Selasa, 2 Maret 2010

PIH Cimandala Pasar Swalayan Ikan

Pasar khusus ikan yang higienis menjadi salah satu cara untuk membuat masyarakat nyaman berbelanja ikan dan mengonsumsi lebih banyak produk ikan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bercita-cita menaikkan produksi ikan nasional hingga 353% pada 2014 kelak. Agar tambahan produksi perikanan ini tidak mubazir dan pembudidaya tidak kapok memelihara ikan, masyarakat harus makan ikan 38 kg per orang per tahun. Jumlah tersebut naik dari yang selama ini mencapai 20 kg per kapita per tahun. Bagaimana caranya? Salah satu caranya dengan membangun pasar khusus produk ikan.

Promosi dan Berjualan

Pasar Ikan Higienis (PIH) di Cimandala, Cibinong, Bogor, tepatnya di Jalan Raya Bogor Km 50 itu bisa jadi contoh. PIH ini mendapat pasokan bahan baku ikan laut dari Muara Baru (Jakarta) dan Kronjo (Banten). Sedangkan ikan air tawar diperoleh dari petani ikan air tawar di Parung dan Darmaga (Bogor) serta Cirata (Cianjur).

Menurut Purnani, pimpinan UKM Bintang Bakti Anugerah, pengelola PIH, “Salah satu misi PIH adalah mengedukasi masyarakat agar gemar makan ikan. Lalu misi sosial yang bisa digerakkan adalah memberikan pengetahuan atau pendidikan awal tentang biota laut maupun biota air tawar. Sehingga generasi muda mengetahui bentuk biota laut, cara memelihara, cara memasak, dan mengelolanya,” kata Ani, sapaan akrab wanita ini.

Di PIH yang dibeli Pemda Bogor seharga sekitar Rp1 miliar ini pengunjung dapat sekadar melihat-lihat juga membeli beragam jenis ikan dan produknya. Enggan mengolah yang mentah, yang matang pun tersedia. Karena itu tersedia meja kursi bagi pengunjung yang ingin menikmati produk matang  sambil duduk-duduk.

Untuk meningkatkan omzet penjualan, kata Ani, pihaknya menggelar berbagai acara edukasi tentang manfaat ikan kepada siswa sekolah dan ibu rumah tangga. Materinya mulai dari budidaya, pengolahan, hingga usaha. “Saya harap orang yang datang ke sini bisa rekreasi, refreshing sekaligus mendapat pengetahuan,” ujar Ketua Asosiasi Pengolahan Ikan ini.

Melalui berbagai acara tersebut, terjadi peningkatan omzet. Bila tidak ada acara edukasi tersebut, omzet hanya Rp5 juta—Rp10  juta per bulan. Namun kalau  ada edukasi, omzet bisa membengkak jadi Rp25 juta—Rp30 juta. “Saat acara edukasi banyak orang tua atau kerabat yang tertarik membeli untuk oleh-oleh sehingga omzetnya naik,” jelas Ani.

Dari omzet yang dicapai tersebut, pengelola membaginya menjadi dua bagian. Pertama untuk biaya operasional termasuk gedung dan sumber daya manusia. Sisanya untuk pengembangan pengelolaan PIH. 

Paket Usaha

Pengelolaan PIH ini terintegrasi dengan banyak aspek. Salah satunya masalah pemasaran. PIH tidak sebatas melayani penjualan produk perikanan secara eceran tetapi juga memasok pasar swalayan dan penyedia jasaboga.

Kecuali itu PIH juga menawarkan paket usaha produk ikan. Menurut paparan Ani, ada tiga paket usaha, yaitu paket senilai Rp600 ribu, Rp1,2 juta, dan Rp7,5 juta. Untuk paket pertama, pelaku usaha mendapat satu kompor beserta dudukannya, tabung gas elpiji 3 kg, dan dandang perebus. Bila perangkatnya dari PIH, maka pelaku usaha minimal harus mampu menjual 100 butir bakso ikan per hari. Harga bakso dari PIH per butir dipatok Rp325—Rp330 sudah termasuk saus dan tusukan. Namun kalau peralatan dibeli, harga bakso bisa Rp300 per butir. Biasanya si pelaku menjualnya seharga Rp500 per butir.

Paket kedua terdiri dari gerobak dorong, kompor, tabung gas elpiji 3 kg, dan dandang. Jika perangkat milik PIH, minimal penjualan sebanyak 400 butir per hari. Sementara paket ketiga, mirip paket kedua, tetapi produk yang dijual lain, yaitu otak-otak, somay, dan ekkado.   

Sejauh ini, imbuh Ani, sudah 70 orang mengambil paket pertama dan 40 orang paket kedua. Mereka ini berlokasi di Jabodetabek mengincar pasar anak-anak sekolah karena memang salah satu tujuannya untuk menyajikan jajanan bagi anak-anak yang harganya terjangkau dan bergizi.  Anda berminat berbisnis produk ikan?

Yan Suhendar

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain