Meski masih mengimpor, Indonesia juga menjadi negara pengekspor benih hortikutura. Setiap tahun permintaannya terus meningkat.
Benih hortikultura sudah menjadi komoditas perdagangan internasional. Oleh sebab itu, ekspor impor benih merupakan hal yang wajar dalam agribisnis hortikultura. Demikian diungkapkan Nana Laksana Ranu, Direktur Benih dan Sarana Produksi, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian, di Jakarta (22/3).
Memang, hingga kini Indonesia masih mengimpor sejumlah benih komoditas hortikultura, baik sayuran, buah-buahan, maupun tanaman hias. Benih melon misalnya, pada 2009, jumlah impornya sebanyak 3,541 ton. Pada tahun yang sama, Indonesia juga mengimpor benih krisan sebanyak 683.865 setek. Demikian juga benih sayuran. Contohnya kangkung yang pada 2008 masih mendatangkan dari luar sejumlah 42.851 ton (lihat tabel).
Secara umum, ketersediaan benih sayuran terhadap kebutuhan, memang masih kurang. Kecuali kangkung dan mentimun yang sudah berlebih, ketersediaan benih sayuran lainnya berkisar 7,8%—84%.
Ekspor
Meski pemenuhannya belum optimal, ternyata Indonesia juga mengekspor benih hortikultura. “Ekspor benih hortikultura sudah berjalan jauh sebelum pemberlakukan perdagangan bebas Asean-China (AC-FTA),” ucap Nana. Dengan dibukanya pasar bebas, lanjut dia, peluang ekspor benih hortikultura semakin besar. Guna mendukung kelancaraan ekspor impor produk hortikultura, sejak akhir tahun lalu, Ditjen Hortikultura menyediakan pelayanan perizinan online.
Berdasar data Direktorat Benih dan Sarana Produksi Hortikultura, ragam benih sayuran yang diekspor adalah cabai, kacang panjang, tomat, kangkung, mentimun, dan buncis. “Setiap tahun volume ekspornya terus meningkat,” tandas Nana. Pada 2006, volume kedelapan jenis sayuran itu baru 1.328,31 ton. Namun pada 2008 sudah mencapai 2.182,546 ton.
Tahun lalu, Indonesia mengekspor benih buah-buahan, seperti melon, semangka, labu, okra, mangga, ceremai, dan jeruk purut. Volume ekspornya mencapai 5,2 ton dan 22 pohon. Sedangkan tanaman hias, pada tahun yang sama, diekspor sebanyak 40 jenis, dengan total volume 174.620.572 setek/bibit dan 7.840 kg.
“Kita juga mengekspor beberapa benih hortikultura yang bersifat spesifik, baik yang berasal dari tanaman asli Indonesia, tanaman introduksi, maupun usaha yang mengharuskan dituntut budidaya tujuan ekspor,” lanjut Nana.
Pada 2008, tercatat 8 perusahaan yang mengekspor benih sayuran. Antara lain PT East West Seed Indonesia (EWSI) di Jabar, PT Tanindo Subur Prima di Jatim, dan PT Takii Indonesia di Yogyakarta. “Perusahaan kami mengekspor benih kangkung ke Thailand, Taiwan, Filipina, serta Jepang, dengan volume rata-rata 1.000 ton per tahun,” aku Glenn Pardede, Vice President EWSI, saat dihubungi terpisah. Untuk kelancaran ekspor, Glenn berharap, pemerintah memberikan kemudahan perizinan ekspor dengan batas waktu maksimal satu minggu. Sebab, selama ini perizinan yang dikeluarkan oleh Pusat Perizinan dan Investasi (PPI) Kementerian Pertanian, cukup lama.
Dadang WI
Ekspor dan Impor Benih Sayuran 2006—2008
Komoditas Ekspor (Kg) Impor (Kg)
2006 2007 2008 2006 2007 2008
Cabai 6.757 12.605 18.661 2.756 9.855 9.167
Kc. Panjang 12.090 - 12.386 - 3.000 1.410
Tomat 209 1.120 2.170 2.340 5.667 4.626
Kangkung 1.289.600 575.000 2.138.020 1.350 102.000 42.651
Mentimun 19.659 11.454 6.309 2.400 10.610 5.404
Buncis - - 5.000 575 - 150
Jumlah 1.328.310 600.180 2.182.546 9.431 131.132 63.408
Sumber: Ditbenih Hortikultura, 2010