Senin, 15 Maret 2010

Mengerek Gengsi Tiwul

Tiwul telanjur identik dengan makanan kelas menengah ke bawah. Namun, dalam bentuk produk instan, kualitas dan harganya bisa melebihi nasi.

Masyarakat Jawa di daerah-daerah minus, seperti Gunung Kidul, umumnya sangat mengenal tiwul. Makanan yang dibuat dari tepung gaplek (singkong kering) ini mereka konsumsi sebagai makanan pokok pengganti nasi.

Untuk memperbaiki nilai gizinya, PT Sinar Sukses Sentosa (PT SSS) memperkaya tiwul dengan Vitamin A, zat besi, protein, dan yodium. Supaya praktis penyajiannya, tiwul ini disulap menjadi titan alias tiwul instan. Srikandi, demikian merek titan itu, diproduksi tanpa bahan pengawet dan dapat bertahan selama setahun. Titan dapat disajikan setelah dikukus selama 15 menit Rasanya semakin nikmat dengan taburan serutan keju dan cokelat mesis.

Menurut Samuel P. Anggoro, Manajer Pemasaran PT SSS, Gunungkidul, DIY,  sejak 2006, permintaan terhadap Srikandi meningkat 10%—20% per tahun. Harganya mencapai Rp5.500 per kemasan isi 250 g. “Kalau dihitung harganya sekitar Rp22.000 per kg. Beras apa yang harganya semahal itu,” cetus Samuel bangga. Ini menunjukkan, tiwul dapat ditingkatkan citranya sehingga lambat laun dapat diterima masyarakat secara lebih luas.

Masih Terbatas

Samuel mengakui, pemasaran titan sejauh ini masih seputar Yogyakarta dan konsumennya adalah komunitas orang-orang Jawa, khususnya asal Gunung Kidul yang bekerja atau menetap di suatu daerah. “Jadi, titan ini menjadi semacam makanan kangenan (pengobat rindu dan kenangan),” ujarnya. Pemasaran keluar Jawa meliputi Malaysia dan Brunei untuk tenaga kerja Indonesia, Nabire (Papua), Kalimantan, dan Batam. Di Nabire dan Batam harga titan menembus Rp12.000 per kemasan 250 g.

Satu temuan penting Samuel pada bisnis ini adalah ternyata masyarakat masih menghendaki titan yang serupa tiwul tradisional. Sebelumnya, PT SSS juga memproduksi Nutriwul, titan yang benar-benar instan. “Masaknya cukup tiga menit dengan air panas, lengkap dengan sambal dan saos. Ada rasa nasi goreng ayam, kentang goreng, dan ikan. Tetapi, ternyata ini kurang diminati masyarakat. Yang diinginkan masyarakat yang granulnya (butiran) masih besar dan masaknya masih lama,” urai Samuel.

Selain Nutriwul juga ada produk Sari Tiwul sebagai pengganti nasi dan Dewi Ratih yang merupakan tepung untuk industri kue dan bakeri sebagai pengganti terigu. Namun, lagi-lagi masyarakat belum dapat menerima produk singkong dengan teknologi tinggi yang dapat mengubah tekstur dan citarasa olahan singkong.  Sehingga untuk sementara produk tersebut dihentikan dulu.

Tepung Kasava

Selain titan, PT SSS juga memproduksi tepung kasava (cassava flour) sebagai bahan substitusi tepung terigu. Bahkan, produksi komoditas ini mencapai 90% dari produk tepung perusahaan yang menerima lisensi teknik penepungan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk tersebut. “Kalau titan sebagai consumer good belum dapat terlalu diterima, maka dengan tepung kasava ini diharapkan masyarakat semakin mengenal tepung singkong. Nantinya mereka akan tahu bahwa di dalam pizza, burger dan lainnya menggunakan tepung kasava sehingga citra kasava akan meningkat,” terang bapak dua anak ini.

