Rabu, 26 Mei 2010

Komponen Penyusun Bioflok

Bioflok yang baik berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan kesehatan udang serta mutu air tambak.

(Bagian 2 dari seri tulisan Teknologi Bioflok)

Biofloc (bioflok) berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan floc (flok) yang berarti gumpalan. Sebagaimana telah diuraikan pada artikel terdahulu (AGRINA Edisi 128, 12 Mei 2010), bioflok tersusun atas berbagai mikroorganisme, yaitu bakteri, algae, zooplankton, dan bahan organik. Karena itu, mutu bioflok berbeda-beda tergantung komponen penyusunnya. Ada bioflok yang baik dan ada bioflok yang jelek.

Komponen 1: Bahan organik

Bahan organik dalam air tambak udang intensif berasal dari sisa pakan, kotoran udang, dan plankton atau jasad yang mati. Bahan organik yang terlarut dalam air akan diurai oleh mikroba (bakteri) menjadi mineral yang bermanfaat bagi fitoplankton. Dalam tambak yang menerapkan sedikit atau tanpa ganti air, bahan organik akan menumpuk dalam tambak dan akan diurai oleh mikroba.

Bahan organik ini harus selalu dalam keadaan teraduk (tersuspensi) dalam kolom air serta harus dicegah agar tidak mengendap. Selain itu, kandungan oksigen terlarut harus cukup tinggi dengan arus yang merata agar oksigen tersebar di seluruh badan air sehingga bahan organik terurai dalam kondisi aerob (cukup oksigen).

Komponen 2: Bakteri

Bakteri terdiri dari bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi usaha budidaya udang. Bakteri yang menguntungkan adalah bakteri yang tidak menimbulkan penyakit serta tidak menghasilkan senyawa yang meracuni udang, dapat mengurai bahan organik menjadi mineral yang bermanfaat bagi kestabilan plankton, dapat mengurangi senyawa beracun, meningkatkan kesehatan udang dan menekan perkembangan bakteri yang merugikan dalam media budidaya. Di antara bakteri yang menyusun flok ada yang menghasilkan biopolimer yang disebut poli hidroksi butirat (PHB).

Pemantauan terhadap total bakteri dan total vibrio (termasuk jenis vibrio berdasarkan warna koloni) harus diperhatikan dengan baik. Flok yang baik tersusun oleh banyak bakteri dengan total bakteri yang tinggi (107 – 109 cfu/ml) dan total vibrio kurang dari 103 - 104cfu/ml (vibrio hijau lebih sedikit daripada vibrio kuning). Sedangkan flok yang kurang baik tersusun oleh total bakteri yang rendah (104 – 105 cfu/ml) dan total vibrio lebih dari 103 cfu/ml (vibrio hijau lebih banyak daripada vibrio kuning). Kandungan bakteri (yang menguntungkan) sebaiknya mendominasi hingga 70% dari komponen bioflok yang terbentuk.

Komponen 3: Algae

Dalam budidaya udang, jenis algae yang diharapkan tumbuh adalah dari kelompok diatom dan algae hijau. Beberapa jenis diatom yang hidup sebagai perifiton dapat turut menempel pada flok (Navicula, Amphora, Cymbella), yang berbentuk koloni (Skeletonema, Melosira, Chaetoceros) maupun yang uniseluler (Cyclotella, Coscinodiscus) turut membentuk flok yang baik untuk makanan udang. Sedangkan Nitzschia, Pseudonitzschia tidak diharapkan karena menghasilkan biotoksin. Diatom memberikan ciri flok yang berwarna kecokelatan.

Sedangkan kelompok green algae memberikan ciri flok berwarna kehijauan. Meski green algae tidak dimakan oleh udang, namun kelompok algae ini bersifat stabil atau siklus hidup yang lebih lama. Di samping itu, beberapa jenis dari green algae seperti Chlorella, Nannochloropsis, Tetraselmis dan Dunaliella dapat menekan perkembangan vibrio.

Bioflok dianggap bermutu jelek bila terdapat dinoflagellata dalam jumlah yang banyak (lebih dari 10% dari komunitas algae yang ada). Di samping itu, bila algae yang menyusun didominasi oleh blue green algae (BGA) maupun flagellata (Euglenophyta) maka flok yang dihasilkan kurang baik bagi pertumbuhan udang. Populasi algae dalam flok sebaiknya sekitar maksimal 30%.

Komponen 4: Zooplankton

Dalam rantai makanan, zooplankton merupakan konsumer primer. Zooplankton umumnya pemakan fitoplankton (algae) dan detritus atau sisa bahan organik serta bakteri. Zooplankton yang sering ditemukan dalam bioflok adalah dari kelompok protozoa (terutama Ciliata), Rotifera (Brachionus, Rotaria, Pavella), kopepoda, dan cacing. Zooplankton terutama protozoa dan rotifera merupakan pemangsa bakteri pembentuk flok sehingga keberadaan kelompok organisme ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan flok terutama populasi bakteri di dalam flok.

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap komponen pembentuk bioflok selain bakteri, algae jenis diatom yang ditemukan adalah Coscinodiscus, yang tumbuh dalam air yang mengandung bahan organik tinggi. Sedangkan zooplankton yang ditemukan adalah jenis Brachionus (rotifera). Kolam yang diamati, semua berwarna kecokelatan dengan permukaan air dipenuhi oleh busa. Sedangkan warna air yang kehijauan, jenis algae yang tumbuh adalah Oscillatoria dan Anabaena.

Pengaruh bioflok

Kondisi kesehatan udang dan pertumbuhannya sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Bioflok memberi pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan kesehatan. Bioflok yang baik akan memberikan pengaruh yang baik bagi udang, baik dari segi pertumbuhan, kesehatannya maupun kestabilan mutu airnya.

Kepekatan bioflok

Untuk mengukur kepekatan bioflok dapat dilakukan dengan menggunakan Imhoff con. Caranya, ambil air satu liter dari beberapa tempat dan endapkan pada alat tersebut. Tunggu 15—30 menit sampai flok mengendap. Parameter yang terukur dinyatakan sebagai Volume Suspended Solid (VSS) dengan satuan ml VSS per liter. Volume bioflok harus dipertahankan <15 ml VSS per liter. Dan bila mencapai 15 ml per liter harus dilakukan pengenceran.

Suprapto

Tim Teknis Shrimp Club Indonesia

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain