Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal mengonsumsi susu. Tingginya harga susu menjadi salah satu penyebabnya. Hal itu disebabkan 74% kebutuhan kita dipasok dari impor.
Saat nonton bareng laga pembukaan Piala Dunia 2010, waktu jeda Presiden SBY sempat bertanya kepada wartawan, kapan PSSI bisa masuk Piala Dunia. Mungkin saja PSSI tidak bisa masuk Piala Dunia karena konsumsi susu kita masih rendah. Bila dibandingkan daftar negara-negara peringkat atas sepakbola menurut FIFA dan tingkat konsumsi susu menurut FAO terlihat ada korelasinya. Negara-negara peringkat atas sepakbolanya dan ikut Piala Dunia 2010 pada umumnya mengonsumsi susu lebih dari 50 kg/kapita/tahun, bahkan banyak yang di atas 100 kg seperti Spanyol, Brasil, Belanda, Perancis, Argentina, Kroasia, dan Amerika Serikat.
Saat ini konsumsi susu nasional hanya 10,40 liter/kapita/tahun. Angka tersebut tertinggal jauh dibandingkan konsumsi susu negara-negara ASEAN, seperti Filipina 11,3 liter, Vietnam 12 liter, Malaysia 25,4 liter, Thailand 29 liter, dan Singapura 32 liter. “Meski konsumsi susu dalam negeri rendah, Indonesia masih mengimpor 74% dari kebutuhan susu di dalam negeri. Saat ini, produksi susu nasional hanya 536.900 ton per tahun atau 26% dari total kebutuhan susu dalam negeri,” kata Suswono, Menteri Pertanian, saat perhelatan Hari Susu Nasional di Lembang, Bandung, Jabar, beberapa waktu lalu.
Dari Susu Bubuk ke Susu Segar
Karena itu Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan memfasilitasi gerakan minum susu segar untuk anak-anak sekolah dasar. Gerakan tersebut telah dilaksanakan di sejumlah daerah. Susu segar dipilih masyarakat kebanyakan sulit menjangkau susu bubuk. “Untuk meningkatkan konsumsi susu, perlu mengubah kebiasaan mengonsumsi susu bubuk ke susu segar. Padahal susu segar itu baik buat kesehatan dan harganya pun lebih murah,” jelas Suswono.
Suswono berharap, ke depan kesadaran masyarakat minum susu segar akan meningkatkan konsumsi susu per kapita, serta mendorong pengembangan peternakan sapi perah nasional. Sebab, periode 2004-2009, produksi susu segar Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan. Susu segar dihasilkan di sentra-sentra sapi perah, yaitu Jatim, Jateng, dan Jabar. Produksi susu segar dari sentra produksi utama tersebut sekitar 1,2 juta liter per hari atau setara Rp2,5 miliar per hari.
Pemerintah menargetkan dapat mendongkrak konsumsi susu nasional sampai 27— 30 liter/kapita/tahun. Selain mendorong konsumsi susu segar, pemerintah juga berupaya menaikkan produksi dalam negeri. Terkait upaya memenuhi kebutuhan susu dalam negeri, menurut Suswono, pemerintah mematok peningkatan populasi sapi perah dalam jumlah besar, yakni 200 ribu ekor per tahun.
Selain peningkatan populasi sapi perah, bantuan 10.000 dosis semen beku sapi perah juga menjadi angin segar bagi peternak. Kualitas semen beku yang dihasilkan sejumlah Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, sudah cukup bagus, bahkan sudah ada yang diekspor.
Sementara itu, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengungkapkan, produksi susu di wilayahnya sudah mulai dikelola secara terintegrasi dari hulu hingga hilir oleh 24 koperasi susu (KPS). KPS itu berperan dalam budidaya, pengolahan, dan pemasaran produk olahan susu.
Yuwono Ibnu Nugroho