Potensi ikan hias Indonesia sangat luar biasa. Peluang pasarnya masih sangat terbuka terutama untuk ekspor.
Ikan hias sebagai bagian dari Keanekaragaman hayati bumi nusantara yang melimpah belum digarap maksimal. Dengan potensi sumber daya ikan mencapai 1,5 miliar ekor, Indonesia seharusnya menjadi pemasok ikan hias terbesar sejagad. Nilai perdagangan ikan hias dunia diperkirakan mencapai US$50 juta, tapi sampai sekarang negeri ini baru menguasai 7,5%-nya. Tertinggal jauh dibandingkan Singapura yang sukses menggaet 22,8% pasar dunia.
Meski demikian, berdasar catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor ikan hias cukup bergairah. Pada 2007 nilai ekspornya mencapai US$7,3juta. Tahun berikutnya naik sampai US$8,3 juta. Sedangkan 2009, nilainya menembus angka US$10 juta dengan tujuan ekspor ke Singapura, China, Hongkong, Malaysia, Jepang, Korsel, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Salah satu komoditas potensial dikembangkan adalah ikan koi karena nilai jualnya cukup menggiurkan. Selain itu, “Di sini (Blitar, red), budidaya koi mampu menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Nilai transaksi koi di Blitar mencapai Rp200 miliar per tahun atau seperempat APBD Blitar,” ungkap Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan Perikanan, pada pembukaan All Blitar Koi Show XI di Blitar, Jatim (18/4).
“Berbeda dengan tanam padi, usaha koi bisa menghasilkan keuntungan berlipat. Satu ekor ikan koi super bisa dihargai jutaan rupiah,” tambah Muhamad Rozik, pembudidaya ikan koi di Desa Kemloko, Kec. Kemloko, Blitar.
Minapolitan Agrowisata
Produksi koi di kabupaten kelahiran Bung Karno ini sekitar 40 juta ekor per tahun dari lahan khusus seluas 200 ha. Sentranya tersebar di Desa Kemloko, Desa Penataran, dan Kelurahan Nglegok. Tak jauh dari Kemloko, megah berdiri Sub Raiser Ikan Hias. “Ini jelas potensi luar biasa dan kami berharap ke depan kami bisa terus mengembangkannya,” ucap Herry Noegroho, Bupati Blitar.
Gayung bersambut, Fadel akan mengusulkan Blitar sebagai kawasan minapolitan ikan hias dan berjanji mengucurkan dana sebanyak Rp10 miliar. “Saya siap kucurkan dana, kita lihat perkembangannya. Kalau berjalan baik, maka dananya akan ditingkatkan lagi. Saya optimistis tahun depan sudah terlihat hasilnya,” tandas Menteri.
Fadel juga berjanji akan mengirimkan induk berkualitas standar internasional, mengembangkan Sub Raiser Ikan Hias, dan menyelenggarakan pameran serta bursa penjualan ikan hias. Pihaknya pun akan menfasilitasi pembudidaya untuk berpromosi di pasar luar dan dalam negeri.
Dengan semua bantuan tersebut, harap dia, Blitar mampu menaikkan produksinya dan menjadi sentra koi dunia. Bahkan ia siap mengangkat pejabat eselon dua khusus yang mengurusi ikan hias. “Nanti akan kita bentuk direktur budidaya khusus ikan hias dan juga direktur pemasaran ikan hias agar perkembangan ikan hias mendapat perhatian lebih,” janjinya.
Migata dan Blitar
Menurut Sugiarto Budiono, Blitar memang sangat cocok dikembangkan sebagai minapolitan koi. Berdasarkan pengamatan Ketua Asosiasi Pecinta Koi Indonesia ini, kondisi air dan suhu wilayah ini sama persis seperti Niigata, sentra koi dunia di Jepang.
Dari sisi bisnis, Sugiarto melihat koi menjanjikan prospek cerah. Pasalnya, dengan rentang harga jual cukup lebar menjadikan komoditas ini bisa dibeli semua lapisan masyarakat. Namun ia mengakui, budidaya koi menghadapi kendala besar berupa minimnya jumlah induk berkualitas.
Besarnya potensi bisnis budidaya koi juga dibenarkan Cholid Firdaus, Ketua Blitar Koi Club. Menurutnya, banyak petani padi di Blitar beralih ke usaha koi karena hanya dalam waktu empat bulan, koi sudah siap dipasarkan. Apalagi jika dikelola serius, budidaya koi akan menghasilkan ikan kategori super yang harganya puluhan juta rupiah per ekor. “Itulah kenapa banyak masyarakat Blitar yang ingin mengusahakan koi dan beralih dari petani menjadi pembudidaya koi,” ucap ketua klub yang sebagian besar anggotanya pembudidaya koi ini.
Menanggapi terselenggaranya All Blitar Koi Show XI, keduanya berkomentar positif. Menurut mereka, acara tersebut selain sebagai ajang menyalurkan hobi, juga menjadi wahana temu bisnis. Apalagi acara tersebut bertaraf nasional dan menghadirkan juri dari luar negeri. “Acara seperti ini akan mendorong pembudidaya meningkatkan terus kualitas dan kuantitasnya. Mudah-mudah tarafnya bisa menjadi internasional sehingga makin menggairahkan bisnis ikan koi,” pungkas mereka.
Selamet Riyanto