Tepung yang diproduksi berjenis premium dan standar. Tepung premium berasal dari singkong segar, sedangkan yang standar dibuat dari singkong kering. Keunggulan tepung premium dibandingkan yang standar adalah lebih putih, tidak berbau khas singkong, serta viskositasnya (kekentalan) lebih tinggi. Viskositas yang tinggi akan menyebabkan kekenyalan dan pengembangan bahan. Produk ini cocok untuk pembuatan roti, atau pelapis kacang atom dengan warna-warna putih atau cerah. Sementara tepung standar akan tampak krem atau abu-abu sehingga cocok bagi makanan goreng-gorengan atau roti-roti yang berwarna gelap.

Harga tepung standar pada pertengahan Februari lalu sebesar Rp3.500 per kg dan yang premium Rp4.600 per kg untuk pemesanan di bawah 5 ton. Peningkatan permintaan tepung kasava ini ternyata cukup tinggi. Sejak 2006 permintaan naik sekitar 60% per tahun.

Produksi tepung PT SSS mencapai 125 ton per bulan. Sedangkan permintaan tepung premium sekitar 100—150 ton per bulan dan tepung standar minimal 100 ton per bulan. Kekurangan pasokan dicukupi PT Cahaya Sejahtera Sentosa, pengembangan PT SSS yang berlokasi di Blitar, Jatim. Hal itu terkait dengan masa produksi singkong di Gunung Kidul terbatas, hanya panen sekali antara Juli hingga Oktober, sedangkan produksi di Jatim sepanjang tahun.

Nilai Tambah Singkong

Kedua perusahaan produsen produk singkong modern tersebut adalah bentuk kepedulian dari PT Indofood Sukses Makmur untuk mengembangkan diversifikasi tepung berbahan pangan lokal serta peningkatan kesejahteraan petani. Setelah maju, diharapkan perusahaan ini dapat dikelola pemerintah kabupaten dan masyarakat setempat.

Dengan hadirnya perusahaan ini, petani singkong pun dapat belajar meningkatkan nilai tambah hasil panen sehingga tidak hanya menjual singkong segar atau gaplek tetapi dalam bentuk chip, yaitu cacahan singkong yang putih, bersih, dan hieginis. Perusahaan mematok harga singkong dari petani senilai Rp100 per kg lebih tinggi dibandingkan harga pengepul.

Keberadaan perusahaan pengolah singkong itu juga ditujukan untuk mengembangkan agribisnis singkong di lumbung-lumbung produksi. Tanaman singkong perlu dikembangkan karena mengandung banyak kalori dan dapat hidup baik di lahan yang tidak subur, tidak membutuhkan pestisida dan pupuk kimia dengan hasil mencapai 7,2 ton per ha, jauh lebih tinggi daripada padi yang hanya 3,8 ton per ha dan gandum yang hanya 1,8 ton per ha.

Di samping untuk pangan, singkong pun berpeluang menjadi pakan ternak dan bahan bakar nabati. Dengan demikian, produksi singkong mesti dikembangkan dan dirangsang pertumbuhannya melalui perusahaan yang mampu menghasilkan produk-produk olahan yang inovatif.

Faiz Faza (Yogyakarta)

 

Perbandingan Nilai Gizi per 100 gram Bahan

Kandungan Gizi  Titan    Tiwul Tradisional           Nasi Putih

Protein (gr)       5                          1,5                 2,1

Lemak (gr)        1,4—5                 0,7                  0,1

Karbohidrat (gr) 76,4—80               80                   65—70

Gula (gr)           4—13                      -                        -

Serat (gr)          4,6                       1—2                   <1

Vit A (IU)           1.300                      -                        -

Vit B6 (mg)        0,8                          -                       -

Vit B12 (mcg)         0,5                     -                        -

Asam folat (mcg)   100                     -                       -

Zat besi (mg)         20                      1,9                 0,5

Seng (mg)          7                         -                       -

Yodium (mcg)        20                   -                    -

Sumber: PT Sinar Sukses Sentosa

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain