Sejak 2008 Kabupaten Serang diproyeksikan menjadi kawasan minapolitan karena posisinya sebagai penghasil bandeng, rumput laut, dan udang terbesar se-Provinsi Banten.
Modal Kabupaten Serang untuk jadi kawasan minapolitan terbilang cukup besar. Lahannya yang cocok bagi budidaya bandeng sekitar 5.023 ha, rumput laut tak kurang dari 800 ha, dan udang kurang lebih 500 ha. Namun potensi lahan tersebut baru dimanfaatkan sekitar 3.000 ha.
Mendahului pelaksanaan Program Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada 2007—2009 Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Serang menghabiskan Rp1,5 miliar untuk kegiatan pendukung bagi terwujudnya kawasan minapolitan. Kegiatan itu antara lain perbaikan saluran air ke tambak ikan, penggunaan teknologi pengembangbiakan, dan pembinaan terhadap para pengelola tambak. Upaya ini berlanjut tahun depan dengan anggaran sebesar Rp1 miliar yang dialokasikan ke revitalisasi saluran air, pengembangan budidaya bandeng intensif, dan penataan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) khusus bandeng.
Jutaan Rupiah dari Bandeng
Bandeng, salah satu andalan. Minapolitan bandeng akan dikembangkan di Desa Domas, Kecamatan Pontang, yang menyumbang 40% dari total produksi bandeng Kab. Serang. Tahun lalu, Serang memproduksi bandeng sebanyak 1.505 ton. Menurut Budi Mulyono, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Serang, pada 2010—2014 pihaknya menargetkan produksi ikan berjuluk milkfish ini berturut-turut: 1.655 ton, 1.820 ton, 2.002 ton, 2.203 ton, dan 2.423 ton.
Untuk mendongkrak produksi itu, tambah Budi, diluncurkan beberapa program di antaranya pengembangan kawasan budidaya, pembinaan dan pengembangan perikanan, benih unggul, budidaya sistem jaring apung di perairan umum, serta pembinaan teknis pembuatan pakan ikan/pellet. Dari sisi pemasaran, DKP Serang berupaya mengumpulkan informasi pasar dalam maupun luar negeri, membatasi pasokan bandeng dari luar daerah dan menggantinya dengan produksi sendiri, penanganan pascapanen melalui pengolahan bandeng, seperti sate bandeng, bandeng presto, dan bandeng cabut duri.
Di tingkat pelaku budidaya, bisnis bandeng masih menjanjikan. Awasi Tubagus misalnya, petambak di Desa Domas mengaku, penjualan bandengnya meningkat saat menjelang Tahun Baru Imlek. Bandengnya banyak dicari suku Tionghoa karena, “Bandeng saya tidak bau lumpur,” kata Awasi ketika ditemui AGRINA Februari silam. Pembudidaya bandeng itu memperoleh nener (benih bandeng) dari Bali seharga Rp20 per ekor. Setiap bulan lelaki yang sudah mengusahakan tambak selama 20 tahun ini mengorder nener berkisar 500 ribu—1 juta ekor.
Awasi memanen bandengnya tiga bulan sekali sekitar 6 ton. Hasil panen tersebut biasanya ia kirim ke pasar Serang, Jakarta, dan Lampung. Harganya ia patok Rp14.000 per kg. Jadi, setiap panen ia bisa mengantongi untung bersih Rp20 jutaan.
Tambahan dari Rumput Laut
Kecuali bandeng, Serang pun mengunggulkan rumput laut terutama jenis Gracilaria sp. yang mudah dikembangkan. Untuk rumput laut, DKP Serang memastikan Desa Tenjo Ayu, Kecamatan Tanaran sebagai minapolitan. Banyak penduduk di sana memanfaatkan lahan untuk memelihara bandeng sekaligus rumput laut (polikultur).
Halili salah satunya. Menurutnya, budidaya polikultur ini memberikan beberapa keuntungan, yaitu menghilangkan alga hijau yang ada di tambak, efisiensi pemanfaatan lahan meningkat, dan menambah pendapatan petambak dari rumput laut. “Nggak perlu modal banyak,” ujar pemilik lahan seluas 9 ha.
Selain produksi sendiri, Halili juga mengumpulkan rumput laut dari para petani lain. Hasilnya, sekitar 10 ton rumput laut berkadar 14% per minggu dikirimnya ke Koperasi Muhammadiyah di Jakarta dengan harga Rp3.000—Rp3.300 per kg. Setiap minggu ia meraih omzet sekitar Rp3 juta.
Sayangnya, bisnis rumput laut tak selalu bagus. Pada pertengahan 2008, sial menghampiri nasib Halili dan petani rumput laut lainnya di Desa Tenjo Ayu. Mereka merugi hingga puluhan juta rupiah lantaran hasil panen yang mencapai 100 ton tidak dibayar koperasi tersebut. “Katanya kurang bagus kualitasnya,” tutur ketua kelompok petambak bandeng dan rumput laut Tenjo Ayu itu. Kini Halili bekerjasama dengan DKP Serang untuk membuat koperasi bina usaha agar ekonomi pembudidaya rumput laut meningkat.
Agung Christiawan