Potensi alam Merauke yang kini belum dikelola secara maksimal dilirik sejumlah investor nasional. Bahkan bumi Animha ini digadang-gadang sebagai lumbung pangan masa depan.
Pada 2008 Indonesia dilanda krisis pasokan kedelai yang membuat pengusaha tahu tempe kelabakan karena harga bahan baku produk mereka melonjak drastis. Kejadian itu mendorong pengusaha Arifin Panigoro berpikir keras untuk mencari daerah yang cocok bagi pengembangan kedelai. “Ayo kita cari daerah di mana kita bisa kembangkan. Kebetulan Pak Arifin kenal Bupati Merauke Drs. Johanes Gluba Gebze,” Roni Pramadita, Direktur Medco Foundation mengungkap latar belakang Medco tertarik mengembangkan sayap di Merauke.
Perusahaan di bidang energi tersebut mendapat informasi dari Sang Bupati Merauke. Kabupaten seluas 45.075 km2 ini menyimpan segudang potensi untuk usaha pertanian skala luas dan bahan baku energi alternatif.
Pangan dan Bioetanol
Berbekal informasi awal itu Medco menerbangkan tim survei ke wilayah yang sangat strategis sebagai calon sentra pangan tersebut. Di sana tim memperoleh data dari Omah Laduani Ladamay, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura tentang pemanfaatan lahan. Kabupaten ujung timur Indonesia ini memiliki cadangan lahan pertanian seluas 2,5 juta ha. Terdiri dari lahan basah 1,937 juta ha dan lahan kering 554,5 ribu ha. Dari potensi ini baru 30.000 ha yang dimanfaatkan.
Selain tertarik mengembangkan kedelai dan padi, Medco juga berminat menggarap jagung untuk dikonversi menjadi etanol. “Medco ini besar karena grup energinya sehingga kita mencari sumber energi selain fosil (tambang),” jelas Roni.
Kendati Medco telah masuk ke Merauke sejak 2008, Roni mengaku saat ini pihaknya masih berkonsentrasi ke riset. “Kita belum berani invest sebetulnya karena untuk investasi food dan energi butuh ketelitian dan persisi yang sangat tinggi. Kita coba bertani kecil-kecilan. Kita buat demplot isinya jagung, tebu, sorgum manis, padi, dan kedelai yang rencananya 20 ha, namun realisasinya hanya 5 ha,” tutur alumnus University of Wollongong Australia ini.
Mempersiapkan Masyarakat
Medco Foundation sendiri adalah lembaga nirlaba di bawah Grup Medco yang dipercayai melakukan riset dan mempersiapkan masyarakat lokal ketika nanti beralih ke sektor industri pertanian dan energi. “Masyarakat itu kita liat dulu, mereka siap nggak dengan industri. Jangan sampai kita masuk ke satu daerah dengan industri yang sangat besar tapi kemampuan masyarakat masih belum bisa diserap dalam industri tersebut. Akhirnya untuk mengejar produksi, kita harus bawa pekerja dari luar Merauke, nanti akan terjadi kesenjangan sosial,” urai Roni.
Roni menambahkan, setelah riset selesai, baru perusahaan Grup Medco masuk. Menurut perkiraannya, riset masih akan berjalan sekitar dua hingga tahun ke depan. Namun ia juga tidak menampik kemungkinan terjadinya aktivitas berbarengan antara riset dan bisnis skala kecil yang dikelola masyarakat untuk mereka belajar berbisnis.
Menyinggung rencana pemasaran, Roni mengatakan, Medco sebagai perusahaan nasional tetap mengedepankan kepentingan nasional. Namun ia berharap agar pemerintah mengubah kebijakan ekspor dan transportasi nasional serta mau menjadikan Merauke pintu gerbang Indonesia bagian timur. Tujuannya agar biaya transportasi ekspor, terutama ke negara Kepulauan Pasifik dan Australia bisa ditekan. “Negara-negara di Kepulauan Pasifik kebutuhan pangannya cukup tinggi. Kita berharap Merauke ke depan punya pelabuhan dan bandara internasional. Kalau policy-nya udah diubah, pasti banyak yang berlomba investasi buat pembangunan jembatan, tol, dan bandara,” ujarnya.
Marwan Azis