elektronik, dan konstruksi.
Nata de coco sebagai industri sangat menjanjikan karena kaya akan gizi. Bahan baku dari air kelapa atau santan kelapa relatif mudah didapatkan di seluruh Indonesia. Kelapa berbuah sepanjang tahun dan tidak bersifat musiman. Proses pengolahan dan peralatan industri yang digunakan sederhana sehingga dapat dikerjakan dalam skala rumah tangga.
Bahan baku termasuk faktor yang menentukan tingkat produksi dan keberlangsungan industri. Di Indonesia, umumnya bahan baku air kelapa berasal dari industri-industri kopra, industri makanan kecil atau jajanan, seperti geplak, industri minyak klentik, dan jasa pemarutan kelapa di pasar-pasar. Industri-industri ini umumnya memanfaatkan daging buah kelapa sebagai produk utama dan airnya dijual untuk bahan baku sari kelapa.
Proses Produksi
Ke dalam air kelapa yang akan direbus ditambahkan bahan-bahan pembantu antara lain gula pasir sebagai sumber karbon, asam asetat atau cuka, dan amonium sulfat (ZA) sebagai sumber nitrogen. Asam asetat atau cuka untuk menurunkan pH (derajat keasaman) menjadi 3—4 karena bakteri tumbuh dengan baik pada kondisi pH tersebut.
Penambahan bahan-bahan tersebut ada takarannya. Dalam setiap panci berkapasitas 60 liter, air kelapanya 50 liter, ZA 160 g, gula pasir 420 g, dan asam asetat atau cuka 200 ml. Setelah itu, larutan itu direbus hingga mendidih, lalu dituangkan ke dalam nampan-nampan dengan penutup koran yang diikat dengan karet. Masing-masing nampan diisi larutan media air kelapa rebus sebanyak 1,2—1,5 liter.
Setelah itu, dibiarkan selama tujuh jam, sehingga larutan air kelapa tadi dingin. Kemudian ke dalam larutan yang sudah dingin diinokulasi (dibiakkan) bibit Acetobacter xylinum sekitar 10% dari larutan media tadi. Kemudian diperam 7—8 hari.
Setelah itu pemanenan dan dihasilkan nata lembaran atau lempengan, yang rasanya masih tawar dan agak masam. Kemudian nata lempengan ini dimasukkan ke dalam bak plastik penampungan. Selama penyimpanan, untuk menghindari kerusakan karena cendawan, nata de coco dicuci dengan air secara rutin sebanyak kurang lebih sekali tiap empat hari.
Nata lempengan ini siap dipasarkan ke industri makanan dan minuman. Atau bisa juga dipotong-potong terlebih dahulu dengan mesin pemotongan atau pisau. Potongan ini berbentuk kubus dengan ukuran satu sentimeter bujur sangkar. Jika ingin memproduksi nata de coco siap saji, potongan ini bisa dikemas dalam mangkuk plastik.
Analisis Usaha
Untuk memberikan gambaran bisnis nata de coco ini, maka perlu dilakukan analisis usaha. Analisis ini berguna untuk melihat apakah usaha ini layak atau tidak. Di sini akan diperlihatkan analisis usaha nata de coco lembaran skala rumah tangga.
Di sini akan disusun dulu kebutuhan modal (investasi dan modal kerja). Dalam investasi atau modal tetap terdapat tanah, bangunan, dan peralatan produksi. Pada modal kerja, ada kebutuhan air kelapa 11.472 liter per bulan (menghasilkan nata de coco lembaran 6.500 kg), bahan pembantu (ZA, gula pasir, dan cuka), bahan bakar, air, listrik, gaji karyawan, dan biaya tidak terduga.
Dari perhitungan, keuntungan bersih sekitar Rp21,46 juta, titik impas (tidak untung tidak rugi) Rp49,48 juta atau 32,99 ton, tingkat pengembalian modal (return on investment) 52% atau modal kembali dalam tempo 23 bulan, dan rasio B/C 1,46 atau bisnis ini layak.
Emil Salim, alumnus Teknologi Industri Pertanian UGM
INVESTASI DAN MODAL KERJA A. INVESTASI NILAI (Rp) 1. Tanah dan bangunan (10 m x 5 m) 23.500.000 2. Peralatan produksi a. Nampan plastik (2000 pcs) 5.000.000 b. Drum plastik kapasitas 200 liter (10 buah) 1.950.000 c. Jerigen plastik kapasitas 30 liter (10 buah) 300.000 d. Ember plastik kapasitas 50 liter (8 buah) 200.000 e. Botol sirup 630 ml (400 buah) 120.000 f. Timbangan 1.000 g 100.000 g. Rak (6 buah) 2.100.000 Total Investasi (Modal Tetap) 33.270.000 B. MODAL KERJA (Per Bulan) 1. Air kelapa 11.472 liter 2.581.200 2. Bahan pembantu (ZA, gula pasir, cuka) 1.333.100 3. Bahan bakar kayu 300.000 4. Air dan listrik 200.000 5. Gaji karyawan 1.650.000 6. Biaya tidak terduga (10% dari modal kerja) 606.430 Total Modal Kerja 6.670.730 Total Kebutuhan Modal (Investasi + Modal Kerja) 39.940.730 BIAYA PRODUKSI (Per Tahun) 1. Biaya tetap (fixed cost) 27.077.160 (gaji karyawan & biaya tidak terduga) 2. Biaya tidak tetap (variable cost) 52.971.600 (Air kelapa, bahan pembantu, bahan bakar, air, listrik) Total Biaya Produksi 80.048.760 RUGI-LABA NATA DE COCO LEMBARAN 1. Penjualan (6.500 kg x Rp1.500/kg x 12 bulan) 117.000.000 2. Biaya produksi 80.048.760 3. PPN 10% 11.700.000 (-) 4. Penghasilan kotor 25.251.240 5. Pajak penghasilan (PPh) 15% 3.787.686 (-) 6. Keuntungan bersih (18,34% dari penjualan) 21.453.554 Titik impas (break event point atau BEP) 1. BEP dalam rupiah 49.478.477 2. BEP dalam kuantitas (kg) 32.976 Return on Investment (tingkat pengembalian modal) 52% Rasio penjualan terhadap biaya produksi (B/C Ratio) 1,46 |