Bioflok mempunyai kandungan nutrisi yang cukup baik bagi udang. (Bagian 6 dari seri tulisan Teknologi Bioflok)
Secara umum, nutrisi yang digunakan untuk budidaya vanname mengandung: crude protein minimum 35%, lemak 6%—9%, mineral 17%, karbohidrat 30%. Nilai C/N ratio pakan tersebut adalah 8,93 (=50%/(35%/6,25)). Karena nilai C/N ratio rendah, maka berpotensi menghasilkan amonia. Untuk mencegah munculnya amonia, nilai C/N ratio harus ditingkatkan dengan menambah karbohidrat sebesar 56% dari jumlah pakan yang diberikan. (Baca AGRINA Edisi 132 tanggal 7 Juli 2010, pada halaman 20).
Saat ini, beberapa pabrik pakan telah memproduksi pakan dengan kandungan protein yang lebih rendah (30% – 32%). Pakan tersebut dapat digunakan sebagai alternatif dalam budidaya udang Vanname yang menerapkan teknologi bioflok. Dengan demikian, pembudidaya udang tidak perlu menambahkan karbohidrat sebanyak perhitungan tersebut. Seiring kebutuhan karbon organik untuk pencampuran pakan, maka ke depan perlu diproduksi grain pellet dalam skala besar.
Nutrisi Bioflok
Dalam budidaya intensif yang menerapkan teknologi bioflok, ternyata bioflok mengandung nutrisi cukup baik bagi udang. Beberapa hasil analisis yang dilakukan sejumlah ahli nutrisi dan ahli budidaya, kandungan nutrisi bioflok seperti terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Dari hasil analisis tersebut menunjukkan, beberapa jenis asam amino yang dikandung dalam bioflok sangat rendah atau bahkan tidak terdeteksi. Oleh karena itu, bioflok hanya cocok sebagai makanan tambahan dan bukan merupakan sumber makanan utama.
Manfaat Makanan Tambahan
Berdasarkan pengamatan di tambak yang menerapkan teknologi bioflok, hampir setiap kali udang yang diambil dari kolam, ususnya selalu penuh makanan. Pada saat-saat udang tidak diberi pakan, ternyata udang aktif memakan bioflok (detritus yang diperkaya). Permukaan air yang penuh dengan busa dan kelekap, bila diambil dengan menggunakan serok ternyata banyak sekali udang yang tertangkap karena udang aktif makan kelekap tersebut.
Menurut Burford, sel bakteri yang ada di dalam flok berkisar 10% – 47% atau 107 – 108 sel (10—100 miliar sel bakteri). Hal ini menunjukkan, kandungan bakteri di dalam air sangat tinggi. Bakteri-bakteri tersebut memainkan peran yang sangat penting di samping sebagai makanan alami juga menjaga kestabilan mutu air dan mengurai serta mendaur ulang limbah organik dan amonia di dalam tambak intensif.
Menurut Verstraete (2007) dalam presentasinya di San Antonio, AS, microbial floc menghasilkan biopolimer di antaranya adalah PHB (poly â-hydroxy butirate). Bila bioflok termakan udang atau ikan, maka senyawa tersebut akan dihidrolisis oleh enzim pencernaan dan menghasilkan asam butirat. Asam butirat merupakan jenis asam organik yang dapat menekan perkembangan bakteri merugikan di dalam saluran pencernaan. Sehingga dengan memakan bioflok, maka ikan dan udang akan menjadi lebih sehat.
Rasio Konversi Pakan (FCR)
Berdasarkan pengalaman penulis, konversi pakan (FCR) pada tambak yang menerapkan bioflok berkisar 1,3—1,4 dengan masa budidaya 120—130 hari. Sedangkan pada tambak yang menerapkan sistem konvensional, FCR-nya sekitar 1,5—1,6. Jadi perbedaan nilai FCR-nya 0,l–0,3.
Dengan adanya perbedaan nilai FCR, maka penerapan teknologi bioflok menghasilkan limbah jauh lebih sedikit, menghemat kebutuhan pakan, dan lebih ramah lingkungan.
Tim Teknis Shrimp Club Indonesia (SCI)
Tabel 1. Komposisi nutrisi bioflok yang diambil dari kolam yang menerapkan sistem tanpa ganti air dan menggunakan pakan dengan kandungan protein 31,5% dan 22,5% (McIntosh, 2000). Komposisi Detritus Terlarut Kadar Protein Kasar dalam Pakan (%) 31,5 22,5 Rata-rata Bahan organik (%) 78 66 72 Abu (%) 21 32 26 Protein (%) 51 35 43 Lemak (%) 10 15 12,5 Arginin (%) 2,3 1,61 1,95 Metionin (%) 0,61 0,35 0,48 Lisin (%) 2,5 1,7 2,1 Tabel 2. Hasil analisis proksimat komposisi mineral dan asam amino pada microbial floc yang diambil dari bak yang dibudidayakan udang dengan system intensive microbial reuse system (Tacon, 2000). Nutrien Rendah Tinggi Rata-rata Mikrobial flok terlarut, mg/l 31,7 340,1 156,5 Protein kasar (N x 6.25), % 24,64 40,6 33,45 Lemak kasar, % 0,46 0,83 0,61 Abu, % 22,91 38,54 30,21 Energi total, kal/g 2.656 3.207 3.014 Karotenoid, mg/kg 60 163 122,7 Fosfor (P), % 0,38 2,29 1,44 Kalium (K), % 0,14 0,95 0,68 Kalsium (Ca), % 0,45 3,06 1,81 Magnesium (Mg), % 0,13 0,48 0,28 Natrium (Na), % 0,43 4,59 2,94 Mangan (Mn), mg/kg 9,58 49,64 30,47 Besi (Fe), mg/kg 182,42 394,04 342,82 Tembaga (Cu), mg/kg 4,12 95,53 24,5 Seng (Zn), mg/kg 83,58 618,34 365,81 Boron (B), mg/kg 9,46 48,53 29,19 Asam amino (g/100g protein) Isoleusin 1,99 5,69 3,75 Leusin 2,43 8,57 6,87 Metionin 0,89 4,78 3,18 Fenilalanin 1,24 9,05 6,09 Histidin 1,2 1,65 1,4 Treonin 3,98 6,21 4,94 Lisin 2,98 5,32 3,93 Valin 2,76 10,14 6,07 Arginin 5,62 7,5 6,45 Triptofan data tidak tersedia