Kebutuhan kangkung relatif meningkat seiring naiknya kesadaran konsumen akan pentingnya konsumsi sayuran.
Setiap orang pasti mengenal Ipomoea reptana alias kangkung. Namun bisa jadi tak semua orang tahu kangkung terdiri dari dua jenis, yaitu kangkung darat dan kangkung air. Meski mirip tapi secara fisik berbeda. Kangkung air berbunga warna putih kemerahan, sedangkan kangkung darat berbunga putih bersih.
Dari ukuran batang dan bentuk daun juga berbeda. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar. Batang kangkung air berwarna hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijauan. Citarasanya pun lain. Kangkung darat relatif lebih enak dan renyah ketimbang kangkung air.
Dari kacamata bisnis, khususnya kangkung darat, menawarkan siklus budidaya sangat cepat, hanya 22 hari. Peluang bisnis ini semakin terbuka lantaran permintaan pasokan kangkung terus meningkat akibat membaiknya kesadaran masyarakat tentang pentingnya melahap sayuran.
Permintaan Naik
Wakrimin, Product Manager PT East West Seed Indonesia (EWSI), produsen benih sayuran di Purwakarta, Jabar, menyatakan, pihaknya selama ini baru mampu memenuhi 20% dari kebutuhan pasar benih kangkung darat. Hal tersebut terkait dengan peningkatan konsumsi kangkung di beberapa daerah terutama di kota besar. “Benar, permintaan benih kangkung meningkat di beberapa daerah sejalan meningkatnya kesadaran konsumen akan kualitas sayuran. Apalagi kangkung darat jauh lebih enak daripada kangkung air,” kata Wakrimin.
Begitu pula yang dirasakan Taryana, petani kangkung darat di Bugel, Tangerang, Banten. Dari pengalamannya selama 15 tahun bertani, beberapa tahun belakangan permintaan terhadap kangkung memang terus merangkak naik. Fenomena tersebut tergambar dari makin banyaknya petani mengusahakan komoditas cepat panen ini. Jika sebelum tahun 2000 luasan tanam kangkung di Bugel hanya 10 ha, kini meluas menjadi 21 ha.
Petani Bugel bukan jago kandang yang hanya memasok seputaran Tangerang saja, tetapi juga merambah pasar Jakarta dan Bekasi. “Pasar memang terus butuh kangkung. Makanya, banyak dari kami tak lagi menjadikan kangkung tanaman selingan, tapi sebagai komoditas utama,” ungkap Taryana yang memiliki setengah hektar lahan kangkung ini.
Mudah dan Cepat
Harga kangkung di tingkat petani (11/3), menurut Taryana, sekitar Rp500 per ikat. Dari setengah hektar lahannya, dengan kebutuhan benih 50 kg, ia mengaku berhasil mengangkut 5.000 ikat kangkung segar. Ia menggunakan benih Serimpi dari EWSI yang diperolehnya dengan harga Rp16.000 per kg. “Alhamdulillah, setiap bulan mah dari hasil panen masih ada sisa buat menabung,” tutur pria 49 tahun kelahiran Indramayu ini. Pemasukan kotornya sekitar Rp1,5 juta per 22 hari.
Dari sisi cara budidaya, menurut Wakrimin, kangkung tidaklah rumit. Kangkung bisa tumbuh di berbagai jenis tanah, bahkan di tanah gambut sekali pun. Hal terpenting dari budidaya kangkung, di samping pemilihan varietas yang tepat adalah kerapatan tanam. Jarak tanam yang pas adalah 5 cm x 10 cm dengan cara tanam baris. Jika terlalu rapat, tanaman akan sulit mencapai potensi produksi maksimal.
Wakrimin memberi catatan tentang kebiasaan buruk petani. Menurutnya, petani biasa menanam kangkung dengan cara disebar. Hal ini keliru, selain boros benih juga mengakibatkan buruknya kualitas hasil panen. Di samping itu, kangkung pun tumbuh tak seragam dengan batang kecil.
Taryana menambahkan, perawatan kangkung hanya terdiri penyiraman dan pemupukan. Penyiraman dilakukan sehari tiga kali saat masa pertumbuhan, yaitu umur 1—3 hari. Setelah itu, penyiraman sehari dua kali. Untuk pemupukan, ia hanya memberikan 50 kg urea, saat umur 7 hari. Memasuki umur 22 hari, kangkung sudah siap dipanen. Cepat kan? Anda berminat ?
Selamet Riyanto