Jelang Hari Susu Nusantara 1 Juni, konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia masih rendah.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya gizi dan lemahnya daya beli masyarakat menjadi salah satu alasan dicanangkannya Hari Susu Nusantara. Menurut data yang pernah dilansir PT Tetra Pak Indonesia, perusahaan pemasok kemasan, pada 2008 konsumsi susu nasional hanya sebesar 10 liter per kapita per tahun. Angka ini jelas rendah dibandingkan konsumsi susu negara-negara tetangga seperti Malaysia yang mencapai 30 liter per kapita per tahun. Bahkan disetarakan dengan Vietnam pun kita kalah. Negara yang jauh lebih muda dari Indonesia ini mencapai konsumsi susu 12 liter per kapita per tahun.
Pemerintah dan Swasta
Untuk mendongkrak konsumsi susu khususnya susu segar, pemerintah dan swasta melakukan berbagai kegiatan. Tahun ini misalnya, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP), Kementerian Pertanian, menggelar kegiatan dengan mengangkat tema “Susu Segar Untukku” pada 31 Mei 2010 di Sekolah Komando Angkatan Udara (SKAU) Lembang-Bandung Utara.
Kegiatan itu diawali dengan seminar dan workshop tentang pentingnya minum susu dan upaya peningkatan produksi susu dari peternakan sapi perah rakyat. Pada hari-H, ada acara minum susu segar bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jajaran Kementan, Komisi IV DPR RI, dan anak-anak SD kelas satu hingga kelas empat, juga masyarakat sekitar.
Di tataran pemda, upaya meningkatkan konsumsi susu pernah dilakukan di Pemkab Sukabumi. Di Sukabumi, menurut Asep Sugiyanto, Kepala Dinas Peternakan, pada 2007 ada Gerakan Minum Susu Bagi Anak Usia Sekolah yang dinamakan Gerimis Bagus. Sebanyak 20.000 anak usia sekolah menerima pembagian susu segar gratis setiap hari selama tiga bulan. “Bila anak usia sekolah sudah mulai “dicekokin” susu selama tiga bulan, lama-lama ia akan terbiasa untuk minum susu sebagai menu jajanan utama. Kita bisa, ‘kan karena biasa,” ujar Asep. Sayang, program ini terhenti lantaran kehabisan dana.
Langkah serupa dilakukan Pemkab Bandung di Lembang. Dedi Setiadi, Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), mengaku, pihaknya sedang mendorong minum susu untuk anak sekolah dengan Program Makanan Tambahan Anak Usia Sekolah (PMTAS). Saat ini anggaran pendidikan naik 20% dari yang sebelumnya 10% jadi sekitar Rp200 triliun. “Kita akan minta dana (dari Kemendiknas) supaya program bisa dilaksanakan,” tuturnya.
Dedi menambahkan, konsumsi susu bisa mempengaruhi kecerdasan seseorang. Ia mencontohkan kasta sudra di India, walau dia tidak punya rumah tapi pagi-pagi biasa minum susu. Dan apa yang terjadi, lanjut dia, 20% ahli teknologi informasi di dunia adalah orang India. “Bila di India saja bisa, kenapa di Indonesia tidak?” imbuhnya.
Usaha meningkatkan konsumsi susu juga dilakukan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. melalui kegiatan kampanye gizi JAPFA4Kids dengan tema “Anak Indonesia Peduli Gizi”. Sejak 2008 hingga Maret 2010, JAPFA4Kids telah digelar di 21 kabupaten/kodya dalam 10 provinsi dengan menjangkau 86 SD negeri melibatkan 17.266 murid dan 876 guru. Selain susu segar, anak-anak SD ini mendapat pembagian sosis siap makan.
Agung Christiawan