Untuk meningkatkan daya saing, Provinsi NTB mengunggulkan tiga komoditas, yaitu sapi, jagung, dan rumput laut.
Setelah dilantik Mendagri, 17 September 2008, H. Muhammad Zainul Majdi mencanangkan Bumi Sejuta Sapi (BSS) sebagai ikon Provinsi Nusatenggara Barat (NTB). Kini, Gubernur NTB itu mencanangkan PIJAR sebagai komoditas unggulan provinsi dengan total luas daratan sekitar 2 juta ha itu. Pijar bukanlah sebuah lampu, tetapi singkatan dari Sapi, Jagung, dan Rumput Laut.
Lokomotif Ekonomi
Semula yang diluncurkan BSS, tetapi menurut Drh. H. Abdul Samad, tidak mungkin hanya sapi. Selain sapi, yang juga prospektif, bisa dipasarkan dan sudah memasyarakat adalah jagung dan rumput laut. “Sapi, jagung, dan rumput laut menjadi pengungkit ekonomi, atau dalam bahasa saya, lokomotif ekonomi (NTB),” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB itu kepada AGRINA, ketika ditemui di Agrinex International Expo 2010, Jakarta (13/3).
Integrasi memang diperlukan. Dari sapi, daging dan susunya bisa untuk bahan pangan, kotorannya jadi pupuk tanaman, dan tulangnya untuk kerajinan. Sedangkan biji jagung dapat digunakan sebagai bahan kosmetik, pangan, dan pakan ternak; sementara daun jagung untuk bahan kerajinan dan pakan ternak. Selain itu, jagung bisa juga sebagai bahan baku industri bioetanol.
Bagaimana dengan rumput laut? Secara langsung, rumput laut tidak ada kaitannya dengan sapi dan jagung. Namun perlu diingat, imbuh Abdul Samad, masyarakat pesisir (nelayan) adalah juga peternak sapi. Selain itu, setelah diolah menjadi karaginan, rumput laut itu pun menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak..
Menurut Samad, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan populasi sapi sekitar 10% per tahun. Namun, tahun lalu realisasinya sekitar 8,5%. “Saya sempat dikritik, mengapa 10%. Saya tidak mau kerja biasa, tapi lompatan. Harus melakukan akselerasi,” tegasnya.
Sebenarnya, daya tampung pengembangan ternak ruminansia (sapi) di NTB sekitar 1,37 juta ST (Satuan Ternak) atau Animal Unit (AU), yang setara dengan 1,78 juta ekor. Akan tetapi, yang baru dimanfaatkan sekitar 679 ribu AU yang setara dengan 883 ribu ekor. Berarti masih ada peluang untuk mengembangkan ternak ruminansia sekitar 691 ribu AU atau setara 898 ribu ekor.
Sedangkan potensi lahan jagung sekitar 269 ribu ha dengan produktivitas sekitar 5 ton per ha sehingga potensi hasil produksinya sekitar 1,2 juta ton per tahun. Faktanya, lahan yang baru dimanfaatkan sekitar 55.500 ha dengan produktivitas 3,3 ton per ha.
Gubernur Pijar?
Untuk rumput laut Eucheuma cottonii, potensi budidayanya sekitar 22.800 ha dengan potensi produksi sekitar 765 juta ton kering per tahun. Namun, yang baru termanfaatkan sekitar 6.600 ha dengan tingkat produksi 116.910 ton kering per tahun. Karena itulah, Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan NTB sebagai National Seaweed Centre (NSC) atau pusat rumput laut nasional.
Memang NTB memprioritaskan komoditas unggulan untuk menyejahterakan masyarakatnya sesuai keunggulan provinsi yang berpenduduk sekitar 4,29 juta jiwa itu. Model prioritas ini pernah diterapkan Fadel Muhammad di Gorontalo dengan mengandalkan jagung sehingga Fadel, yang kini Menteri Kelautan dan Perikanan, dikenal sebagai Gubernur Jagung.
Lantas, apakah H. Muhammad Zainul Majdi bakal menjadi Gubernur PIJAR? “Kalau masyarakat menjadikan ini (PIJAR) sebagai lokomotif meningkatkan perekonomian dan kemudian masyarakat mempunyai sebutan itu (Gubernur PIJAR), ya, itu hak masyarakat,” cetus Samad.
Syatrya Utama
POPULASI SAPI, SERTA PRODUKSI JAGUNG DAN RUMPUT LAUT
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Populasi sapi (ekor) 546.114 602.333 683.347 780.724 897.832 1.032.507
Produksi Jagung (Ton)*) 196.263 238.043 290.412 354.303 432.250 527.344
Rumput Laut (Ton)**) 116.910 T.A T.A T.A T.A 378.841
*) Pipil kering; **) Kering; T.A = tidak tersedia data
Sumber: Komoditas Unggulan NTB: Sapi, Jagung, Rumput Laut (PIJAR)
Lebih lanjutnya mengenai liputan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 5 Edisi No. 125 yang terbit pada Rabu, 31 Maret 2010.