Selasa, 2 Maret 2010

Yang Dingin, Yang Sehat

Masyarakat umumnya masih menganggap, daging ayam segar lebih bagus ketimbang ayam beku. Padahal sebaliknya, yang segar malah rawan terkena kuman.

Menurut h. Denny W. Lukman, M.Si, ahli kesehatan masyarakat veteriner FKH IPB, kuman berkembang biak pada suhu 4o—60oC. Setiap 15 menit, satu sel kuman berbiak menjadi dua. Dalam waktu 5 jam, satu sel kuman itu sudah menjadi satu juta sel. Makanan, termasuk daging ayam, yang mengandung sebegitu banyak kuman tidak layak lagi dikonsumsi. Karena itulah ibu-ibu perlu berbelanja produk daging yang dingin dan higienis supaya terhindar dari cemaran kuman.

Higienis dan Halal

Salah satu penyedia produk ayam beku adalah gerai milik CV Jambu Raya di kawasan Pamoyanansari, Cipaku, Bogor. Menurut Sugandi, bagian pemasaran perusahaan ini, gerainya dibuat berbeda dengan pasar tradisional agar konsumen melihat tahapan pemrosesan ayam. Mulai dari cara pemotongan sampai pengemasan.

Di sini bahan baku ayam hidup yang didatangkan dari Sukabumi, Bogor, Serang, dan Ciamis itu melalui proses seperti di rumah potong unggas (RPU). Ayam digantung, lalu dipotong secara halal. Sekali proses potong mencakup 44 ekor. Setelah dipotong, ayam direbus dengan scalder bersuhu 60o—70°C selama 10 menit. Kemudian ayam dicabuti bulunya, lalu dipisahkan kaki, kepala, dan jeroannya.

Karkas (daging tanpa kaki, kepala, dan jeroan) selanjutnya dicuci dengan air bersih tiga tahap. Terakhir karkas ayam yang sudah bersih dimasukkan dalam bak berisi es es dengan suhu 10°C selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan agar bakteri yang pada daging tidak mudah berkembang dan ayam selalu terlihat segar. Setiap karkas ayam itu kemudian dikemas atau dipotong dulu menjadi 10—12 potong. Usai dikemas plastik ditempeli label halal, barulah dimasukkan ke dalam freezer yang bersuhu minus 20oC.

Peminat

“Awalnya kami hanya bisa memproduksi sekitar 50—100 ekor per hari,” ujar Gandi kepada AGRINA. Sejalan dengan waktu, jumlah konsumen makin bertambah, mulai dari pedagang kaki lima, pemilik jasaboga, pasar swalayan, hingga hotel yang ada di Bogor. Produksi gerai yang berdiri sejak 1996 ini pun meningkat sampai 4.000 ekor per hari. Jumlah gerainya saat ini tiga yang tersebar di Ciluer, Malabar, dan Bantarkemang, semuanya di Bogor. Gerai ini dinamai Pangan Sejati.

Kecuali ayam mentah beku, perusahaan milik Asep ini juga menjual ayam bumbu kuning. Ayam yang siap goreng ini dibandrol Rp52.000 per bungkus isi 10 potong. Menurut Abungaris, mertua Asep yang menjaga gerai di Malabar, Bogor, konsumen ayam siap goreng umumnya pebisnis warung tenda penjual pecel lele dan pecel ayam. Jumlah yang terjual bisa mencapai 50 bungkus per minggu. Selain ayam, Pangan Sejati menjual telur segar.

Banyak ayam dan produk olahan yang beredar di pasaran bisa jadi tidak sama dengan ayam produksi gerai ini. Yang pasti, ayam di sini halal karena setiap bulan diinspeksi LPPOM MUI untuk menjamin kehalalannya. Jaminan mutu ini menjadi alasan bagi harga yang selisih Rp2.000 per ekor lebih mahal ketimbang standar pasar tradisional.

Kehadiran gerai ini paling tidak bisa menjadi alternatif selain pasar swalayan bagi ibu-ibu rumah tangga yang ingin memperoleh produk ayam yang higienis dan halal.

Agung Christiawan

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain